Rasanya seperti sedang duduk di bianglala yang bergerak turun perlahan. Apa ini?
Menggelikan sekaligus mendebarkan.***
Bimo sedang menikmati susu kotak, tubuhnya yang dipangku oleh Alika nyaman bersandar. Alika sendiri sedang berkirim pesan dengan Berta yang menanyakan perihal pikniknya seharian tadi.
Bagaimana pikniknya?
Pesan dari Faris, Alika segera membukanya begitu melihat pop-up notifikasi muncul, pesan dari Berta tak ia pedulikan. Bukan apa, tapi ia perlu menjelaskan pada bapak dari anak-anak yang dititipkan padanya.
Aman pak, anak-anak juga senang bisa main di luar rumah.
Alhamdulillah, terimakasih ya mbak Lika, mereka enggak bertingkah aneh yang menyusahkan 'kan?
Enggak kok, ya ribut-ribut kecil antara adik kakak aja pak, tapi masih terkendali kok, Adrian juga tetap ngejagain Bimo kalau sudah terlalu jauh mainnya.
Oke, sekarang mereka lagi apa?
Alika menatap Bimo, matanya sudah terpejam dengan sedotan masih berada di bibirnya.
Sudah tidur semua pak.
Alika bergerak perlahan, meletakkan ponselnya begitu saja di atas sofa lalu mengubah posisi tubuh Bimo agar mudah ia gendong agar mudah dibawa ke kamar.
Alika kembali ke ruang tengah, meraih kembali ponselnya.
Kamu belum tidur?
Alika terdiam, membaca pesan dari Faris berulang kali.
Kenapa rasanya begini?
Jadi berdebar.Alika mengambil nafas dalam. Tenang, enggak usah mikir berlebihan Lika.
Belum pak. Saya nunggu adik saya pulang dulu.
"Sudah gitu aja jawabnya, jangan bertanya balik, " Batin Lika
Jangan tidur malam-malam mbak Lika.
Iya pak.
Alika terdiam, tubuhnya merosot disofa, padahal hanya diingatkan untuk lekas tidur tapi ada apa dengan Alika, jantungnya jadi berdebar-debar, tubuhnya terasa menghangat dan kenapa ujung bibirnya tertarik ke atas dengan pipi sedikit merona.
"Argh! Enggak suka banget gue begini lagi," Gerutunya sembari membekap wajah sendiri dengan bantal sofa.
***
Alika baru saja selesai meninabobokan Rea, Adrian dan Bimo juga sudah terlelap, tinggal beberapa anak yang masih terjaga mendengar dongeng pengantar tidur dari Berta.
Alika bersandar ditembok, kakinya berselonjor matanya memejam, tapi pikirannya tiba-tiba kembali pada kejadian semalam.
Menghela napas. Alika membuka matanya.
"Kenapa jadi kepedean sih, Li," Bisiknya."Lika," Suara pelan Diana memanggil dari balik pintu yang terbuka sedikit. Gerakan tangannya meminta Alika mendekat.
Alika beranjak dari tempatnya menghampiri Diana. "Iya mbak Di, ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love with Him, Again!
General FictionAlika tidak pernah lupa siapa lelaki yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Alika ingat betul sosok anak lelaki pencuri hatinya di lapangan upacara dulu. Tinggi, wajah tampan dengan kulit khas lelaki indonesia, Alika dibuat mabuk kepayang saat...