Tujuh
Berdosa tidak jika aku membayangkan hal-hal indah? Misalnya membayangkan kalau yang saling berkejaran dengan tawa riang sekarang ini adalah anak-anakku yang begitu gembira bercengkrama bersama. Lalu membayangkan jika lelaki yang duduk di sampingku sembari menyesap teh hangat adalah bapak dari anak-anakku
Dosa dong Lika! Adrian dan Bimo jelas punya ayah, begitu juga dengan Rea yang punya ibu. Dan Prasetya dia punya istri tapi bukan kamu Li.
"Aihhh," Alika bergidik, memukul pelan pelipisnya. Mengerikan sekali isi kepalanya.
"Kamu kenapa?" tanya Prasetya
Alika menoleh, lalu menggeleng sambil tersenyum malu karena kepergok bertingkah aneh.
"Ini semua yang merawat ibu kamu?" tanya Prasetya sambil memandangi tanaman yang berjejer rapi di teras depan.
"Iya, ibu maunya rumah adem tapi kalau kata Hana lama-lama rumah ini udah kayak hutan, isinya tanaman semua," sahut Alika, pandangannya berkeliling. Memang rumah Alika dipenuhi oleh tanaman, mulai dari yang di pot-pot besar hingga yang tergantung. Jenis tanamannya pun beragam.
"Berarti kamu pintar rawat tanaman juga?" tanya Prasetya.
Alika terkekeh. "Kayaknya saya mending ngurusin anak-anak aja, kasihan tanamannya enggak berumur panjang kalau saya yang ngurus," jawab Alika.
Prasetya sontak tertawa mendengar jawaban Alika.
"Tapi kamu hebat juga ya bisa sabar ngadepin anak-anak, padahal kamu sendiri belum punya anak," ucap Prasetya.
"Kata siapa?" tanya Alika dengan sebelah alis terangkat
"Eh? Emang kamu udah punya anak?" sahut Pras.
"Eh ... Maksud saya tadi itu kata siapa saya sabar," jawab Alika.
Pras terdiam beberapa detik untuk mencerna perkataan Alika, begitu menyadari kesalahpahamannya ia terkekeh malu seorang diri. "Oh ...." katanya. "Maaf maaf," lanjutnya. " Kamu belajar sabar begitu dimana?" tanya Prasetya buru-buru, berharap tak terjadi kecanggungan.
"Enggak tahu, berjalan begitu aja, lagian enggak mungkin juga 'kan kalau ada yang nakal atau enggak nurut anak orang saya pukul, bisa dituntut," jawab Alika.
"Ibu, Rea mau dong apelnya, boleh?" tanya Rea.
Alika mengangguk. "Ibu potong-potong dulu ya," jawabnya.
Rea mengangguk, lalu kembali berlari mencari Adrian dan Bimo yang sedang bersembunyi di bagian dalam rumah.
"Rea enggak pernah melewatkan apel," gumam Prasetya.
"Kayak kamu yang enggak pernah melewatkan strawberry," sahut Alika dengan suara kecil.
Hening.
Prasetya terkejut mendengar ucapan Alika.
Alika mengangkat wajahnya lalu tersenyum malu. "Saya dulu fans kamu, wajar 'kan kalau tahu apa yang kamu suka."
"Ah, iya," gumam Prasetya, matanya tak lepas menatap wajah Alika.
===
Masalah muncul ketika hari sudah mulai gelap, Rea yang biasnaya menjaga sikap seketika berubah saat diajak pulang oleh Prasetya. Ia merengek, duduk di lantai tak bersedia ikut bersama ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love with Him, Again!
General FictionAlika tidak pernah lupa siapa lelaki yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Alika ingat betul sosok anak lelaki pencuri hatinya di lapangan upacara dulu. Tinggi, wajah tampan dengan kulit khas lelaki indonesia, Alika dibuat mabuk kepayang saat...