Bab 3

2.1K 479 67
                                    

TIGA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TIGA


Untuk kedua kalinya Alika merasa dunia begitu kejam padanya. Pertama saat ayahnya meninggal lalu yang kedua adalah pertemuannya dengan Prasetya. Sejak penolakan Prasetya didepan banyak orang dulu, Alika sudah bersumpah tidak akan bertemu dengan lelaki itu lagi. Apapun alasannya, ia tidak mau menampakan wajahnya di hadapan Prasetya.

Namun, takdir tidak bisa ditolak. Semesta seolah sedang bermain dengannya. Salah bersumpah 'kah Alika? Mungkin seharusnya ia berdoa agar semesta tidak mempertemukan keduanya lagi bukannya tidak akan menampakan diri di depan Prasetya. Benar saja 'kan, laki-laki itu yang menampakan diri.

"Dunia benar-benar lagi enggak asik," gumam Alika.

"Kenapa?" 

Suara di dekatnya membuat Alika menoleh, matanya terpejam beberapa detik, malu begitu menyadari dirinya tengah berada di dalam mobil Faris. Lelaki itu menawarinya tumpangan karena arah pulang yang sama. Entah kebetulan atau ucapan Berta pagi tadi dikabulkan, Alika tidak peduli. Saat ditawari pulang bersama ia langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.

"Enggak apa-apa, Pak," jawab Alika dengan senyum malu.

Lampu lalu lintas menunjukan warna merah, mobil berhenti tepat sebelum garis pembatas. Didepan mobil beberapa orang menyeberangi jalan sambil menutupi kepala dengan benda seadanya, ada yang menggunakan payung ada pula yang hanya bermodalkan tas yang dibawa.
Hujan memang sudah reda hanya menyisakan rintik kecil yang tidak membuat pengamen cilik putus asa, salah satunya anak laki-laki yang berdiri di samping mobil Faris. Bermodalkan kecrekan kecil yang terbuat dari beberapa tutup botol bekas yang dipaku ke sebilah kayu ia memainkan irama. Alika masih tertarik untuk mendengarkan ingin tahu apa yang akan dinyanyikan si bocah. Berharap ingatannya tentang cinta pertamanya akan hilang.

"Kamu ... Seperti hantu ... Terus ... Menghantuiku---"

"Bangsiatttt," batin Alika. Matanya terpejam, mencoba mengatur napas agar tak emosi berlebih. "Ini bocah ngeledek gue atau gimana sih?!"

Alika cepat-cepat menurunkan jendela mobil, memberikan selembar uang dua ribu rupiah.

"Makasih, Kak, bonus satu lagu untuk kakak cantik," ucap si bocah sambil tersenyum menunjukan gigi-giginya.

"Enggak usah," jawab Alika sambil tersenyun kecut.

"Enggak apa-apa, Kak, satu ya satu." Si bocah memaksa.

Alika lantas mengangguk enggan berdebat panjang.
"Tapi lagu lain ya, jangan yang tadi," kata Alika berharap lagu berikutnya bisa merubah suasana hati yang suram.

Si bocah mengacungkan jempol lalu kembali beraksi.

"Aku tak mengerti, apa yang kurasa ..."

Argh! Kenapa lagunya makin nyindir hati gue sih!

Falling in Love with Him, Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang