Rasa berdebar ketika membaca pesan singkat dari Prasetya semalam, juga bersemangatnya Alika ketika bangun tidur tadi mendadak lenyap, ketika melihat Prasetya berjalan sembari mendorong kursi roda yang diduduki seorang wanita. Alika terpaku melihat betapa anggunnya wanita yang tengah duduk disana dengan midi dress bercorak bunga-bunga kecil dengan detail lipatan-lipatan kecil di bagian dada. Wanita itu tersenyum ke rah Alika usai bersalaman dengan ibu.
"Ayo, ayo silakan masuk," ucap ibu. "Rea cantik sekali," puji ibu saat Rea menyalaminya.
"Halo bu Alika," sapa wanita yang kini berada di depan Alika.
"Halo, bu, ayo silakan masuk," ucap Alika sebisa mungkin ia mengendalikan diri. Ia menatap Prasetya penuh tanya namun lelaki itu hanya tersenyum melewatinya tanpa menjelaskan siapa wanita tersebut.
Apa mungkin ini istrinya?
"Bimo dan Ian mana, bu?" tanya Rea.
"Bimo baru aja mau mandi kalau Ian masih bobo," jawab Alika sambil mengajak Rea masuk ke ruang tamu.
"Maaf ya, kayaknya kami datang terlalu pagi," ucap wanita yang sama sekali belum Alika ketahui namanya.
"Ah, iya enggak apa-apa kok, sudah sarapan? Mau saya buatkan sesuatu? Teh hangat atau kopi mungkin," tanya Alika.
"Teh hangat saja," jawab wanita tersebut.
Alika tersenyum lantas pergi menuju dapur. Hatinya penuh tanya, penasaran ingin tahu siapa nama wanita tersebut, apa hubungannya dengan Prasetya.
"Lika baru pertama ketemu kamu 'kan?" Prasetya membuka suara.
"Ah, iya, aku belum mengenalkan diri ya, aku Tamara, ibunya Rea," ucap wanita tersebut sambil mengulurkan tangan ke arah Alika yang disambut cepat oleh Alika.
"Alika."
"Enaknya saya panggil bu Alika atau mbak Alika ya?"
Alika yang baru saja selesai meletakkan cangkir-cangkir teh tersenyum mendengar pertanyaan wanita yang berada disebelah Prasetya. "Apa aja boleh kok bu, senyaman ibu aja, panggil Lika juga boleh," jawab Alika
"Oh iya, seperti Pras panggil kamu, boleh?"
Alika sekilas melirik Prasetya. Rasanya tak nyaman mendengar pertanyaan Tamara barusan, yang Alika tangkap ada kesan cemburu di intonasi Tamara barusan. Tapi Alika tak mau ambil pusing, bisa saja itu hanya perasaannya saja.
"Rea sering sekali menceritakan mbak Lika, sebelum tidur dia selalu ceritakan kegiatannya bersama mbak, makasih ya sudah bantu jaga Rea."
Alika tersenyum. "Kerjaan saya 'kan memang untuk jaga anak-anak bu."
"Pras juga beberapa kali cerita tentang mbak Lika," Sambung Tamara yang lagi-lagi membuat Alika melirik Prasetya.
Masa iya?
Cerita apa dia sama istrinya?
Jangan-jangan punya niat yang enggak-enggak, ceritain semua tentang gue, mengenalkan gue secara tidak langsung ke istrinya terus habis itu minta izin nikah lagi sama gue.
Dih!Enggak waras nih laki.Eh gue yang enggak waras mikir sejauh ini! Sadar Lika!
"Oh iya? Cerita apa bu?" tanya Alika.
"Kalian pernah satu sekolah dulu, iya 'kan?" Jawab Tamara lalu menoleh ke arah Prasetya yang diangguki oleh lelaki itu.
"Kamu juga pernah suka katanya sama dia, emang iya?" Sambung Tamara
Sialan!
===
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love with Him, Again!
General FictionAlika tidak pernah lupa siapa lelaki yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Alika ingat betul sosok anak lelaki pencuri hatinya di lapangan upacara dulu. Tinggi, wajah tampan dengan kulit khas lelaki indonesia, Alika dibuat mabuk kepayang saat...