Bab 2 (Kesempatan Kedua)

29 2 0
                                    

"Haha haha, kau takkan bisa melakukannya. Menyerah saja... hahaha" ketiga orang itu menertawakanku. Awas kalian. Aku tidak akan memaafkan kalian! Awas kalian! Aku memukul, menusuk dan sebagainya. Namun mereka semua tiba tiba menghilang. Namun suara mereka semakin lama semakin memekakan telingaku. Sial... Aku berteriak ketika mendengar mereka menertawakanku lagi yang semakin lama semakin keras.

Tidak, Tidak, TIDAK......

Hah.... hah... hah... aku terbangun dari tidurku. Tubuhku basah karena penuh keringat. Apa itu tadi? Mimpi? Kurasa iya. Sekarang, di mana aku? Dirumah kakek? Aku rasa ini kamarku yang dulu.

Tubuhku masih sakit. Dada hingga punggungku di perban karena luka itu. Aku rasa itu akan membekas. Bergerak sedikit saja sakit sekali rasanya. Mungkin sebaiknya aku istirahat dulu.

"Hey Grey, bangunlah. Makan ini, kau belum makan apapun dari pagi. Cepat duduk. Kakek akan menyuapimu."

Aku terkejut mendengar suara kakek. Ketika melihatnya, mataku tak kuasa menahan air mata.

"Terima kasih kek."

Air mataku menetes. Karena teringat akan kejadian dulu. Kakek ku mati dan rumahnya di bakar. Saat aku datang kerumah kakek, hanya tersisa bangunan hangus terbakar. Aku mencari ke seluruh hutan, namun keberadaan kakek tidak ku temukan.

Aku tidak tau apakah kakek masih hidup atau tidak. Dikehidupan ini, aku akan menemukan siapa pelakunya. Aku sangat marah waktu itu. Aku depresi selama 3 hari 3 malam. Untungnya Nico dan Chloe menenangkanku.

Aku bangun dari tempat tidurku. Tubuhku terasa sangat lemas karena luka yang di derita. Dan aku belum ada makan juga sih, makanya tubuhku terasa tidak bertenaga sama sekali.

Kakek masih terlihat sama saja.dengan rambut putih, dan jenggot panjangnya seperti seorang Petapa. Ntah kenapa setiap orang tua yang tinggal di hutan selalu memiliki gaya rambut seperti itu.

"Kenapa Grey? Mengapa kau menangis melihat kakek? Apa ujiannya terlalu berat?"

"Tidak. Aku hanya bangga aku bisa berhasil membunuh binatang itu sendirian."

Kakek menyuapiku dengan lembut dan bertanya kepadaku.

"Grey, gak kusangka kau bisa ngalahin beruang itu. Hebat juga kau. Kau bahkan mempelajari teknik pedang yang baru aku ajarkan kau kemarin. Bagaimana bisa kau meguasainya dalam semalam?"

Gak mungkin aku kasih tau kakek kalo aku mati dan kembali ke umur 5 tahun. Apa yang harus ku katakan? Berpikir Grey. Berpikir..... Ah

"Aku berlatih keras kek. Aku rasa aku punya ingatan yang bagus, jadi aku bisa mengingat dan mempraktekannya dengan mudah."

"Kau tau kalau kau adalah pembohong yang buruk kan? Tak apa bila kau gak mau memberi tahu kakek. Tapi kakek akan menggandakan latihanmu! Hahahah"

"Kakek, bukankah itu terlalu berlebihan untuk anak usia 5 tahun?"

"Kau berbicara seperti orang dewasa saja. Sudah, istirahatlah untuk beberapa hari. Kau dibebaskan dari latihan karena kau berhasil membunuh beruang itu. Anggap saja sebagai kebaikan dari kakek. hehehe"

Kakek bangun dan pergi meninggalkanku. Akupun tertidur sambil menahan tangisku karena merindukan kakek.

Kesokan harinya, Chloe datang dengan nenek Melida. Mereka adalah orang yang sangat baik. Mereka sering datang dan menjenguk kami sambil membawa makanan.

Grey [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang