•Sebuah alasan

77 14 4
                                    

Ceklek

"Eh Fano? Kok gak ketuk dulu? Ada apa? Lo sakit?"

Fano tidak menjawab, ia hanya jalan menuju Jejen.

Jejen berdiri "Lo kenapa fan?"

Brak!

Fano menggebrak meja Jejen, hingga Jejen terkejut.

"Lo apa-apaan si?!"

"Lo yang apa-apaan!"
"Kenapa Lo ngasih tau rumah gue ke Tante-tante itu?! Kenapa Lo selalu nyari informasi tentang gue?!"

"T-tapi gue punya alesan--"

"Alesan? Ck.... apa alesan Lo?"-kata Fano sambil berjalan ke arah tepat di depan Jejen.

Fano agak menunduk supaya wajahnya tepat di depan wajah Jejen "coba kasih tau gue alesan Lo apa"

Fano terus menatapnya, tapi Jejen tidak berani menatapnya. Karna ia tau, Fano sekarang sedang marah padanya.

"Gue--"

Ceklek

Jejen dan Fano langsung menoleh ke arah pintu.

"Maaf dokter"-kata suster yang barusan ingin masuk tapi tidak jadi, ia keluar lagi.

"Suster Lami!"

Jejen mau nyamperin suster tadi, tapi di tarik sama Fano "jawab dulu pertanyaan gue"

"Gue bakal jawab tapi gak sekarang. Gue harus nyamperin suster tadi, dia pasti mau nyampein sesuatu ke gue"

"Jawab dulu"

"Fan, gue ini dokter. Kalo suster tadi mau ngasih tau tentang pasien gue gimana? Gue harus nolongin pasien gue dulu"
"Gue janji sama Lo gue bakal kasih tau alesan gue, tapi gak sekarang. Lo duduk aja dulu disini, nanti gue balik lagi"

Fano pun akhirnya pasrah membiarkan Jejen keluar terlebih dahulu.














Di lain sisi, keluarga Jeon dan keluarga Kang sedang bertemu di sebuah restoran.

"Maaf sudah menunggu lama"-kata Mr. Kang.

"Tidak apa-apa, kita juga baru sampai kok"
"Oh iya, kenalin, ini suami saya"
"Pah, mereka orangtuanya Fano"-kata Ms. Jeon memperkenalkan suaminya pada mereka.

Setelah saling berkenalan, mereka duduk kembali dan memesan minuman.

"Sebelumnya terima kasih karena sudah mau datang untuk bertemu"

"Sama-sama Bu jelita"
"Jadi kita mulai dari mana?"-Mr. Kang

"Saya mau liat bukti-buktinya"-bu Fanesa angkat bicara.

"Oh baiklah"-bu jelita mengambil semua bukti yang ia punya.

"Ini foto anak saya waktu kecil. Waktu baru lahir, suami saya memfotonya"
"Ini..."
"Ini..."
"Ini..."
Ini dan yang lainnyaa. Bu jelita memperlihatkan semuanya pada Bu Fanesa dan suaminya.

"Bayi ini benar-benar mirip dengan Fano waktu masih bayi"-Mr. Kang

"Itu hanya kebetulan aja pah"-bu Fanesa

Ini kenapa bisa semirip ini? Sesama ini? Ada apa inii-dalam hati Bu Fanesa yang tak tenang setelah melihat bukti-buktinya.

"Bagaimana? Apa kalian sudah percaya?"-bu Jelita

"Enggak, saya tetep gak percaya"-bu Fanesa tetep kekeh.

"Jika Bu Fanesa tidak percaya juga, tidak ada cara lain selain tes DNA. Bagaimana? Apa kalian setuju?"

Dilema [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang