5. Perubahan

16 4 2
                                    

"Hidup memang suka sebercanda itu"
- Gavita

Happy reading:)
__________

Keesokan harinya, semua orang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Mading sudah di perbaiki, dan tidak ada satupun siswa yang membicarakan tentang berita menggemparkan hari lalu tentang Prita dan teman-teman nya. Seluruh siswa Galaksi menutup mata dan mulut mereka seolah di bungkam oleh seseorang.

Prita duduk di bangkunya, ia menoleh pada Gavita dan melempar senyum menenangkan pada sahabatnya itu, yang di balas pula oleh Gavita dengan senyuman dan anggukan kepala. Gavita menoleh ke kursi kosong di sampingnya, raut wajahnya berubah sedih, hal itupun tak luput dari pandangan Prita, cewek itu juga ikut menatap bangku kosong milik Nesya, cewek itu tidak masuk sekolah.

Prita tidak tahu apa yang terjadi, mengapa seluruh murid SMA Galaksi tiba-tiba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, namun di satu sisi ia bersyukur karena hal ini tidak terjadi berkelanjutan, sehingga tidak membebani kedua sahabatnya. Tapi, Prita tidak bisa berpuas diri hanya dengan hal ini, ia harus menemukan pelakunya, Prita tidak bisa membiarkan bajingan yang berani mengusiknya hidup tenang.

Tentang pelaku pembullyan Gavita dan Nesya, Prita sudah menemukan mereka, setelah memberi sedikit pelajaran ia langsung menyeret mereka ke hadapan Wildan dan kelimanya akhirnya di hukum skorsing selama satu bulan.

"Gavin" cegat Prita.

Gavin yang sedang dalam perjalanan menuju parkiran untuk pulang langsung nampak tak senang melihat keberadaan Prita, cowok itu sedang tak berminat berurusan dengan cewek dihadapannya ini.

"Minggir"

"Dengerin gue dulu sialan" amuk Prita.

Gavin mengangkat sebelah alisnya. "Apapun yang mau lo omongin, gue ga peduli, itu sama sekali gak ada hubungannya sama gue. Minggir" 

Gavin menyingkirkan Prita dari hadapannya, cowok itu melanjutkan langkahnya hingga sampai di parkiran, ia segera memakai helm-nya bersiap pergi, namun ternyata Prita masih mengekori dirinya. Gavin menatap Prita dari balik helmnya, cowok itu menghela napas melihat raut wajah Prita yang entah kenapa terasa sedikit menimbulkan rasa sakit di dadanya.

Prita berdiri di hadapan Gavin, kedua tangannya terkepal kuat, ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Padahal dia bukan tipe orang yang mudah menangis, namun entah kenapa jika dihadapan Gavin, Prita menjadi lebih sensitif.

"Jadi, ini pembalasan lo, Vin?"

Gavin melepaskan helm yang ia gunakan, cowok itu menatap lurus pada manik mata Prita dari atas motornya. Mencoba membaca hatinya sendiri.

"Maksud lo?" Tanya cowok itu setelah terdiam beberapa saat.

"Mading, itu pembalasan yang lo maksud?! Lo punya masalah sama gue Vin, sama gue doang! Kenapa lo harus bawa-bawa sahabat gue segala?! Hah?!"

Prita semakin mengepalkan kedua tangannya, kukunya bahkan sudah menembus kulit telapak tangannya tanpa cewek itu sadari. Ia berusaha untuk tetap kuat, balik menatap Gavin tepat di netra cowok itu. Mencoba mencari kebenaran dari sana.

Gavin memutar otaknya, ingatannya kembali pada hari itu ketika ia dan cewek dihadapannya ini saling berbagi tinju satu sama lain, dan dirinya mengatakan akan memberikan pembalasan pada Prita. Padahal Gavin melupakan perkataanya sendiri pada hari itu, tapi Prita mencurigainya hanya karena kalimat itu. Sialan.

"Bukan gue. Lo pikir lo cuman punya masalah sama gue?" Tanya Gavin tak habis pikir.

"Gue yakin banyak yang benci lo di sini, bahkan dari hari pertama lo masuk ke sekolah ini" lanjutnya.

Crazy Girl (On Going) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang