6. Pengeroyokan

10 0 0
                                    

“Jika seseorang tidak percaya betapa sederhananya matematika, itu karena mereka tidak menyadari betapa rumitnya hidup.”
- John von Neuman

Happy reading :)
__________

Prita bangkit terduduk lesu dari ranjang empuk miliknya. Satu jam yang lalu ia terbangun, tepat pukul sebelas malam, dan sekarang cewek berpiama pendek motif si kembar botak dari negeri jiran itu sulit tidur kembali.

Tiba-tiba Prita ingin martabak.

Melirik malas jam dinding di kamarnya, Prita mendengus, kesal sendiri perutnya ini suka minta diisi tak ingat waktu.

Mungkin kah masih ada penjual martabak sekarang?

Prita menyambar jaket, ponsel dan kunci motor metik miliknya. Bergegas, semoga saja penjual martabak di depan kompleks belum tutup.

Semesta tidak merestuinya.

Penjual martabak di depan kompleks sudah tutup, dan keinginan Prita memakan martabak begitu besar. Cewek itu memutuskan untuk berkeliling lebih jauh, saking fokus mencari penjual martabak tapi tidak ketemu Prita akhirnya nyasar.

Sudah setengah jam Prita berkeliling, bukannya kembali pada jalan pulang dirinya malah semakin kesulitan mengenali arah. Jalanan ini nampak asing baginya.

Tiba-tiba Prita disuguhi pemandangan mengerikan, ia melotot dan berseru kaget.

"WOI!"

Beberapa cowok yang sedang mengeroyok itu menoleh cepat, menatap kedatangan Prita. Kesepuluh cowok berjaket serupa itu langsung memaiki motor masing-masing dan bergegas pergi. Tancap gas sampai menghilang di belokan sana.

Prita menyelidik punggung seorang cowok yang sedang terkapar di aspal. Dilihat dari kebrutalan tindak pengeroyokan yang dilihatnya itu bisa saja mengakibatkan korban jiwa.

Prita tidak tahu apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan apa alasan cowok itu bisa di keroyok. Yang jelas, Prita tidak bisa berdiam diri, ia tidak bisa membiarkan seseorang mati di hadapannya.

Prita memarkirkan motor miliknya di bahu jalan.

Cewek dengan jaket berhoodie yang membalut piama pendeknya itu berlari kearah korban.

Babak belur tidak bisa mewakili kondisi cowok dihadapannya, dia terluka begitu parah. Mata kananya bengkak membiru, pelipis, hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Sudah tak terhitung berapa banyak lebam yang tercetak di tubuhnya.

Prita memegang wajah cowok itu, tubuhnya sedikit menegang karena terkejut menyadari siluet familiar cowok di pangkuannya. Prita memijat keningnya pening, tak habis pikir, kemudian ia menepuk pelan pipi Gavin.

"Lo belum mati kan?"

Melihat Gavin yang sedikit membuka sebelah matanya Prita bernafas lega, ia menuntun Gavin untuk duduk.

"Bentar, gue ambil motor gue dulu. Lo masih kuat buat berdiri kan?"

Prita melepas pegangannya pada Gavin, cewek itu berlari menuntun motornya menuju cowok yang menjabat menjadi musuhnya itu.

"Ayo naik, lo bisa berdiri kan?"

Prita menatap garang Gavin yang malah akan menutup kembali matanya. Gadis itu mengambil sebelah lengan Gavin, memapah cowok itu untuk berdiri dan menduduki motornya. Tentu saja Prita sedikit kesulitan karena perbedaan tinggi badan dan bobot tubuh keduanya.

Prita menahan tubuh Gavin agar tidak tumbang. Menyusul duduk di depan untuk mengemudikan motornya.

Cewek itu berdecak, kepala Gavin jatuh tepat di bahunya, ditambah badan cowok itu jelas menempel pada punggungnya.

Crazy Girl (On Going) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang