"Jangan melupakan orang yang selalu bersamamu, hanya karena kamu sudah menemukan orang baru"
- GavinHappy reading :)
_________Matahari masih malu-malu menampakan dirinya, padahal sekarang sudah pukul 9 pagi. Prita terlambat, sialnya guru yang menjaga piket hari ini adalah Pak Kusumah salah satu guru killer disini, akhirnya ia harus mendapatkan hukuman hormat pada bendera selama satu jam, tapi Prita tetap bersyukur karena masih diizinkan masuk walau sudah sangat terlambat.
Ketika memasuki kelas, Prita dikejutkan dengan pemandangan yang membuat hatinya terasa tercubit. Nesya sedang menangis, suara tangisannya lirih namun terdengar sangat menyakitkan, mata Gavita pun tampak sedikit memerah, sepertinya cewek itupun sempat menangis.
"Pit, ada apa sih?" Khawatir Prita.
Suara bel terdengar, dan satu persatu murid dalam kelas berhamburan keluar, sehingga menyisakan mereka bertiga.
"Gue sama Nesya, tadi pagi di bully"
Hati Prita mencelos mendengar hal itu, kemudian Gavita menceritakan semuanya, dan bagaimana kejamnya pembullyan yang dirinya dan Nesya alami pagi tadi. Dari mulai bagaimana ia dan Nesya tiba-tiba diseret kedalam kamar mandi oleh 5 cewek beriasan tebal, ditanyai hal-hal yang mereka tidak tahu menahu, kemudian setiap pukulan, jambakan, caci maki, hingga diludahi setiap mereka mengatakan "tidak tahu". Hingga akhirnya keduanya bisa bebas dari neraka itu ketika salah seorang kakak kelas menemukan mereka, dan mengancam akan melapor ke BK jika Gavita dan Nesya tidak dilepaskan.
Selesai bercerita Gavita merangkul Neysa untuk kembali menguatkan, tapi tangisannya malah semakin pecah. Membuat perasaan Prita semakin tak karuan. Matanya bergerak liar, tangannya terkepal, kepalanya terasa mendidih.
"Kenapa?" satu kata yang Prita keluarkan.
Gavita menatap Prita ragu, menangkap sorot sulit dari sahabatnya itu. Ini tidak baik.
Tak kunjung mendapat jawaban, Prita menatap lurus Gavita, wajahnya berubah tak berekspresi.
"Kenapa?" ulangnya.
Gavita menghela napasnya, memalingkan wajah untuk menyeka air matanya. Mencoba tangguh.
"Gue tanya KENAPA?!" bentak Prita tak tertahankan.
Nesya tersentak, semakin mengeratkan pelukannya pada Gavita. Dia tidak menyukai sisi Prita yang seperti ini.
Gavita tersenyum getir, menatap Prita dengan mata merah, menahan sekuat tenaga agar tidak menjatuhkan bulir bening itu, yang hanya akan semakin membuat Prita merasa buruk.
"Mading."
Prita langsung beranjak pergi dengan tergesa. Tangannya terkepal kuat, berlari dengan tak santai sampai menubruk beberapa orang yang menghalangi jalannya menuju mading.
Prita menyingkirkan semua orang yang mengerubungi mading. Berdecih sinis menatap foto-foto dan kertas-kertas penuh tulisan yang tak berguna.
Sampah.
Dia terkekeh sinis, tangannya terkepal kuat, giginya bergemelatuk, menunjukkan seberapa besar usahanya untuk bisa bersabar. Tapi, dia tak bisa.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Prang!
Kaca yang melindungi mading pecah berserakan di bawah kaki Prita. Darah segar mengucur dari sebelah tangan Prita.
Prita menarik semua kertas dari mading, meremasnya kuat dan melemparkannya kebawah lantai. Mengangkat foto-foto yang berada di genggamannya, menatap nyalang semua orang yang menyaksikannya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl (On Going) [REVISI]
Teen Fiction"Kenalin, gue Pritana Hana Putri" "Lo udah punya pacar?" "Kalo lo masih jomblo gue bakal ngejar lo" "Kalo lo udah punya pacar..." ".....gue bakal rebut lo darinya" "Gue bakal kejar lo sampai lo jadi milik gue" "Maaf, seharusnya kita enggak kayak gin...