"LO?!" teriak Arsa. Tangannya menunjuk ke arah Sila. "Ga punya hati," ujarnya tenang dan berjalan ke arah Nata sambil melepaskan jaket yang dipakainya ia berikan kepada Nata.
"Pahlawanan nya dia lo?" Sila menunjuk tepat di depan wajah Nata. Bukannya menjawab, Arsa malah melihat penampilan Sila dari atas hingga bawah.
"Cabe," ujarnya dengan wajah dinginnya.
"Ngomong apa lo?!" ujarnya tak terima.
Tanpa menjawab, Arsa malah menoleh ke arah Nata. "Aku ga papa," ujarnya yang paham akan arti tatapan yang di berikan Arsa.
Merasa tak di perhatikan, Sila menghentakkan kakinya berjalan keluar dari gudang.
"BK hm?" Arsa berkata dengan wajah yang amat tenang. Nata langsung menggelengkan kepalanya, "Ga usah, biarin aja. Makasih ya Ar, kamu udah bantu aku. Tapi, kok kamu bisa tau aku ada di sini?"
"Kebetulan lewat." Arsa melepaskan baju osisnya. "Kamu mau apa?!" kaget Nata.
"Pake." Arsa melempar kaos osisnya. Kini ia hanya menggunakan kaos berwarna hitam. "T-tapi...." belum selesai berkata, Arsa sudah berjalan keluar meninggalkan Nata di dalam gudang.
***
"Tunggu!" suara seseorang menghentikan langkah Nata saat berjalan ke arah gerbang sekolah. Nata menghembuskan napasnya panjang, ia lelah, sedari tadi di wawancarai oleh Mela dan Evan mengapa sampai baju dan jaket Arsa bisa di pakai olehnya.Ingin bertanya dengan Arsa? Jangan harap akan di jawab. Di lirik pun tak akan. Nata hanya berkata bahwa tadi dirinya ketumpahan air bekas pel karena tak sengaja menabrak pak bon. Ia tak menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Nata membalikkan badannya dan....
Deg
"Kak Nathan," ujarnya tetap tenang, "Ada apa ya kak?"
"Ada apa lo bilang? Lo kan gue suruh dateng ke rumah gue 2 hari yang lalu, kenapa ga dateng?"
Lupa. Benar, Nata melupakannya. Nata tak ingat bahwa ia di suruh untuk datang ke rumah Nathan. "Maaf, aku lupa kak," ujarnya menunduk. Tak ada respon, Nata mendongakkan kepalanya.
"Kalo ngomong jangan nunduk! Liat lawan bicaranya." ujar Nathan sinis. " Gak sopan. Lo ikut gue sekarang." pergelangan tangannya di tarik Nathan.
"Kita mau kemana kak?"
"Rumah gue,"
Nata memberhentikan langkahnya, ia terdiam sebentar. Bayangan ayahnya yang mengamuk kemarin terputar kembali. "Udah jam setengah empat, aku harus pulang kak,"
"Gue.ga.peduli." ujar Nathan penuh tekanan.
"Aku mohon kak, jangan sekarang. Eumm besok kan tanggal merah, gimana kalo besok aku dateng ke rumah kakak pagi? Aku mohon jangan sekarang."
Nathan tampak berpikir, penawaran bagus. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Nathan berjalan meninggalkannya. Nata cukup bersyukur Nathan menerima tawarannya.
***
10.00 WIBNata menutup pagar rumahnya. Ia menunggu angkot lewat sambil membawa pesanan pembelinya. Ia akan mengantarkan pesanannya lalu pergi ke rumah Nathan.
Tak butuh waktu lama menunggu, sebuah angkot berhenti di hadapannya, hari ini angkot cukup penuh hingga tubuhnya terhempit. Nata sudah biasa dengan hal itu, dan ia tak mempermasalahkannya. Angkot merupakan fasilitas umum.
Setelah mengantar orderan dari pembeli, Nata sudah berdiri di depan pintu rumah Nathan, sambil sesekali memencet bel.
Ceklek
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi dan Gelap
Teen FictionPlakkk "Kamu bukan anak saya!!"~ "Kenapa papa gak anggep Nata hiks?" balas Nata sambil memegangi pipinya yang terasa begitu panas. "Apa itu membutuhkan alasan? Kesalahan paling fatal karena kamu lahir!"~ * "Ma-maaf aku gak sengaja,"~ "Lo sekarang ja...