"Kamu?!"
"Kenapa? Kaget?" tanya Nathan menaik turunkan alisnya.
"Ikut gue!" ajak Nathan menarik tangan Nata.
"Gak mau, plisss aku mohon jangan sekarang aku buru-buru,"
"Inget, lo babu gue."
Nata bungkam. Dirinya takut jika ia ikut dengan Nathan dan lama, papanya sudah pulang dari kantor dan tak mendapati dirinya di rumah.
"Mau kemana kak?" tanya Nata sambil berusaha melepas cekalan tangan Nathan.
"Temenin gue makan."
"Gak usah, aku udah kenyang, aku mau pulang aja ya kak?" tolak Nata.
"Pede lo, gua cuma minta di temenin gak ngajak lo makan."
Nata malu? Iya lah malu.
Nata pasrah. Lagi pula sekuat apa ia meronta tenaganya kalah kuat dengan Nathan. Saat Nathan ingin menaiki jok motornya terhenti suara dering ponselnya.
"Halo,"
"...."
"Lagi di jalan,"
"...."
"Sekarang?"
"...."
"Yaudah aku otw,"
Tutt
Sambungan terputus.
"Lo boleh pergi," usir Nathan.
Nata mendengus kesal. Kenapa tidak dari tadi saja ponsel Nathan berbunyi? Dan sudah di pastikan Nata tidak akan berurusan dengan Nathan.
Ia melanjutkan jalannya di trotoar, tak lama ada sebuah motor yang menghampiri dirinya.
Hal itu membuat Nata mempercepat langkahnya, ia hanya takut jika suara motor itu milik orang jahat.
Ada yang mencekal tangannya.
"Kan aku udah bilang kal-" ucapannya terpotong saat ia melihat siapa yang mencekal tangannya.
"Evan!!" pekik Nata.
Evan, saudara sekaligus sahabat Nata.
Ibu Evan adik dari papanya.Nata langsung memeluk tubuh Evan erat dan di balas oleh sang empu.
"Hiks, kamu kemana aja Van? aku tuhh kangen sama kamu hiks," isak Nata.
Evan menghapus air mata Nata.
"Lo kok cengeng sih? Mana Nata yang gue kenal hmm?" balas Evan.
Memang, semua orang mengetahui bahwa Nata orang yang kuat. Nata sengaja menunjukkan sikap seperti itu agar tidak ada orang yang kasihan terhadapnya. Ia tidak suka di kasihani.
"Abisnya kamu tiba-tiba pergi aja, jahat. Setelah itu ngasih taunya lewat chat doang lagi," Nata memukul dada bidang Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi dan Gelap
Fiksi RemajaPlakkk "Kamu bukan anak saya!!"~ "Kenapa papa gak anggep Nata hiks?" balas Nata sambil memegangi pipinya yang terasa begitu panas. "Apa itu membutuhkan alasan? Kesalahan paling fatal karena kamu lahir!"~ * "Ma-maaf aku gak sengaja,"~ "Lo sekarang ja...