1. Anak Sial

224 25 12
                                    

~Aku akan selalu tunduk dan hormat kepada papa walau papa tak memperdulikan aku sama sekali~

-Freynata Agnesila

HAPPY READING🌷

¤¤¤

Hari minggu, hari minggu ini bertepatan dengan hari terakhir libur sekolah semester 2 atau kenaikan kelas ataupun kelulusan. Nata berencana pergi untuk membeli peralatan sekolahnya. Dia sudah rapi dengan pakaiannya.

"Nahh itu papa," ujarnya dari atas tangga menuju ke arah ayahnya yang sedang membaca koran di temani secangkir kopi.

"Pa, Nata mau ijin beli peralatan sekolah ya, soalnya besok mulai masuk sekolah lagi," senyumnya mengembang saat meminta ijin terhadap ayahnya, namun, Dito-papanya tidak memperdulikan ijin Nata. Nata seperti sedang berbicara dengan angin.

"Pa, Nata ijin ya," masih tidak ada sahutan. Nata mengambil tangan kanan Dito yang hendak mengambil cangkir kopi namun Dito langsung menepisnya hingga...

Prangg.

Cangkir itu pecah, air kopi yang masih lumayan panas itu mengenai tangan Nata.

"Awwww," ringisnya sambil mengkibas-kibaskan tangannya. Dito langsung berdiri menatap Nata tajam.

"Salah kamu sendiri yang mengganggu waktu saya! Kena kan sekarang tangan kamu!" Dito malah memarahi Nata bukannya menolong.

"Ak-aku gak sengaja pa, aku cuma mau minta ij-"

"Apa?! Mau bilang kalo kamu mau minta ijin?! Kan saya sudah bilang kalo kamu mau apapun saya tidak perduli, dan gak usah meminta ijin dengan saya! Ganggu waktu saya saja!" sela Dito sebelum Nata menyelesaikan perkataannya.

"Tap-tapi tadi aku cuman mau nyium punggung tangan papa aja,"

"Dengan kamu mencium tangan saya,  tidak akan bisa membuat saya menyayangi kamu!!" Dito sudah emosi. Nata hanya menundukkan kepalanya takut.

"Dan saya gak akan pernah luapain itu. Kalo kamu itu seorang p.e.m.b.u.n.u.h." lanjutnya menekan kata pembunuh.


Selalu seperti ini. Nata terus di salahkan atas kepergian ibu dan saudara  kembarnya. Ia sungguh tak tau apa yang ia lakukan dulu hingga ayahnya terus menyebutnya pembunuh. Ia saja tidak mengingat sama sekali kenangan dengan ibu dan saudara kembarnya.

"Iya papa emang benar, mungkin aku itu seorang pembunuh. Papa selalu salahin aku. Aku gatau apa-apa pa. Kalo misalkan Mama sama Alex meninggal karna aku, bukannya itu udah garis takdir dari Tuhan?" Nata memberanikan diri berbicara.


Plakk

Satu tamparan keras mengenai pipi mulus Nata. "Takdir? Kamu bilang takdir? Haha lucu sekali kamu ya?! Seharusnya takdir yang mati itu kamu bukan mereka!" Dito menaikkan nada bicaranya.


Plakk.

Tamparan di pipi kanan,"Ini buat kamu yang berani berbicara seperti itu,"

"Awww. Hiks,"

Plakk.

Kini berpindah ke pipi kiri. "Ini buat kamu yang sudah mengganggu waktu saya."

Sepi dan GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang