Seperti biasanya, gadis itu datang ke sekolah di antar oleh sang supir angkot. Senyuman terpancar jelas di wajah gadis itu mengingat sikap ayahnya tadi pagi yang membuat dirinya begitu bahagia.
"Papa mau makan apa? Biar Nata ambilin." ujarnya yang berdiri di samping Dito yang duduk di kursi makan.
"Saya tidak lapar."
"Tapi, papa harus sarapan biar gak sakit."
"Apa kamu tidak mempunyai telinga?"
Nata terdiam sebentar setelah mendengar perkataan sang ayah. Niatnya baik, dirinya tidak mau jika Dito sakit karena sejak tadi malam ia tak makan apapun.
Nata mengambil searsir roti dari tempatnya dan mengoleskannya dengan selai kacang, kemudian ia mengambil satu arsir roti untuk di letakkan di atasnya.
Ia meletakkannya di atas piring yang sudah tersedia di meja makan, kemudian ia berjalan ke dapur untuk membuatkan ayahnya susu.
"Papa harus makan yah, Nata berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum." ujarnya lalu keluar dari rumah. Hatinya sakit, ia sangat yakin makanan yang baru saja ia siapkan untuk ayahnya tak akan tersentuh sedikit pun.
Saat baru saja lima langkah ia keluar dari gerbang rumah, ia menepuk jidatnya. "Buku kimia aku ketinggalan, mana ada tugas lagi." kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk kembali ke dalam rumah.
Saat baru saja membuka pintu utama, dirinya melihat Dito sedang memakan sarapan yang ia buat. Senyumnya mengembang dan ia kembali menutup pintu berusaha agar tak menimbulkan suara dan berjalan keluar rumah untuk pergi ke sekolah.
"Nata!! Huwaaaaaaa gimana ini."
"Kamu kenapa kok panik gitu, Mel?" Herannya. Bukan apa-apa, baru saja ia menginjakkan kaki masuk ke dalam kelas, Mela sudah geger seperti ayam betina yang ingin bertelur.
"Gue lupa belum ngerjain tugas kimia minggu kemarin aaaaaa gimana ini...."
Nata menghela napas panjang, "Aku udah, bentar aku kasih contekan." Nata langsung duduk di bangkunya dan langsung membuka tasnya.
Deg
'Kok gak ada?'
Ia mengeluarkan semua isi tasnya, namun sama sekali tak ia temukan. Beberapa detik kemudian ia menepuk jidatnya, "Aku lupa gak bawa bukunya." Ungkapnya. Dirinya baru ingat, saat ingin mengambil buku kimia ia lupakan sangking senangnya melihat Dito memakan sarapan yang ia siapkan.
"Aduhh terus gimana dong? Mana jam pertama lagi aaaaaaa."
Nata terdiam memikirkan sesuatu, "Sini buku kamu, aku kerjain ulang sekarang. Kayaknya masih inget beberapa jawaban."
Mela memberikan bukunya kepada temannya itu. "Waktunya Nat, 5 menit lagi bel...... ARSAAAA bagi contekan kimia..." teriak Mela yang baru melihat sepupunya itu masuk ke dalam kelas.
Arsa yang baru saja masuk ke kelas memandang sinis ke arah Mela. "Apa?! Berani lo sama gue?" Tantang Mela. Tak ada sahutan dari Arsa, dirinya melanjutkan jalannya ke arah bangku dengan tampang cuek, yang dimana melewati bangku Nata dan juga Mela.
"Arsa ihhh bantuin, gue gamau di hukum..." rengeknya. Arsa yang malas berdebat dengan sepupunya itu membuka tas nya dan menyerahkan bukunya.
"Aaaa thanks muach." Ujarnya langsung merebut buku dari tangan Arsa. Tak ada sepatah kata pun yang Arsa keluarkan, ia langsung duduk di kursinya. Satu kelas tak memperdulikannya, mereka asik dengan kegiatannya masing-masing.
Mela tersenyum puas, "Nihh Nat, gak perlu ngerjain lagi, tinggal nyalin." Ujarnya lalu melatakkan buku itu di atas meja. Nata hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi dan Gelap
Teen FictionPlakkk "Kamu bukan anak saya!!"~ "Kenapa papa gak anggep Nata hiks?" balas Nata sambil memegangi pipinya yang terasa begitu panas. "Apa itu membutuhkan alasan? Kesalahan paling fatal karena kamu lahir!"~ * "Ma-maaf aku gak sengaja,"~ "Lo sekarang ja...