Renjun memandang hamparan cakrawala di kejauhan. Dari tempatnya duduk, ia dapat melihat Istana Fyzool yang berdiri di puncak bukit itu menaungi rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Atapnya yang biru tampak begitu serasi dengan awan-awan putih tebal yang melatar belakanginya. Dinding-dinding putihnya yang kokoh tampak bersinar di bawah sinar mentari pagi.
Berada beberapa bepuluh-puluh mil dari Schewicvic, Istana Fyzool terlihat seperti raksasa yang berdiri kokoh di antara rumah-rumah kecil yang mengelilinginya. Istana yang begitu megah itu tampak begitu kontras dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Ia tampak begitu kokoh dan berkuasa.
Tentu saja tidak semua bangunan di sekitar Istana kecil. Masih ada gedung Parlemen yang megah. Kawasan elit para orang kaya juga berada di salah satu sisi ibukota.
Beberapa kilometer di belakang Istana juga tampak kediaman keluarga Krievickie, Mangstone Villa.
Di Loudline juga ada banyak jalan-jalan yang terkenal. Ada jalan yang terkenal oleh keindahannya, jalan yang terkenal oleh kerimbunan pepohonannya, ada juga jalan yang terkenal oleh pertunjukan-pertunjukan atraksinya yang tiada henti juga ada jalan lebar dengan toko-toko yang indah di kanan kirinya.
Di malam hari bila kau tidak dapat tidur, kau bisa pergi ke coffee shop yang buka sepanjang hari
Di setiap sudut kota terbesar di Viering itu. Bar-bar elit yang hanya didatangi oleh bangsawan juga ada di segala penjuru Loudline, salah satunya adalah Dristol, tempat Youngho bertemu dengan istrinya.
Renjun memandang istana yang megah itu lekat-lekat. Tidak tampak tanda-tanda yang mencurigakan dari Istana. Tidak tampak juga kejanggalan di dalam Istana yang selalu berkilau itu.
Namun ada banyak masalah di dalamnya.
Renjun tidak perlu pergi ke sana untuk mengetahui masalah-masalah di dalam bangunan yang megah itu. Koran-koran cukup menceritakan apa yang ada di dalamnya. Kabar-kabar burung yang sampai di telinganya cukup menjelaskan apa yang tengah terjadi di sana.
Seperti pagi ini, dari orang-orang yang ditemuinya di pasar ia mendengar gejolak kemarahan Jaehyun masih belum surut. Renjun tidak yakin kemarahan pria itu akan reda dalam waktu singkat.
Dari Donghae, Renjun sering mendengar bagaimana menyeramkannya kemarahan Jaehyun. Renjun tahu Donghae juga para bangsawan lain serta pembantu Jaehyun tidak ada yang berani melawan pria itu ketika ia murka.
Ia yakin kali ini tidak akan ada yang dapat meredakan kemarahan Jaehyun selain mengubah masa lalu.
"Tetapi itu tidak mungkin," desah Renjun sambil menyandarkan punggung ke batang pohon besar itu. Tangannya terlipat di belakang kepalanya. Kakinya menjulur panjang di dahan tempat ia duduk. Matanya memandang langit biru di atas kepalanya.
Bagi Renjun, tiada saat yang lebih menyenangkan daripada duduk di atas pohon di musim panas yang menyengat ini. Tidak ada yang peduli di mana ia berada. Ayahnya tidak akan mencarinya. Ia dapat menikmati waktunya di atas pohon sesuka hatinya dan sepuas hatinya.
Renjun memejamkan matanya.
"Renjun!"
"Renjun, di mana kau?" Jaemin ikut-ikutan berseru memanggil.
Renjun terkejut.
"Sudah kuduga kau ada di sini," Jeno menengadah sambil tersenyum puas.
"Ya, Tuhan," pekik Jaemin, "Apa yang kau lakukan di atas sana?"
"Tunggu sebentar," sahut Renjun, "Aku akan segera turun."
"Tidak! Tidak!" Jaemin panik. Wanita yang tidak pernah terbiasa oleh kesukaan Renjun akan memanjat pohon itu segera mendorong maju adiknya dan berkata, "Jeno akan menurunkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF CHOICE [JAEREN REMAKE] ✔
Fantasia[COMPLETE] Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang. Jaehyun tau dia harus melakukan sesuatu untuk kehormatan kerajaannya walaupun dengan mengingkari sumpahnya sendiri. "Pria semacam itu adalah Narcissus. Aku tidak a...