"Krist kau mau kemana?, tanya Godt.
"Aku mau pergi ke deck atas. Boleh kan pergi kesana?"
"Boleh. Di tiket kapal tertulis deck atas kapal bisa diakses oleh tiket kelas ekonomi. Kita hanya tidak bisa masuk ke fasilitas untuk kelas bisnis dan VIP."
"Ok. Aku pergi sebentar mau melukis pemandangan matahari terbenam. Kau mau ikut?, tanya Krist sambil sedikit memiringkan kepalanya.
"Tidak. Aku mau istirahat. Lelah seharian ini berlari. Nanti kita ketemu di restoran untuk makan malam saja ya."
"Eh aku lupa. Makanan di kapal ini berbayar kan? Aku hanya membawa sedikit uang, apa bisa kita bertahan sampai seminggu?", Krist terlihat panik sedangkan Godt menertawainya.
"Krist. Bacalah di tiket tertulis sudah termasuk makan all you can eat 3x sehari di restoran kelas ekonomi. Jadi kita bisa bebas makan di restoran mana saja yang ada di kelas ekonomi."
"Ohh.. hehe untunglah. Kita tidak akan mati kelaparan."
Krist berjalan ke deck atas. Sempat tersesat dan dilarang masuk oleh seorang kru karena itu area khusus VIP. Krist mengagumi kru kelas VIP yang tetap sopan padanya, meskipun dia penumpang kelas ekonomi. Tidak seperti orang-orang di kampung halamannya yang selalu merendahkan dirinya karena tidak punya banyak uang.
Keren sekali kapal ini seperti tidak ada cela. Seluruh kru dilatih dengan sangat baik, mereka semua sangat ramah dan sopan.
Krist sampai di deck atas dan segera mencari posisi yang tepat untuk menggambar. Ia duduk di salah satu kursi dekat dengan pagar deck.
Wahh... ramai juga disini. Masih terlalu cepat untuk matahari terbenam, sebaiknya aku menikmati pemandangan disini dulu. Sambil menunggu matahari terbenam, Krist sedikit melukiskan deck kapal yang ada di hadapannya di atas kanvas dan nanti baru melukis matahari terbenam.
Krist melihat ke sekelilingnya hingga matanya tertuju ke satu orang, tidak jauh berada di sebelah kanannya. Orang itu berdiri di dekat pagar pembatas mengenakan tuxedo mahalnya sambil menghembuskan asap rokok.
Dia tidak terlihat seperti orang biasa. Lihat saja pakaian itu terlihat sangat mahal. Krist pun melihat ke pakaiannya sendiri yang hanya hoodie berwarna biru muda dengan celana jeans hitam.
Pria itu tampan. Rambutnya diset ke atas menggunakan gel, menampakkan jidatnya dan semakin memperlihatkan wajah tampannya. Krist mengeluarkan pensil dan sketchbook yang dia bawa. Orang setampan itu harus digambar, kapan lagi Krist akan menemukan orang yang mempesona seperti pria itu. Tangannya mulai menggambar, membuat sketsa si pria tampan. Khawatir akan ketahuan, Krist hanya melirik sedikit sesekali. Pria itu cukup lama berdiri sambil menghirup rokoknya, entah sudah berapa batang yang dia habiskan. Tanpa sadar ketika asik membuat sketsa pria itu, Krist melupakan tujuannya untuk melukis matahari terbenam. Kini malam telah datang dan sekitarnya mulai gelap. Sebagian orang di deck kembali masuk ke dalam kapal untuk makan malam. Pria tampan itu masih berdiri di tempat semula, tetapi sudah berhenti merokok. Sketsa yang dibuat Krist sudah jadi. Dia berniat ingin menghampiri pria itu dan memberikan sketsa gambar yang dibuatnya. Tetapi jantungnya berdebar.
Kalau aku menghampirinya, apa yang harus ku katakan? Masa tiba-tiba bilang hai aku baru saja menggambarmu.. Rasanya aku akan dianggap orang aneh, pergulatan Krist dalam batinnya.
Belum sempat Krist berdiri, ada orang yang melempar suatu barang ke arahnya dan langsung pergi berlari.
Apa ini? Hah perhiasan? Kalung berlian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of The Sea
Romance[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ This is my first story. Krist Perawat adalah seorang pelukis jalanan yang telah kehilangan ibunya-keluarga satu-satunya yang ia punya, atau yang ia tahu? Untuk menjawab misteri siapa dirinya dan masih kah ada ke...