Part 5: Makan Malam Pertama

1.3K 178 6
                                    

"Sudah siap, Krist? Ayo kita menuju restoran."

Singto telah mengganti pakaiannya dengan tuxedo yang baru dibawakan oleh Madam Wang. Tidak jauh berbeda dengan tuxedo yang sebelumnya digunakan oleh Singto, sama-sama terlihat mahal. Tapi Krist berpikir penampilan Singto sekarang lebih tampan daripada yang sebelumnya, makin mengacaukan irama jantung Krist.

 Tapi Krist berpikir penampilan Singto sekarang lebih tampan daripada yang sebelumnya, makin mengacaukan irama jantung Krist

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah siap. Mari, tuan."

"Krist. Aku ingin bilang kau jangan memanggilku tuan. Aku memperkenalkanmu sebagai temanku. Tidak ada orang yang memanggil temannya tuan."

"Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?", tanya Krist sambil memiringkan kepalanya sedikit. Hal ini merupakan kebiasaan Krist ketika sedang bertanya-tanya. Tapi bagi Singto kelakuan Krist ini adalah keimutan yang membuat Singto berdebar-debar.

Kenapa dia memiringkan kepala seperti itu dengan wajahnya yang imut? Dia terlihat seperti Marie. Aa.. Sudah lama aku tidak bertemu Marie, jadi kangen.

Marie adalah anak kucing kesayangan Singto yang ada di rumah.

"Berapa usiamu, Krist?"

"25."

"Aku 29 tahun. Kalau begitu kau panggil aku kak Sing saja."

"Kenapa kak Sing?"

"Memang kenapa kalo panggil kak?"

"Bukan itu. Kenapa Sing? Bukankah nama tuan-eh kakak Prachaya Ruangroj?"

"Nama depanku Singto. Aku lebih senang dipanggil dengan nama depanku saja."

Oh. Namanya makin bertambah panjang saja. Jadi sekarang nama lengkapnya Singto Prachaya Ruangroj? Tapi kenapa aku harus memanggilnya dengan nama depan?

"Baiklah, kak.. Sing", Krist merasa aneh memanggil orang di hadapannya ini dengan sebutan kak. Ditambah dengan memanggil nama depan saja. Krist merasa tidak sopan, karena dia menyadari status sosialnya dengan Singto sangat jauh.

"Ayo, aku lapar."

"Iya." sahut Krist seraya mengikuti Singto di belakang. Singto pun berhenti berjalan.

"Kenapa kak?", tanya Krist yang bingung mengapa Singto tiba-tiba berhenti.

"Jangan berjalan di belakangku. Berjalanlah di sampingku."

Eh? Kenapa aku harus berjalan di sampingnya?

"Kau tahu di dalam restoran kemungkinan akan ada rekan bisnis ayahku. Aku akan memperkenalkanmu sebagai teman, jadi bersikaplah santai denganku dan jangan menundukkan kepalamu."

Krist memang seringkali menunduk karena dia malu menunjukkan wajahnya. Bagaimana jika Singto melihat wajahnya sedang merah padam karena malu ketika ditatap oleh Singto? Entah mengapa Krist berdebar-debar setiap bertatap muka dengan Singto. Apa ada yang tidak beres dengan jantungnya?

Memories of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang