Part 14: Jatuh Cinta

1.3K 162 0
                                    

Hari keempat kapal Memories of The Sea menuju Edelweiss.


Krist terbangun dan langsung melihat ke Singto yang masih tertidur di sampingnya. Krist menatap Singto cukup lama. Banyak perasaan campur aduk dalam diri Krist. Baru beberapa hari mereka bertemu, tapi Krist sudah menyayangi pria itu sedalam ini. Selama ini Krist tidak pernah berpikir akan jatuh cinta. Tidak pernah ada urusan cinta terlintas di pikirannya sejak ibunya jatuh sakit. Semua yang ia lakukan hanya untuk menyelamatkan ibunya, tidak ada orang lain di dunia yang ia sayang selain ibunya. Ketika ibunya tiada, Krist seperti mati rasa. Ia hanya menjalani hidup sendirian sambil melukis di atas kanvasnya untuk bertahan hidup. Lalu apa tujuan hidupnya? Ia hanya ingin menjadi pelukis terkenal dan suatu saat dapat membantu anak-anak yang tidak punya orang tua seperti dirinya. Ia ingin ibunya yang ada disana bangga pada Krist. Satu lagi tujuan lain dalam hidupnya, ia harus ke Edelweiss untuk mencari tahu siapa keluarga yang dimaksud ibunya. Krist ingin tahu mengapa selama ini ibunya hidup bersembunyi. Ibunya sama sekali tidak punya teman yang datang ke pemakamannya, hanya beberapa kenalan di tempat kerjanya dulu dan tidak ada keluarga satupun. Siapa sebenarnya ibunya? Dan siapa ayahnya?

Alasan utama Krist tidak pernah mencintai orang lain dalam hidupnya bukan hanya karena ia tidak lagi peduli pada cinta, tapi ia takut.

Kehilangan ibuku sudah sangat menghancurkan hatiku. Aku tidak ingin jatuh cinta, tidak ingin lagi kehilangan orang yang kucintai. Tapi mengapa takdir mempertemukanku denganmu, Singtuan? 

Krist memeluk Singto, menyandarkan kepalanya di dada Singto dan menghirup dalam aroma tubuh Singto yang membuatnya tenang. Ia ingin melupakan semua pikiran yang mengusiknya dan hanya ingin meluapkan rasa sayangnya pada Singto. 

Krist merasakan tangan Singto mengusap lembut punggungnya "Masih pagi, Kit.", Krist mendongak untuk melihat Singto. Mata mereka bertemu. "huh? iya pagi, Singtuan."

"Kenapa nyender gini, mau minta sesuatu, Kit? Kamu suka pagi-pagi?", Krist tahu apa yang dimaksud Singto. Memang bercandaan orang tua ini kadang bikin kesal.

"Kamu mikirinya aneh-aneh! Aku cuma mau peluk emang ga boleh?", Krist ngedumel imut seperti biasa, seperti anak kucing Singto kalau lagi diganggu. Singto jadi makin suka menggoda Krist.

"Yakin cuma mau peluk? Kalo mau yang lain boleh juga kok, hari ini aku free."

"Apa sih Singtuan!", seru Krist malu-malu sambil menjauhkan dirinya dan melempar bantal ke wajah Singto yang genit itu. Singto hanya tertawa-tawa melihat Krist salah tingkah.

"Kalau cium aja boleh?", tanya Singto dengan wajah sok memelas tapi Krist pun luluh.

"Cium aja tapi."

Singto merengkuh pinggang Krist dan menciumnya lembut. Ia melepaskan ciumannya dan menarik napas, lalu kembali mencium Krist. Keduanya membuka mulut, mengizinkan lidah mereka untuk saling menyapa dan bertukar saliva. Bibir mereka pun saling menghisap. Ketika napsu mulai naik, Krist sedikit mendorong Singto dan ia pun menghentikan ciumannya. Krist sedang tidak ingin melakukan lebih dari ini, dirinya hanya ingin bermanja-manja saja. Krist mengecup singkat bibir Singto dan keduanya tersenyum sambil menyentuhkan hidung satu sama lain.

"I love you, Kit", ucap Singto sambil mengecup kening Krist.

"Love you too, Singtuan."

Pagi hari lovebirds ini seperti biasa, menikmati sarapan pagi yang telah disiapkan oleh pelayan di atas meja makan sambil berbincang-bincang penuh tawa. Keduanya saling menggoda satu sama lain. Senyum di wajah Singto dan Krist adalah moodbooster bagi satu sama lain.

Mereka menghabiskan waktu hanya di kamar saja. Singto mengajari Krist bermain game playstation. Bosan bermain game, mereka pun menonton film horror permintaan Krist. Dirinya takut hantu tapi penasaran. Sepanjang film Krist teriak kaget, langsung memeluk Singto, bersembunyi di balik punggung Singto sambil mengintip untuk melihat kelanjutan filmnya.

Singto hanya duduk diam saja sambil menahan tawa karena Krist sangat menggemaskan

"Kenapa ketawa-tawa sih, Singtuan? Itu film nya serem banget loh."

"Bukan filmnya yang lucu tapi kamu gemesin.", ucap Singto sambil mencubit pelan pipi Krist.

Dari berteriak-teriak menonton film horror, kini Krist menonton film sci-fi.

"Singtuan, menurutmu alien beneran ada gak?"

"Ada."

"Hah? Memang beneran ada ya?"

"Iya. Kamu aliennya."

"Kok bisa aku?"

"Soalnya aneh kalo kamu manusia kok aku bisa suka banget."

Gombalan Singto membuat Krist tersipu malu. Makin jago saja Singto menggoda.

"Apa sih Singtuan." Krist menepuk bahu Singto.

Sambil tertawa-tawa, Singto merebahkan kepalanya di paha Krist dan mendongak melihat wajah Krist dari bawah.

"Tapi kamu suka juga kan sama aku?", tanya Singto.

"Nggak."

"Huh?"

"Aku sayang.", Krist membelai rambut Singto dan mengecup keningnya.

Jika Singto bisa meminta satu permintaan apapun itu, maka Singto pasti akan meminta agar waktu berhenti di saat ini saja.



Memories of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang