Part 6: Dia Berbeda

1.3K 168 0
                                    

Krist masih menggandeng Singto dan menariknya ke sebuah lift yang menuju ke lantai kelas ekonomi. Ketika di dalam lift, Krist baru sadar tangannya masih menggenggam tangan Singto. Sementara Singto menikmatinya dan tidak ada niatan untuk melepaskan tangannya. Tetapi Krist panik dan dengan cepat melepaskan tangannya, ia salah tingkah. Singto sedikit kecewa dalam hatinya, tapi Krist yang salah tingkah sangat menggemaskan.

Krist mengajak Singto ke sebuah bar di kelas ekonomi, tempat Krist berjanji akan makan malam bersama Godt, tadinya... sebelum ia bertemu Singto.

Singto terkejut ketika masuk ke dalam bar. Bar ini ramai sekali, orang-orang menari dan berdansa dengan musik yang cepat dan kencang.  Mereka tertawa-tawa dan terlihat sangat menikmati menari seiring tempo lagu yang diputar sambil menenggak beer.

  Mereka tertawa-tawa dan terlihat sangat menikmati menari seiring tempo lagu yang diputar sambil menenggak beer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dekat meja bar ada seorang pria yang memanggil Krist.

"Hei Krist, disini."

"Godt. Kau masih belum tidur?"

"Belum ngantuk. Kau kemana saja, tadi katanya mau kembali sebelum makan malam?"

"A-"

"Oh siapa pria di sebelahmu ini, Krist?"

"Perkenalkan, ini temanku. Godt.", ucap Krist pada Singto.

"Hai, aku Godt.", sapa Godt sambil mengulurkan tangannya ingin mengajak Singto berjabat tangan.

"Singto."

Singto membalas jabat tangan Godt.

Aku tidak suka dia.

"Kau sudah makan, Krist?", tanya Godt.

"Sudah."

"Kalau begitu kau mau minum?"

Krist menenggak segelas besar beer dalam sekali minum. Singto yang melihat itu pun terkejut. Dia baru tahu Krist bisa seperti ini. Di depan Singto ada segelas besar beer, tapi Singto tidak ingin minum. Dia lebih memilih untuk melihat Krist yang sedang minum dan tertawa-tawa dengan pengunjung bar lainnya.

Sepertinya Krist mabuk.

Tiba-tiba Krist membuka jas nya, lalu menarik tangan Singto untuk mengajaknya menari bersama.

"Kenapa kau melepas jas mu?"

"Panas."

Dia terlalu banyak minum alkohol.

Krist menarik Singto dan mulai mengajaknya menari. Tarian yang super aneh tapi menyenangkan. Selama ini Singto selalu dituntut untuk menjaga sikap, dia tidak pernah bebas mengekspresikan dirinya. Melihat Krist yang dengan bebas menari dan menggila membuat Singto sadar mengapa Krist dari tadi terlihat muram. Makanan di restoran VIP memang enak, tapi suasana disana terlalu tegang dan formal. Jauh sekali dengan orang-orang dalam bar ini yang bebas menjadi diri mereka sendiri. Orang tidak dikenal pun bisa langsung mengajak bercanda bersama dan tidak ada formalitas maupun status sosial yang menjadi beban. Singto pun mulai ikut menari menikmati irama lagu dan tertawa bersama orang-orang yang tidak dikenalnya. Dia juga baru mengenal Krist beberapa jam yang lalu, tapi rasanya sudah sangat dekat. Krist berbeda dari orang-orang yang selama ini mendekatinya karena ada maunya. Krist justru tidak nyaman dengan hal yang berbau uang. Singto terus menatap Krist sambil menari dan tertawa bersamanya. Lalu ada seorang ibu-ibu yang menawarkan segelas beer pada Singto.

"Cheers."

Singto pun menenggak segelas besar beer dalam sekali minum. Lalu orang-orang di sekitarnya bersorak.

Aku tidak pernah merasa sehidup ini.

Krist berbisik pada Singto "Maukah ke deck atas? Aku ingin menghirup udara"

Krist mengajak Singto ke deck atas kapal. Sudah cukup malam dan angin mulai dingin, jadi di atas deck sepi. Krist bergidik karena merasakan angin malam yang dingin menembus tubuhnya. Singto menyadari Krist kedinginan. Ia melepas jas nya dan memakaikan jas nya untuk menutupi tubuh Krist.

"Kau tadi melepas jas mu, sekarang kau kedinginan kan.", ucap Singto dengan nada seperti mengomel.

Krist tersenyum lebar pada Singto yang menunjukkan lesung pipitnya. Senyuman ini adalah titik lemah Singto. Dari awal melihat Krist, Singto sudah tahu orang ini manis dan menggemaskan. Tetapi ditambah dengan senyuman dan lesung pipitnya membuat  Singto merasa aneh. Dia seperti hilang kendali diri.

Jangan tersenyum padaku seperti itu. Sangat cantik.

Matanya yang berbinar-binar, pipinya yang merah karena efek alkohol, kulitnya yang putih terkena sinar bulan,  hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang berwarna merah muda merekah.

Aku jadi ingin mencium mu.

Memories of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang