Part 15: Tidak suka orang ini

1.2K 141 1
                                    

Singto memesan room service untuk makan malam dirinya dengan Krist. Tak lama kemudian, pelayan mengantarkan makan malam dan menata meja makan untuk dinner.

 Tak lama kemudian, pelayan mengantarkan makan malam dan menata meja makan untuk dinner

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat menikmati, tuan-tuan."

"Enak gak Krist makanannya?"

"Iya enak. Tapi aku merasa aneh."

"Kenapa?"

"Karena kita makan malam seperti ini menggunakan piyama."

"Hahaha. Tidak apa-apa lagipula cuma di kamar kan? Kamu tetap imut mau pakai apapun juga, apalagi kalau ga pakai apa-apa", ucap Singto senyum-senyum sambil menggigit bibirnya.

"Gak usah godain terus ya, Singtuan. Hari ini aku gak mood melakukan itu."

Tidak tahu mengapa Krist merasa agak lelah hari itu, mungkin karena pikirannya semalam yang kemana-mana karena Singto tidak mau menandainya. Tapi mereka juga baru saling mengenal beberapa hari, terlalu cepat untuk membawa hubungan ini lebih serius. Walaupun mereka sama-sama tahu bahwa cinta mereka serius.

"Singtuan, habis makan aku mau mengambil barang-barangku di kamar Godt ya?"

"Kamu mau apa ambil barang?"

"Mau pindah kesini lah. Apa kamu gak mau aku pindah kesini?"

"Kit. Ya jelas aku mau. Nanti aku temani ambil barangmu ya."

"Ok."

Singto dan Krist sampai di kamar Godt yang ada di kelas ekonomi. Seharusnya kamar Krist dan Godt, tapi Krist tidak pernah tidur disana sejak malam pertama di kapal. Ketika Krist mengetuk pintu, terbukalah pintu dan nampak siapa yang ada di balik pintu. Godt yang telanjang dada dengan bagian pinggul kebawah tertutup handuk. Terlihat baru saja selesai mandi. Di kasur ada pacar bartendernya yang hanya menggunakan pakaian dalam, langsung dengan cepat menutupi tubuhnya dengan selimut.

"OH GODT! Maaf aku mengganggu di tengah kegiatanmu.", pekik Krist yang terkejut. Sementara Singto diam saja, tapi dirinya membelalakkan mata karena sama terkejutnya.

"Krist! Tidak apa-apa. Kau ada perlu apa kemari?"

"Mau mengambil barang-barangku. Tapi di dalam ada... Bisakah kau ambilkan saja semua barang-barangku?"

Wanita yang ada di tempat tidur itu pun membawa selimut untuk menutupi tubuhnya dan berjalan ke arah toilet "Ambil saja keperluanmu, aku akan menunggu di toilet."

Godt pun mengijinkan Krist masuk "Ambilah barang-barangmu Krist. Oh ya, soal kemarin aku minta maaf. Kau tidak apa-apa kan? Waktu aku panggil petugas keamanan, kau sudah tidak ada disana. Aku khawatir tapi tidak tahu bagaimana cara menemuimu. Makanya kau beli lah HP Krist! Orang macam apa yang zaman sekarang tidak punya HP?"

"Kenapa jadi memarahiku? Aku tidak apa-apa Godt. Ada kak Singto menolongku." Krist menepuk bahu temannya itu, lalu masuk ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya.

Di depan pintu, Singto menahan Godt "Aku perlu bicara denganmu."

Godt terkejut ada apa Singto ingin berbicara padanya. Yang ada di pikiran Godt adalah Singto ini pria yang menyeramkan. Jelas tidak terlihat seperti orang biasa. Pria macam apa yang dapat membuat hening satu bar hanya karena ia marah pada seseorang.

"Setelah kapal ini mendarat di Edelweiss kau mau kemana?"

"Huh?" Godt bingung dengan pertanyaan Singto, tapi akhirnya menjawab "Aku akan menemani Krist mencari alamat yang ingin ia cari."

"Lalu kau mau meninggalkan pacar bartendermu itu?"

Godt terdiam, dia bingung mau menjawab apa karena tujuannya ikut naik kapal ini hanya karena Krist mendapat 2 tiket. Tidak mungkin dia tidak ikut, kapan lagi bisa naik kapal mewah seperti ini dengan gratis. Setelah kapal ini mendarat, Godt tidak punya tujuan yang jelas, paling hanya mengikuti Krist. Ia mungkin akan cari kerja serabutan di Edelweiss sambil menemani Krist mencari keluarganya. Tapi sekarang ia memiliki seseorang yang tidak ingin ditinggalkannya.

"Jika kau ingin tetap bisa bertemu dengan pacarmu itu, aku bisa atur."

"Apa maksud anda, Tuan?", Godt memanggilnya tuan karena merasa dirinya tidak sedekat itu untuk langsung memanggil namanya.

"Aku dengar dari Krist, kau ini pemain biola serabutan kan?"

"Iya, Tuan."

"Aku bisa menempatkanmu bekerja untuk orchestra kapal ini. Kau bisa bekerja di kapal ini bersama pacarmu. Kamar ini pun akan kuberikan khusus untuk kau pakai. Bagaimana?"

Godt tahu pria di hadapannya tidak hanya membual. Dia bisa merasakan seberapa berkuasanya pria itu.

"Apakah ada syarat mengapa kau menawarkan semua ini secara cuma-cuma?"

"Tentu ada. Syaratnya kau harus jauhi Krist."

Godt terkejut. Tapi tawarannya terlalu bagus untuk ditolak. "Lalu siapa yang akan menemani Krist di Edelweiss?"

"Biarkan aku yang mengurus Krist. Ini nomor ketua orchestra. Aku sudah berbicara dengannya. Kau tinggal telepon saja dan minta penjelasan lebih lanjut mengenai pekerjaanmu padanya."

Godt pun mengambil secarik kertas bertuliskan nomor telepon tersebut.

"Kau menerimanya, berarti kau setuju dengan syaratanya?"

Godt pun mengangguk.

Sudah kuduga sejak awal aku tidak suka dengan orang ini. Ditambah lagi ia meninggalkan Kit di dance floor demi wanita yang baru ditemuinya. Aku tahu orang ini perlu disingkirkan dari hidup Kit. Bukan orang yang dapat dipercaya.

Krist keluar dari kamar, membawa sebuah tas jinjing.

"Hanya itu barangmu, Kit?"

"Iya. Aku tidak punya banyak barang penting."

"Ayo kita pergi."

"Bye Godt, sampai jumpa.", Krist melambaikan tangannya pada Godt sambil tersenyum.

"Sampai jumpa, Krist." 

Padahal mungkin mereka tidak akan berjumpa lagi.

"Singtuan, aku udah ngantuk. Boleh kan tidur duluan?", tanya Krist sambil merangkul lengan Singto.

"Tidurlah duluan, aku belum mengantuk. Nanti aku menyusul."

"Ok.", Krist menaiki tangga ke lantai dua untuk menuju tempat tidur.

Ketika Krist sudah tidur, Singto membuka tas yang berisi barang-barang Krist. Tidak banyak barang, hanya ada beberapa baju, alat lukis, pensil, penghapus, dan sketch book. Ada pula secarik kertas bertuliskan:

Jalan Hyacinth 127, 

Alstroemeria,

Edelweiss Utara

Kertas itu robek pada bagian atasnya, menunjukkan bahwa alamat yang tertera pada kertas itu adalah alamat si pengirim surat. Lalu siapa pengirimnya dan apa yang tertulis dalam isi surat itu tidak ada yang tahu, karena robekan kertasnya tidak ada di dalam tas Krist.

Singto mengambil foto kertas itu, lalu mengirimnya melalui chat ke asisten pribadinya yang berada di Edelweiss:

Jane, selidiki alamat itu. Cari tahu siapa yang tinggal disana.



Memories of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang