Part 2: Menarik

1.5K 181 5
                                    

"Singto. Setelah sampai di Edelweiss, kamu istirahat saja dari pekerjaan sebentar. Jangan bepergian terus untuk bekerja. Sekali-kali kamu harus bersenang-senang. Pergilah berburu dengan Pangeran Kendric atau berkencan dengan Putri Diane.", ucap pria yang telah berumur lebih dari setengah abad itu. Meski usianya tak lagi muda, jejak ketampanannya masih terlihat.

"Ayah. Tentang Putri Diane. Bagaimana jika aku tidak mau dijodohkan dengannya? Aku tahu ibu pasti menolak permintaanku, jadi aku bertanya padamu.", jawab pria tampan berkulit tan dengan rambut hitam legam. Pria itu memiliki hidung mancung dan rahang yang tegas. Tubuhnya tegap dan gagah yang dibalut dengan setelan tuxedo buatan desainer ternama dan sepatu pantofel hitam yang terbuat dari kulit. Terlihat sangat kaya. Memang kaya.

"Singto. Ayah tahu kamu pasti tidak mau dijodohkan karena kamu belum melihat calon pasanganmu secara langsung. Putri Diane sangat cantik. Walaupun dia seorang beta, dia sangat layak untukmu. Kamu tahu kan pernikahanmu dengan Putri Diane akan sangat membantu bisnis keluarga kita kedepannya? Lupakanlah mencari fated pair. Hal itu masih misteri di antara alfa dan omega. Pasangan sekali seumur hidup? Cinta yang sejati antara alfa dan omega? Itu hanya karangan roman belaka. Tidak semua alfa dan omega dapat menemukan fated pair, bahkan hampir tidak mungkin. Ayahmu ini saja menikahi ibumu yang seorang beta dan kami masih bahagia sampai sekarang. Percayalah semakin kamu mengenal Putri Diane, lama-lama kamu juga akan mencintainya."

Singto hanya terdiam menyadari bahwa dirinya tidak mungkin dapat menolak perjodohan yang direncanakan orang tuanya dengan keluarga kerajaan itu. Perjodohan ini terjadi karena ibu Singto adalah sahabat dekat dari adik raja, ibu Putri Diane. Ayah Singto pun sebenarnya akrab dengan Raja Marck XI. Namun, sang raja hanya memiliki satu putra dan satu putri yang keduanya adalah alfa, tidak mungkin dijodohkan dengan Singto yang juga seorang alfa. Akhirnya Singto pun dijodohkan dengan Putri Diane. Perjodohan ini demi memperlancar bisnis keluarga Ruangroj yang kelak akan diwarisi oleh Singto. Keluarga Ruangroj bergerak dalam bisnis di bidang furniture. Oleh karena itu, koneksi dengan keluarga kerajaan akan mempermudah izin perusahaan Ruangroj untuk mengimpor barang dari Elcastar yang merupakan sumber bahan baku dengan harga terjangkau.

Namun, kali ini ayah dan anak itu melakukan perjalanan bisnis ke Elcastar bukan untuk mencari bahan baku melainkan untuk menggarap proyek besar, kapal pesiar Memories of the Sea yang merupakan proyek bersama antara Ruangroj Corp. dengan World Carribean Cruise Line. Semua perabotan dan furniture di dalam kapal megah nan mewah itu adalah buatan Ruangroj Corp. dan tentu saja Ruangroj Corp. adalah salah satu pemilik kapal pesiar terbesar di dunia saat ini.

"Excuse me. Hello Mr. Ruangroj. Good to see you here. May I have your time to talk about some business with you?"

Ah.. rekan bisnis ayah lagi. Si pemilik salah satu restoran mewah di kelas VIP.

"Oh Hello Mrs. Lind. Sure. Let's talk at your restaurant."

"Singto. Kamu bisa istirahat saja. Biar ayah yang berbicara dengan Mrs. Lind. Ayah masuk duluan.", bisik ayahnya kepada Singto.

"Baik ayah."

Singto melangkahkan kakinya memasuki pintu kapal. Pintu yang tentu saja berbeda dari pintu kelas ekonomi. Pintu masuk kelas VIP tidak perlu antri, tidak perlu menunjukkan tiket untuk masuk karena semua kru kapal di kelas VIP sudah hafal seluruh penumpang eksekutif.

"Selamat datang, Tuan Prachaya Ruangroj. Mari saya antar ke kamar tuan.", sapa seorang kru kelas VIP dengan senyum dan gestur yang sangat sopan dan profesional sambil berjalan mengantarkan Singto ke kamarnya.

"Ini kamar anda, tuan. Seluruh barang anda sudah ada di dalam kamar. Jika anda butuh sesuatu, anda bisa menggunakan telepon intercom yang ada di kamar. Apakah masih ada yang perlu saya bantu?"

"Tidak ada. Sudah cukup.", ucap Singto sambil memberi uang tip pada kru yang mengantarnya tersebut.

"Terima kasih, tuan. Selamat menikmati perjalanan. Semoga anda menemukan kenangan bersama Memories of the Sea."

Singto merebahkan dirinya di tempat tidur dan memejamkan matanya, tetapi tidak tertidur.

Aku bosan. Seminggu di kapal ini hanya akan bertemu dengan rekan-rekan kerja ayah, tidak menarik hanya membahas bisnis dan menyombongkan diri. Bosan.

Singto yang tidak bisa tidur di sore hari memilih untuk keluar dari kamarnya dan pergi ke deck kapal yang terbuka. Terlihat hamparan laut luas dan langit menyapanya. Di atas langit ada sekelompok burung yang terbang kembali ke sarangnya. Ombak laut terpecah karena dilewati oleh kapal besar ini. Meski terkena ombak besar, kapal ini tidak terasa goyang sama sekali.

Singto melangkahkan kakinya ke pagar besi di pinggir kapal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singto melangkahkan kakinya ke pagar besi di pinggir kapal. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik apinya, lalu menghirup dan mengeluarkan asap rokok yang dihisapnya. Singto melihat ke sekelilingnya, terdapat beberapa orang di atas deck sedang berfoto, bersantai di kursi pantai, atau sekedar melihat pemandangan langit dan laut lepas.

Di sebelah kiri Singto, ada seseorang yang menarik perhatiannya. Seorang pria yang sangat manis, kulitnya putih bersih, wajahnya cerah bak matahari pagi sedang duduk di kursi pantai sambil mengoleskan kuas di atas kanvas yang berada di pangkuannya.

Cantik sekali.

Memories of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang