•••
Senin, 27 Desember
IV; Jamuan Makan Malam
Kalau Rose sering membayangkan tentang sebuah rumah besar yang memiliki meja makan panjang milik orang-orang kaya jaman dahulu, hidangan-hidangan lezat yang berderet, alat makan berwarna keemasan dengan ukiran antik ... kali ini ekspetasi tersebut menjadi nyata sebab ruang makan rumah Kim Yugyeom punya desain seperti itu.
Tujuh orang yang sebenarnya adalah tamu penginapan akhirnya sungguh datang memenuhi undangan makan malam di rumah sang pemilik. Semua orang tentu saja sangat senang, termasuk Rose yang gembira sambil diam-diam memandangi pemuda bertubuh jangkung dari kejauhan. Mingyu, si pecinta makanan itu tengah menahan liurnya saat menatap sup ayam yang asapnya masih mengepul, tanda baru saja selesai dimasak.
Karena banyaknya hidangan yang dimasak, tiga pekerja rumah sampai harus bolak-balik dua kali untuk mengambil semua makanan dari dapur. Rose melihat pria bersepatu boot ikut membantu dua perempuan lain.
Yugyeom sempat memanggil perempuan tua yang seumuran dengan pria tukang kebun itu dengan sebutan 'Bibi', sementara perempuan muda berusia kira-kira 30 tahun dipanggil 'Mbak'.
Bibi bertubuh gempal. Rambutnya digulung rapi dan punya pembawaan tenang. Sikapnya menunjukkan kesetiaan besar pada atasannya dapat dibuktikan dengan tutur kata sopan namun penuh perhatian. Jalannya lambat namun tiap gerakannya cermat dan cekatan. Bibi sepertinya sudah bekerja cukup lama pada keluarga ini.
Dan Mbak punya badan sangat kurus. Tulang-tulang di tubuhnya kelihatan menonjol, pun dengan mata besarnya yang seolah akan meloncat keluar dari tempatnya. Mbak punya cara kerja yang lebih cepat dari Bibi, namun hasilnya kurang rapi. Pandangannya yang sering kelihatan sinis itu membuat Rose memberi kesan kurang ramah kepada wanita berambut keriting yang diikat asal-asalan dan sering berwajah masam.
"Sudah semua, Bi?" tanya Yugyeom kepada Bibi yang berdiri di sebelahnya.
"Sudah, tinggal nunggu Kakak saja. Kalau Nona ada di kamarnya," Bibi menunjuk ke arah tangga menuju lantai dua. Yugyeom berdecak pelan, menyuruh Bibi dan dua pekerja lain untuk pergi, kemudian pemuda itu bangkit berdiri.
"Guys, tunggu bentar ya. Gue mau manggil adik gue dulu." Dan Yugyeom berlari kecil menapaki anak tangga menuju lantai dua. Suara tangga kayu yang berderak menyertai langkah Yugyeom menuju kamar sang adik.
Rose hanya diam selama hampir tiga menit ketika teman-temannya yang lain sedang sangat antusias mendengar penjelasan Mingyu tentang kakak dan adik Yugyeom. Bambam, Lisa, dan Yuju adalah orang yang paling semangat. Mina menyimak dengan baik dan Minghao tidak duduk di tempatnya.
Minghao berjalan kesana-kemari. Dia melihat-lihat belasan guci kuno yang ada di lemari kaca sambil sesekali memotret objek bernilai estetika yang menarik perhatian Minghao. Rose dapat melihat senyum tipis Minghao. Mata pemuda itu berbinar senang di balik lensa kameranya ketika dia mengambil foto—dia sudah meminta izin Yugyeom untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SHE DOESN'T KNOW HOW
Mystery / Thriller1997ー, Roseanne Park tidak tahu bagaimana pembunuhan itu bisa terjadi. ... Setelah anak-anak kelas tiga di klub jurnalistik 'pensiun' karena harus fokus pada ujian, di sela-sela liburan pergantian semester, sang mantan ketua klub mengajak enam orang...