23: Kami Akhirnya Tahu

447 58 35
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sabtu, 8 Januari

I; Petunjuk Terakhir

Rose tak lagi punya keluhan atas takdirnya belakangan ini. Termasuk ketika hari sabtunya harus dihabiskannya untuk pergi jauh menyelesaikan masalah yang sebenarnya bukan tanggung jawabnya.

Kilas balik kejadian beberapa hari lalu mengganjal hati Rose. Tentang penyusupan itu ... bagaimana ia dan dua temannya akan menjelaskan hal tersebut kepada polisi?

"Ya pasti kita bakal diinterogasi juga kenapa kita se-nekat ini. Kita jelasin semuanya nanti, itu gampang," ucap Xu Minghao enteng tanpa menatap lawan bicaranya, Roseanne Park mendengus keras.

Mini Cooper kuning membawa ketiganya ke tempat tujuan baru. Pemuda pemegang kemudi itu tampak lebih santai dari hari-hari sebelumnya yang kadang membuat Rose kesal entah mengapa.

Kadang-kadang, Rose bingung. Image Minghao yang kaku, agak cupu, dan sering mengekor pada Mingyu seperti orang yang butuh bantuan itu sebenarnya untuk apa?

Lihat, Minghao yang duduk di depannya sekarang rupanya seorang pemuda irit bicara tukang meremehkan.

"Gampang? Lo nggak mikirin gue sama Mina ya? Kalo misal kita bertiga ditahan gara-gara ini gimana?!" seru Rose menuntut. Gadis pirang itu begitu kesalnya dengan Minghao.

"Seriusan Rose? Lo baru takut dipenjara sekarang?"

Pertanyaan yang diajukan pemuda itu membuat Rose mendelik. "A-apa...?"

"Sorry to say, tapi lo ternyata nggak berpikiran panjang ya?" Mata Minghao melirik ke spion dalam mobilnya, mendapati reaksi tersinggung Rose. "Lo pikir setelah kita temuin bukti dan kita tau pelaku yang sebenarnya, kita bakal apa?

"Lapor polisi? Kita cerita ke polisi gimana kita nyusup ke penginapan kemaren dan sekarang, kita mau membobol rumah Yugyeom buat dapet bukti? Terus apakah polisi bakal langsung bebasin Bambam? Enggak. Enggak gitu rencana kita ke depannya. Bukan. Bukan rencana kita. Rencana gue bukan gitu."

Kerutan tercetak jelas di dahi Rose. Gadis itu memandang Mina yang betah membisu dan tak sedikitpun menunjukkan keheranan seperti apa yang Rose rasakan.

Setelahnya, hening berkuasa. Untuk sejenak, Rose seakan diingatkan jika ia tidak benar-benar mengerti jalan pikiran teman-temannya. Apa yang mereka inginkan, apa yang mereka pikirkan, dan masih-sama-kah tujuan mereka dengannya ... Rose angkat bahu.

Mereka, begitu suka menikmati keheningan dan tak membiarkan orang lain tahu isi kepala mereka sampai mereka sendiri buka suara.

Gugusan pepohonan yang berderet di kedua sisi jalan menjadi sasaran pandang gadis itu. Dahan-dahan besar menjulur beberapa meter di atas mobil, membuat ranting dan daun saling merengkuh di atas jalan aspal, menjadikan mobil itu seakan-akan tengah melewati terowongan gelap untuk sekian sekon.

[2] SHE DOESN'T KNOW HOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang