Aku sekarang sedang bingung. Antara mau make up atau tidak. Kata ummi acaranya mengundang banyak orang dan keluarga besar. Kalau aku make up nanti dikira berlebihan.
Ah, aku bingung dan sudah deg-deg dari shubuh tadi.
Aku takut kalau sikapku kurang nantinya. Masalah nanti ada yang meremehkanku atau merendahkanku aku tidak masalah. Aku tahu konsekuensi menjadi istri kedua.
Aku takut tidak bisa menjaga sikapku. Aku takut tutur kataku kurang sopan. Yang mana biasanya jika berbicara dengan para Nyai dan Kyia harus menggunakan bahasa yang formal, sopan dan dengan nada yang lembut.
Sedangkan aku? Aku kalau bicara kadang suka asal. Kalau suamiku mungkin bisa memaklumi. Lalu bagaimana dengan keluarga besarnya nanti? Apa mereka akan memaklumi?
Sepertinya tidak.
Aku menjatuhkan wajahku di meja riasku. Sebuah elusan di kepalaku kurasakan. Aku mengangkat kepalaku dan melihat Gus Alvin menatapku.
"Kamu sakit?" Tanya nya yang kini tangannya menempel pada dahiku.
Akupun menggeleng.
"Atau mbak sakit perut?" Tanya mbak Anisa yang ternyata datang bersama suamiku.
Akupun menggeleng juga.
"Lalu kenapa Nadia?" Tanya suamiku yang tidak sabaran.
"Saya takut, cemas dan gugup Gus." Kataku memelas.
"Apa yang kamu takutkan Nadia? Memangnya keluarga saya akan memakanmu." Ucap Gus dengan wajah kesalnya.
Mbak Anisa malah tertawa mendengar ucapan suaminya. Aku dengan kesal menepuk tangannya yang membuat mbak Anisa terkejut. Padahal aku tidak keras memukul tangannya.
Gus Alvin bahkan biasa saja ketika aku memukul tangannya dengan pelan.
"Mas, beri waktu untuk kami berdua yaa." Ucap mbak Anisa. Gus Alvin melihat padaku aku malah membuang muka.
Huh, dia mana tahu perasaanku saat ini.
Gus Alvin memegang kepalaku tapi aku tetap tidak melihat padanya. Aku benar-benar kesal padanya sekarang. Di tambah aku sekarang sedang menstruasi. Cepat marah, emosi dan sedih dengan cepat.
"Kamu akan baik-baik saja Nadia, jika ada yang menyakitimu. Saya tentu akan pasang badan untukmu." Ucapnya yang mampu membuatku menatap padanya tanpa berkata apapun.
Dia kemudian pergi dengan tersenyum meninggalkanku dengan mbak Anisa.
Mbak Anisa menyuruhku untuk duduk di pinggir kasur. Dia menggemgam tanganku lembut. "Saya ngerti perasaan mbak, tapi keluarga besar Gus Alvin dan saya baik kok." Ucapnya menenangkanku.
Aku menghela napas mendengarnya. "Saya takut mereka tidak bisa menerima saya karena saya tidak sekufu dengan mereka dan juga saya istri kedua." Kataku pelan.
"Saya ngerti maksud mbak Nadia, saya tahu ini juga pasti berat buat mbak Nadia, tapi ingat. Kami disini selalu menerima mbak dengan senang hati. Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk menyukai kita kan, yang terpenting kami yang ada disini yang menerima mbak apa adanya." Ucapnya dengan suara lembutnya.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. "Gus Alvin beruntung banget dapetin mbak." Kataku tulus. Aku belum pernah bertemu dengan perempuan se ikhlas dia.
Mungkin semua pintu surga dari yang surga yang tertinggi dan surga terakhir akan terbuka semua untuknya.
"Mas Alvin juga beruntung dapetin mbak." Katanya dengan nada lembutnya yang aku yakin dia hanya sedang menghiburku.
"Ah mana mungkin, dia kalau sama saya dia menatap saya dengan pandangan aneh, bingung, datar gitu." Keluhku.
![](https://img.wattpad.com/cover/246880982-288-k676306.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati (TAMAT)
Художественная прозаPART LENGKAP dan EXTRA PART ADA DI KARYAKARSA dan KBM Menjadi perias pengantin adalah pekerjaan Nadia Mahira Hasan. Dia adalah seorang MUA. Dia sudah merias banyak pengantin. Sejak empat tahun lalu. Dia sudah melihat bagaimana pengantin wanita mer...