Bab 5

283 63 8
                                    

Gu Wei duduk pada sofa, bersedekap seraya milihat ke arah Bai Li dan juga seorang pemuda yang sedang duduk dipangkuan pemuda tampan itu hingga membuat perut dokter muda itu terasa mual secara mendadak.

"Haiz, sepertinya ada sedang membuat kebohongan di sini!" Gu Wei mengusap wajah kasar sembari mengembuskan napas lelah. Beberapa hari seperti orang linglung karena kehilangan suami membuat tenaga pemuda itu terkuras banyak. Bukan karena rasa cinta atau semacamnya. Hanya saja, ia tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa ketika orang tua Bai Li bertanya tentang keberadaan pemuda tampan yang ternyata sudah tidak lagi menyukai melon besar dan entah sejak kapan.

"Aku bersedia tutup mulut," Gu Wei meletakkan tangan pada kedua lutut dengan tubuh condong ke depan, "asalkan aku menerima bayaran yang sepadan dengan ini semua!" Gu tersenyum mengejek, beranjak dari sofa sambil membetulkan kerah kemeja dan menepuk-nepuk permukaan baju seolah-olah ada kotoran yang menempel.

Bai Li berdecih. Ia malas untuk menanggapi seraya memutar bola mata malas. Tingkah menyebalkan Gu Wei membuat kepala pemuda tampan itu seperti mau pecah. Dokter muda yang selalu memberikan omongan besar bahwa tidak akan pernah menjadi belok meskipun dunia sedang terbalik sekalipun.

Seorang kekasih palsu yang harus selalu ia pertahankan meskipun memiliki tingkah galak sekaligus kekanakan. Lebih menyebalkan lagi kerena perasaan pemuda itu sangat susah untuk ia tebak. Terkadang mampu bersikap manis dan terlampaui manis sampai dokter muda itu terlihat sangat menggemaskan hingga Bai Li tanpa sadar ingin memakan manusia itu hidup-hidup. Namun, di satu sisi, ia bisa saja tiba-tiba berubah galak dan lebih galak dari ibu-ibu yang gagal ketika menawar harga di pasar.

"Yak! Bai Li!" Gu Wei mendaang lutut pemuda tampan itu ketika sang suami tidak juga memberikan jawaban atas permintaan yang ia ajukan. Dokter muda itu menarik pemuda yang berada di pangkuan Bai Li dan melemparnya asal hingga terjungkal. Bahkan, ia tidak mau ambil pusing ketika pemuda itu mengeluarkan sumpah serapah ketika diperlakukan tidak layak sepeti sekarang.

Pemuda itu berdiri seraya menuding ke arah Gu Wei yang justru memberikan tatapan mengejek. Pandangan remeh terlihat jelas ketika melihat seorang pemuda dengan tanda merah pada leher itu sedang mengamuk seraya tidak terima ketika diperlakukan seenaknya oleh si dokter muda.

Dokter muda itu justru mengambil ponsel, merekam adegan yang sedang berlangsung di depan mata seraya menyimpan sebagai senjata yang akan ia pergunakan ketika Bai Li tidak mau memenuhi semua permintaan yang akan ia ajukan.

"Omong-omong, aku penasaran dengan reaksi ibu mertua ketika melihat kalian sedang bermesraan." Gu Wei menyimpan ponsel pada saku celana, mendekat ke arah pemuda yang baru saja selesai mengamuk sekaligus terengah-engah.

"Tidak ada satu orang pun yang aku izinkan untuk mengusik kehidupanku, Tuan---" telunjuk Gu Wei ditepis oleh pemuda itu ketika mengarah tepat di depan hidung pemuda itu.

"Hua Lian! Ingat namaku baik-baik, Tuan Gu Wei. Aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah aku anggap sebagai milikku!" Kedua netra pemuda dengan tinggi badan berbeda itu saling adu tatap. Kilat mengancam dan juga ketidaksukaan terlihat jelas hingga Bai Li harus menepuk dahi secara berulang.

"Bisa tolong hentikan sandiwaramu itu, Tuan Gu?! Aku mulai merasa dunia sedang terbalik sekarang!" Bai Li menarik lengan dokter muda itu dan sedikit menyentak agar segera meninggalkan rumah yang menjadi tempat persembunyian Bai Li ketika sedang berduaan dengan Hua Lian. Gu Wei beberapa kali melihat ke belakang seraya mengacungkan jari tengah, menjulurkan lidah, lalu mengatakan kalimat singkat yang membuat kekasih Bai Li sampai melempar bantal karena kesal.

"Dasar pendek!" Gu Wei terbahak dan meninggalkan rumah itu bersama sang suami. Raut wajah berbinar seketika terlihat jelas karena telah berhasil mengganggu kemesraan dua pemuda itu. Bai Li meminta kunci mobil, membukakan pintu layaknya seorang suami idaman sembari mempersilakan pemuda yang ia anggap nakal itu untuk duduk di kursi samping kemudi lalu ia, pun menyusul setelahnya.

********

Beberapa menit terlampaui dan mereka sampai pada gedung sekolah ternama, tempat Bai Li bekerja sekaligus mengawasi kegiatan belajar para guru dan juga siswa. Ia turun dari besi beroda itu lalu menutup pintu dengan sangat kencang hingga membuat Gu Wei terjengit.

Dokter muda itu merasa kesal, keluar dari mobil, berjalan dengan tergesa agar bisa menyamai langkah Bai Li, kemudian menarik lengan pemuda tampan itu. Mereka berdiri berhadapan. Dua pemuda yang sama-sama menahan gemuruh pada sanubari tanpa sadar tengah menarik perhatian berberapa siswa yang melintas.

Bai Li yang menyadari hal itu langsung menarik lengan Gu Wei untuk memasuki ruangan tempat pemuda itu terbiasa menghabiskan waktu seraya melewati koridor sekolah dengan beberapa siswa terlihat menyembulkan kepala pada pintu dan juga jendela, melihat betapa mesra dua pasangan itu ketika tengah saling tarik-menarik tangan.

"Apakah mereka bertengkar?"

Bisikan-bisikan halus memasuki indera pendengaran dua pemuda itu yang tentu saja dianggap sebagai suara ghaib. Mereka masih saja pada posisi yang sama, tidak melepas tarikan pada tangan ataupun berusaha untuk melepas cengkeraman hingga keduanya sampai pada ruangan yang akan mereka jadikan sebagai arena adu mulut. Semoga saja tidak ada gempa bumi dadakan.

Bai Li membuka pintu lalu menguncinya, melempar tubuh Gu Wei pada sofa panjang yang muat untuk tiga orang dewasa. Dokter muda itu memekik seraya mengusap punggung yang membentur sandaran sofa. Ketika pemuda itu hendak berdiri, Bai Li lebih dulu mengunci tubuh pemuda galak itu hingga ujung hidung mereka saling menempel.

Embusan napas hangat seolah-olah sedang menyapu seluruh wajah kedua pemuda itu. Mereka masih tidak bergerak ataupun berniat untuk saling menghimpit. Dua pemuda sama-sama keras kepala dan berada dalam satu ruangan, membuat AC pada ruangan itu seolah-olah tengah rusak.

"Bukankah seharusnya kamu senang ketika aku memiliki seorang kekasih, Gu Wei?" Bai Li menekan tubuh bagian bawah dokter muda itu hingga menempel begitu erat. Gu Wei mengernyit, merasakan tatapan marah sekaligus kecewa hingga si pemuda manis tiba-tiba merasa takut dan kehilangan kemampuan untuk melawan.

"Sepertinya, semua hal yang aku lakukan selalu salah di hadapanmu, Dokter Gu!" Bai Li menindih kian kuat hingga wajah Gu Wei tiba-tiba memerah karena merasa tidak nyaman. Ia berusaha mendorong tubuh pemuda yang sedang berada di atasnya agar menjauh. Pemuda manis itu sepertinya sudah tidak bisa lagi berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Bai Li.

"Bukankah kamu masih menyukai melon besar? Ha?" Bai Li menyambar pergelangan tangan dokter muda itu dan mengunci di atas kepala.

"Kita lihat, sejauh apa kamu akan mempertahankan rasa suka yang kamu miliki terhadap wanita ketika milikku berada di dalammu, Dokter Gu!"

TBC.

Ego! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang