Chapter 001

10 3 0
                                    


Di suatu saat, terdapat sebuah mimppi yang sangat aneh, mimpi itu terasa begitu sangat nyata. Didalam mimpi itu terdapat seorang pria, hidupnya sangat datar hingga hampir mendekati berantakan.

Selama 37 tahun hidupnya, dia memiliki sebuah prestasi yaitu diterima di sekolah kedokteran ternama, setelah dirinya belajar mati-matian. Akan tetapi setelah itu, hanya ada sebuah kegagalan dan kehidupan yang membosankan.

Semasa sekolah dirinya tidak memiliki satu orangpun yang bisa dianggap sebagai teman. Setelah lulus sekolah kedokteran dengan nilai yang pas-pasan, dia menjadi dokter ahli bedah meskipun kebanyakan orang menjauhinya bahkan meragukan keahliannya.

Namun dia mengerahkan segala usahanya untuk belajar dan mengambil jurusan seorang dokter ahli bedah. Karena dirinya tau bahwa resiko membunuh pasien sangat besar jika kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam membedah.

Karena usahanya itu, dia mendapat kesempatan untuk bekerja di salah satu rumah sakit terbaik di negaranya, yaitu Healty Hospital. Akan tetapi meskipun dia mengerahkan segala kemampuannya, dia masih tetap gagal dalam berkompetisi.

Bukannya menumpuk kekayaan, malahhan dirinya harus menangung hutang yang sangat banyak, hingga akhirnya dia harus di pecat dari pekerjaanya itu. Gagal dalam karir bukanlah satu-satunya kegagalan dalam hidupnya.

Semasa hidupnya tidak pernah sekalipun dia memiliki kekasih bahkan hingga umurnya menginjak 37 tahun dia belum menikah sama sekali. Dia ingin memberikan segala cintanya kepada sang ibu akan tetapi kehidupan mereka terancam kehilangan segala hartanya.

Bahkan beberapa hari yang lalu, dirinya divonis memiliki kanker stadium akhir, yang juga membahayakan hidupnya. Segala sesuatunya tidak ada satupun yang berjalan sesuai kehendaknya.

Brak...!!

"Dokter....bukannya sekarang sudah waktunya untuk anda melunasi hutang anda?" Sekumpulan renternir mendobrak pintu rumah pria itu.

"Ini sudah melebihi tempo yang anda janjikan dulu, jadi tolong bayar sekarang hutang anda," lanjut renternir itu.

"Maaf..tolong berikan waktu lagi, saya janji akan membayarnya dalam beberapa hari kedepan,"

"Waktu...jangan bikin saya ketawa Dok....dan dari kabar yang kami dengar umur dokter sudah tidak lama lagi bukan, jadi kami takut dokter mati sebelum membayar hutang-hutang dokter,"

Dia terlihat sangat tekejut hingga kedua bola matanya membesar. Dirinya tidak pernah berfikir jika para renternir tahu tentang penyakit yang tengah pria derita.

"Jadi...bayar sekarang hutang-hutang anda, atau rumah anda akan kami ambil," Renternir itu mencengkram kerah baju pria itu.

"To...tolong beri saya waktu, saya janji minggu depan akan saya lunasi hutang-hutang saya," pria itu ketakutan setengah mati hingga ucapannya terbata-bata.

Ayahnya sudah lebih dulu meninggalkan dirinya dan ibunya untuk menikah lagi dengan janda kaya komplek sebelah. Sedangkan ibunya yang sudah menua mulai memunculkan tanda-tanda penuaan dan kerap kali sakit-sakitan.

"Bagaimana anda bisa membayar semua hutang anda, atau anda berniat ingin menjual organ-organ tubuh anda? Hahaha..."

Pria itu hanya bisa menundukan kepalanya hingga air mata miliknya mulai berjatuhan. Hatinya sakit ketika mendengar penghinaan itu. Dirinya tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk marah sekalipun.

"Arya...maafkan ibu nak, karena ibu kamu harus menanggung semuanya sendiri," icap sang ibu ketika para renternir itu sudah pergi.

"Tidak apa-apa bu, ibu sendiri bagaiman apa masih sakit?" Arya berjalan menghampiri sang ibu, dan kemudian memeluk sang ibu erat-erat.

Disebuah taman, pria itu terlihat tengah menghisap rokok miliknya. Arya sempat berfikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya yang sekarang. Airmatanya sudah tidak terbendung lagi sampai-sampai pipinya sudah basah akibat air mata itu.

Beberapa saat kemudian, seorang pria dengan hoddie dan masker berjalan mendekati Arya.

Aakkh...!!

Darah segar mengalir dari perut Arya. Rasa perih begitu terasa dari arah perutnya yang dimana sudah terdapat sbilah piasu yang tertancap. Bukan hanya sekali pria itu menikam Arya, karena setelah tusukan pertama dirinya kembali mencabut pisau tersebut dan menusuk kembali tubuh Arya.

Sebuah mimpi yang sangat aneh dan nyata itu berkahir dengan adegan sadis tersebut. Tetapi yang lebih anehnya lagi, Arya berfikir bahwa pria yang berada didalam mimpi itu adalah dirinya.

Setelah mimpi itu, Arya menyadari bahwa yang pria yang berada di mimpi itu adalah dirinya sendiri. Arya baru saja terjaga dari tidurnya dan tengah memperhatikan kedua telapak tangannya yang terasa aneh.

"Ini aku..tapi kenapa rasanya aneh banget, seolah-olah pria dalam mimpi itu menyatu dalam diriku," Ucap Arya dalam hati, sampai-sampai air matanya ikut jatuh.

"Apa aku yang sudah hidup selama 37 tahun kembali menjadi diriku di umur 17 tahun?"

Sebuah kejadian diluar akal sehat benar-benar terjadi. Barang-barang tua, ruangan sempit dan aroma obat nyamuk.

"Ini kamar ku ketika aku SMA, apa aku kembai ke masa lalu?"Arya beberapa kali mengosok-gososkan matanya.

Ini semua benar-benar gila, bagaimana bisa seseorang kembali kemasa lalu. Kejadian ini seperti kebanyakan drama atau film fantasy yang sering Arya tonton, tetapi bagaimana bisa itu semua terjadi kepada dirinya.

"Arya...Mau sampai kapan kamu tidur nak, cepet bangun, mandi terus makan,"

Suara itu, sebuah suara yang sangat sering Ary dengar, akan tetapi suara itu terdengar sedikit berbeda dari apa yang Arya dengan akhir-akhir ini.

"Eh..malah bengong, cepet mandi nanti telat ke sekolah kamu,"

Sudah terkonfirmasi, pemilik suara itu tidak lain adalah Siti, ibu Arya. Ibunya terlihat jauh lebih segar dan muda seperti 20 tahun yang lalu. Di ruangan itu juga terdapat sesosok pria yang tengah duduk di salah satu bangku, itu adalah Agus, ayah dari Arya yang sebelumnya pergi meninggalkan keluarga mereka.

"Ibu...A..Ayah.."

"Hemm...ada apa nak?" Ucap Siti melirik kearah Arya yang sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.

"AKU SANGAT MENCINTAI KALIAN, AKU SANGAT....SANGAT MENCINTAI KALIAN," Teriak Arya dengan suara bergetar dan tubuhnya yang juga ikut bergetar.

"Kamu sakit? Atau kenapa?" ucap Agus yang melihat perubahan dari anaknya.

"Ah..engga, aku siap-siap dulu buat kesekolah," Ucap Arya yang segera berbalik menuju kamarnya.

Ini semua masih terasa seperti mimpi bagi Arya. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika dirinya sudah tiba di pintu gerbang sekolahnya dulu. Dengan seragam SMA dirinya masih mematung di depan gerbang sekolah.

Seperti sebuah garis start untuk kehidupan dirinya yang kedua, Arya melangkahkan kakinya memasuki sekolah tersebut. Dirinya sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.

Wajah ceria Arya mendadak menghilang ketika mendengar ucapan dari guru yang mengajar di kelasnya. Dia baru ingat bahwa ini adalah tahun terakhir dirinya sekolah di SMA, maka dari itu sudah pasti para anak kelas 3 akan mengadakan latihan ujian.

"Oh tuhan.." desah Arya lirih.

Arya sudah belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi, dia juga masih mengingat semua pelajaran yang berkaitan dengan ilmu-ilmu kedokteran , akan tetapi sudah 10 tahun lebih dirinya tidak lagi belajar tentang pelajaran SMA.

Tidak ada satupuningatan yang berada di otaknya yang berkaitan dengan pelajaran SMA, setelahdirinya memulai kehidupan barunya, Arya langsung di hadapkan dengan sebuah latihanujian kelulusan. Dirinya benar-benar dibuat gila karena berusaha kembali mengingat semua pelajaran itu.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang