Udara dingin mulai menusuk hingga ketulang-tulang. Waktu sudah menunjukan pukul 05:00 pagi, Arya sudah memulai aktifitasnya dengan berari kecil mengelilingi sekitar kostnya.
Sejak dia memutuskan untuk berhenti merokok Arya lebih sering berlari, dan berolahraga barang sejenak.
Hari kedua bagi para siswa menjalani masa residen mereka. Dengan segala keteuguhan hati, Arya melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit yang dulu sempat menjadi tempat bekerja di kehidupan sebelumnya.
"Pagi.." sapa Cindy ketika bertemu dengan Arya di pintu masuk.
"Pagi juga.." ucap Arya meloontarkan senyumannya.
Biasanya sebelum bertemu dengan pasien, dokter akan mendiskusikan situasi dan kondisi pasien, dengan tujuan membuat rencana perawatan dan penanganan untuk pasien.
"Pasein yang berada di ruangan ini tengah mengidap Kolotis Usus*, karena infeksi yang cukup parah, dan para dokter merawatnya dengan Vankomycin*,"Jelas salah seorang dokter yang bertanggung jawab dengan pasien, menjelaskan kepada Profesor dan para mahasiswa residen.
"Vankomycin* pil atau suntikan?" tanya sang profesor kepada dokter.
"Sejauh ini kami menggunakan suntikan, dan itu masih efektif hingga saat ini prof,"
"Kamu bilang suntikan? Apa kamu benar-benar lulusan kedokteran?"
"Maaf prof.." ucap dokter itu panik.
"Apa diantara kalian ada yang tahu kesalahannya dimana?" Kali ini profesor Diana berlaih kepada para mahasiswa peserta residen.
Tidak ada satupun dari mereka yang berani menjawab pertanyaan itu, bukan hanya karena takut, melainkan mereka juga sama-sama bingung dimana letak permasalahan itu.
"Ya tuhan, jadia tidak ada satupun dari kalian yang tau..." Profesor Diana memijat pelipisnya.
"Saya prof," Arya mengangkat tangannya.
"Silahkan, "
"Untuk prosedur umum penderita kolitis usus, mengobatinya dengan pil, tidak seperti penderita penyakit lain, karena dari hasil penelitian, pengobatan menggunakan suntikan merupakan hal yang sia-sia,"
Semua orang langsung terkejut ketika mendengar penejlasan Arya, karena bagaimanapun juga Arya hanyalah mahasiswa residen.
"Betul, lalu berapa banyak dosisi yang harus diberikan untuk pasien?"
"125 mg dosis 4 kali sehari, tergantung dari kondisi pasien, biasanya hanya membutuhkan waktu 10-14 hari untuk pengobatan tersebut,"
"Bagus..itu benar...nama mu siapa?" raut wajah Profesor Dania terlihat sedikit berubah cerah.
"Arya prof,"
Itu semua belum berakhir, berbagai masalah masih di temukan, dan lagi-lagi Arya di desak untuk menjawab segala pertanyaan dari Profesor Dania.
Semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Proesor Dania berhasil Arya jawab. Karena itu juga, Profesor Danila tidak memberikan Arya waktu untuk istirahat.
Arya menjadi pusat perhatian, dengan tatapan penuh dengan tanya dan rasa negri yang terpancar dari setiap pasang mata yang memandang kearah Arya.
"Pasien ini menderita kanker lambung tahap Awal, akan tetapi ada permasalahan di kelenjar getah beningnya yang mengakibatkan pembengkakan, bahkan bisa jadi pasien juga menderita kanker yang lain," jelas Prof. Dania
"Jadi menurutmu bagaimana Arya?" lanjut Dania beralih kepada Arya.
"Kita perlu memastikannya dengan sebuah operasi, jika ini hanyalah Hipertrofi*, bukannya kanker kita tetap harus memastikannya dengan cara operasi," ucap Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Science FictionArya Prawira Satya, yang menjalani hidupnya sebagai dokter bedah yang bisa di bilang gagal, tiba-tiba mendapat kesempatan kedua setelah dirinya tanpa sengaja terbunuh oleh orang tidak dikenal. Kemudian dirinya kembali kemasa dimana dia duduk dibangk...