Malam ini Arya sedikit bisa tidur nyenyak lantaran dia sudah mencoba untuk merubah sesuatu agar, nasibnya bisa berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
Agus masih saja terjaga, dia tidak mengetahui bahwa anaknya akan tahu tentang hubungan terlarangnya dengan janda komplek sebelah. Sebenarnya Agus hanya ingin memanfaatkan kekayaan dari janda tersebut, akan tetapi lama kelamaan dirinya menjadi nyaman.
Janji tetaplah janji, kesokan harinya Agus dengan gagah berani mengakhiri segala hubungan terlarangnya dengan wanita itu. Hati dan pikiran Agus terbuka akibat melihat perjuangan anaknya untuk bisa meraih prestasi setinggi itu.
Para siswa kelas 3 mulai memadati aula sekolah. Hari ini adalah hari terakhir bagi Arya dan kawan-kawan menapakan kakinya untuk menuntut ilmu di bangku sekolah menengah atas. Disaat anak-anak lain mulai perpisahan mereka satu sama lain, Arya justru memilih untuk duduk menikmati makanan kantin.
Kantin kali ini terasa jauh lebih sepi dari biasanya, Arya masih memperhatikan sesosok wanita dengan wajah tertutup masker tengah duduk di sudut kantin. Wanita itu terlihat sangat sibuk dengan ponsel miliknya, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Arya yang sudah berada di hadapannya.
"Makasih..."ucapan wanita itu tergantung begitu saja ketika menyadari bahwa yang memberikan dirinya minuman bukanlah penjaga kantin melainkan Arya.
"Aku gak tau apa yang lagi kamu pikirin, tapi alangkah lebih baiknya untuk memunum sesuatu yang manis ketika hati sedang gelisah," Ucap Arya setelah meletakan sebuah jus alpukat kehadapan wanita itu.
"Makasih, ngomong-ngomong tumben kamu ke kantin,"
"Setidaknya aku harus kesini di hari terakhir aku sekolah di sini," Arya duduk tepat di bangku yang berdaapan dengan wanita itu.
"Lulus dari sini kamu mau lanjut kemana? Kuliah atau kerja?"
"Kuliah mungkin, kamu sendiri?"
"Sama,"
Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua. Arya bukanlah sosok pria yang suka berbicara, begitupula dengan sosok wanita itu, dirinya sangatlah jarang berbincang dengan Arya.
"Cind, senang bisa mengenal kamu selama 2 tahun terakhir ini, semoga kita masih bisa bertemu lagi," Arya menjulurkan tangannya mengajak Cindy berjabat tangan.
"Iya sama, aku juga," Cindy menerima uluran tangan Arya, dan mereka saling berjabat tangan dan melempar senyuman.
Arya baru saja hendak bangkit dari duduknya dan meninggalkan Cindy seorang diri di kantin, akan tetapi langkahnya terhenti karena ujung baju bagian belakangnya seperti ada yang menarinya.
"Anu..itu...., apa aku boleh minta nomer mu, ya maksud ku buat kita saling komunikasi atau saling ngasih informasi," ucap Cindy gelagapan, dan tangannya langsung melepaskan ujung baju Arya.
Tanpa menjawab, Arya langsung mengeluarkan ponsel miliknya dan menekan sebuah nomor yang berada di kontak ponselnya. Beberapa saat kemudian ponsel milik Cindy berdering tanda adanya panggilan masuk.
Arya kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Cindy seorang diri di meja kantin. Seingat dirinya, Arya sejak dulu sudah ingin menghubungi Cindy, secara wanita itu merupakan sosok wanita yang dia sukai dulu.
Cindy hanya bisa melihat punggung Arya, dia tidak menyangka bahwa hatinya bisa sdikit berdebar ketika berbicara dengan Arya, karena sebelumnya sudah sangat banyak pria yang berusaha mendekati dirinya akan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mampu membuat hatinya berdebar.
Sejak kelas 1 hingga kelas 3 semester 1 Cindy tidak pernah sekalipun tergeser dari papan peringkat 1 seangkatan, akan tetapi secara mengejutkan dirinya harus kalah dengan seorang pria dengan perbandingan rata-rata nilai ujian yang cukup lumayan besar.
Seperti itu, Arya lulus dari SMA dengan nilai terbaik, dan sekarang dirinya juga berhasil masuk di salah satu universitas terbaik, seperti cita-citanya Arya mengambil fakultas kedokteran. Dirinya masuk ke universitas yang berbeda dengan kehidupannya yang dulu.
"Arya.."Seorang wanita melambaikan tangan kearah dirinya.
Secara mengejutkan Arya justru satu fakultas dengan Cindy. Entah bagaimana ceritanya mereka kembali di pertemukan, entah kebetulan atau takdir Arya tidak tau itu. akan tetapi ada sebuah nama yang tidak akan pernah Arya lupakan, yaitu Davidtian Sajakri.
Dikehidupan sebelumnya pria itulah yang membuat hidup Arya serasa di neraka, berbagai macam cara dia lakukan demi membuat Arya dikeluarkan dari rumah sakit, dan tidak sampai disitu, karena ayah David adalah seorang pengusaha kaya yang selalu mengandalkan duit miliknya.
Arya merupakan salah satu dari beberapa siswa yang mendapat beasiswa penuh. Hingga tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, sudah hampir dua tahun Arya kuliah.
Fakultas kedokteran akan para mahasiswanya yang kaya dan gila belajara, akan tetapi tidak semuanya begitu. Selama 6 tahun menuntut ilmu diisi hanya dengan belajar, belajar dan belajar saja. Selama 2 tahun pertama mereka akan belajar tentang pengenalan dasar-dasar medis.
Selama 2 tahun itu banyak di antara mereka yang menghabiskan waktunya hanya dengan berpesta, foya-foya hingga bermain hingga larut malam. Pendidikan medis yang menyangkut karir mereka barulah dimulai di tahun ke 3 mereka. Ketika para mahasiswa memulai kelas-kelas utama mereka.
Selama dua tahun ini, Arya bekerja partime di salah satu warung makan, dan juga disaat senggang dirinya akan bekerja sebagai supir ojek online. Pada kehidupan sebelumnya, Arya masih ingat bahwa ada komplek yang akan berkembang pesat dalam 10 tahun kedepan.
Dikehidupan sebelumnya Arya merasakan betapa kerasnya kehidupan. Uang bukanlah segalanya tetapi segalnya memerlukan uang. Di saat yang lainnya sibuk menikmati waktu muda mereka, Arya disibukan dengan kegiatan yang bertujuan untuk membuat kehidupan keduanya menjadi lebih baik.
Malam itu Cindy terlihat sedang menunggu seseorang. Hawa dingin malam dia indahkan hanya untuk menunggu sosok itu, karena sebelumnya mereka sudah berjanji saling bertemu di sebuah restaurant yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Cindy.
"Sorry telat, tadi ban mobilku kempes," Ucap seorang pria setengah berlari menuju meja tempat Cindy menungu.
"Iya gak apa-apa," ucap Cindy sedikit acuh.
Arya terlihat tengah menikmati sebuah roti dan sebotol air mineral. Sembari duduk, pandangannya lurus mengarah sebuah gedung pencakar langit yang merupakan sebuah rumah sakit. Rumah sakit tersbeut adalah tempat dirinya dulu bekerja.
"Entah di kehidupan sebelumnya atau sekarang, semunya masih tetap sama dan tidak ada berubah," ucap Arya seorang diri.
Segera setelah puas memandangi tempat perang terdahulunya, Arya langsung bergegas tancap gas meninggalkan tempat tersebut.
Samangatnya kembali membara ketika mneyadaro bahwa masih banyak hal yang harus dia lakukan agar kehidupannya kali ini jauh lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Ciencia FicciónArya Prawira Satya, yang menjalani hidupnya sebagai dokter bedah yang bisa di bilang gagal, tiba-tiba mendapat kesempatan kedua setelah dirinya tanpa sengaja terbunuh oleh orang tidak dikenal. Kemudian dirinya kembali kemasa dimana dia duduk dibangk...