Chapter 006

2 1 0
                                    


Perseteruan antara Arya dan David akhirnya menemukan titik terang. Arya akhirnya dinyatakan tidak bersalah, dan para orang tua teman-teman David pada akhirnya meminta maaf atas nama anak meraka masing-masing.

Selain mendapat hukuman skorsing, David juga berada di posisi yang tidak diuntungkan. Karena permasalahan itu dia dan teman-temannya mulai dijauhi oleh teman-teman seangkatan yang lainnya.

Setelah kuartal pertama, para siswa bisa beristirahat sejenak. Walaupun tidak ada kelas lanjutan atau ujian yang menunggu mereka dalam waktu dekat, jadi para siswa bisa menikmati waktu istirahat mereka tanpa khawatir.

Arya akhirnya bisa menikmati waktu tidurnya, entah sudah berapa lama dirinya dapat tidur dengan tenang. Akan tetapi mimpi itu kembali datang di tidurnya. Mimpi tentang kehidupan masa lalunya.

"Mimipi itu lagi.." ucap Arya yang tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin yang sudah membasahi keningnya.

Gemerlap lampu menerangi sebuah rumah mewah nan megah. Terlihat seorang pria turun dari mobil miliknya dan berjalan menuju pintu gerbang rumah tersebut.

"Selamat datang tuan muda, sudah cukup lama tuan muda tidak kesini," ucap salah seorang penjaga pintu gerbang.

"Iya pak, apa tuan Rycard ada di dalam?" Tanya pria yang disapa tuan muda itu.

"Ada tuan muda, Tuan Rycard sudah menunggu anda di dalam

"Baiklah kalo begitu saya masuk kedalam dulu," pria itu berjalan menuju rumah besar itu.

Sebuah rumah yang kental akan nuansa classic. Perlahan pria itu meraih gagang sebuah pintu, yang didalam ruangan tersebut sudah terdapat seorang pria tua yang tengah duduk di sebuah kursi roda.

"Kenapa kau hanya berdiri disitu, masuk dan duduklah," Ucap pria tua itu yang menyadari kehadiran seseorang.

"Tidak perlu, aku akan tetap berdiri disini,"

"Terserah kau saja,"

Suasana di ruangan itu terlalu tegang, sampai-sampai tidak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan.

"Kembalilah, lupakan semua yang sudah kau lakukan, dan bantu adikmu untuk menjadi pewaris rumah sakit selanjutnya,"

"Maaf, sepertinya anak kotor ini tidak ingin kembali," ucap pria itu menunjuk kearah dirinya sendiri.

"Itu bukan permintaan, melainkan perintah" ucap pria tua itu menekankan kata terakhirnya.

"Baik akan saya lakukan," Ucap pria itu sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

Pria itu berlajan, dan tanpa sengaja berpapasan dengan seorang gadis dengan pakaian tidur.

"Kakak.." ucap gadis itu ketika melihat sosok pria.

"Apa bisa kamu tidak merepotkan aku lagi? Apa kau masih belum puas melihat aku seperti ini,?!" Pria itu menatap lekat manik mata gadis itu.

Meskipun mereka berasal dari ayah yang sama, keduanya memiliki nasib yang cukup berbeda. Selang beberapa tahun pria itu lahir, adik kecilnya hadir kedunia.

Jauh didalam hati pria itu, dia menganggap adiknya merupakan seseorang yang sangat berbeda dari dirinya. Seorang anak yang jauh lebih berharga dari dirinya. Sedangkan dirinya hanyalah anak kotor yang lahir dari rahim seorang pelacur murahan.

Beberapa hari terkhir ini Arya kesulitan untuk tidur. Mimpi tentang kehidupan masa lalunya terus menerus muncul dalam tidurnya. Perasaan itu begitu terasa sampai-sampai membuatnya menjadi terlihat sedikit tertekan.

Akan tetapi ada sesuatu yang membuat Arya jauh lebih penasaran, yaitu tentang perubahan dari sosok Cindy. Sosok gadis ceria yang Arya kenal hari itu sedikit menghilang.

Seharian penuh, Cindy terus menerus memasang wajah yang terlihat seperti orang banyak pikiran.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Arya, yang tidak direspon sama sekali oleh Cindy.

Arya terkejut ketika Cindy tiba-tiba bangun dari duduknya, dan berlari keluar kelas dengan tergesa-gesa.

Mobil Cindy memasuki parkiran sebuah hotel. Sesampainya disana dia langsung menuju ke lobby utama, untuk menanyakan tentang seseorang yang kebetulan menginap disana.

Setelah memacu kendarannya begitu cepat, Cindy gagal menemui orang tersebut. Sebuah sosok yang sangat dia rindukan akan kebersamaanya dimasa lalu, tetapi kini entah kenapa orang itu perlahan mulai menjauhi dirinya.

"Kamu ngapain duduk disini?" tanya seorang pria yang datang menghampiri Cindy ketika dirinya tengah terduduk di lobby hotel.

"Kak Crish.." ucap Cindy mengangkat kepalanya melihat kearah pria yang ternyata kakak dari Cindy.

"Stuart udah cek out beberapa jam yang lalu,"

"Kak Crish tau darimana kalo aku nyari kak Stuart?"

"Karena kita berdua sama-sama pingin ketemu sama anak itu,"

Mereka berdua mengobrol sejenak mengenai sosok Stuart. Keduanya sama-sama merindukan sosok tersebut, akan tetapi Stuart terlihat seperti terus menghindar dari mereka berdua.

"Pasti karena papah, soalnya gak ada lagi yang bisa bikin kak Stuart begitu,"

"Iya, aku juga mikir begitu, tapi yang jadi pertanyaan, emang papah ngomong apaan sih sampe Stuart begitu,"

Malam harinya Arya tengah bekerja di salah satu cafe. Seorang pria dan wanita terlihat memasuki tempat tersebut.

Samar-samar Arya mendengar perbicangan mereka, seperti selayaknya seorang pasangan yang saling mencurahkan perasaan mereka masing-masing.

Ada sedikit rasa iri di hati Arya, karena dirinya juga ingin seperti anak muda pada umunya, yang menikmati kehidupan seperti tanpa adanya rasa khawatir akan bayang-bayang masa depan di kehidupan sebelumnya.

Waktu terus berlalu, satu atau dua tahun lagi berlalu. Selama waktu itu, mahasiswa kedokteran bertahan melalui studi ketat mereka. Bertahan dengan mengikuti berbagai macam ujian.

Satu hal yang tidak berubah dalam dua tahun belakangan ini adalah. Arya masih tetap bercokol di peringkat pertama dan peringkat keduanya selalu berubah-ubah.

Selama tahun ketiga berada di kelas inti, para mahasiswa kedokteran memulai residen klinis mereka. Banyak di antara para siswa yang merasakan kesenangan lantaran pertama kalinya bagi mereka memulai residen mereka.

Bagi Arya mungkin ini bukanlah pertama kalinya dia merasakan itu. disaat yang lain tengah bersenang-senang. Arya sudah mulai memikirkan tentang apa yang akan menunggu mereka di depannya.

Latihan lapangan, tes lisensi kedokteran, magang dan masih banyak lagi yang Arya pikirkan saat itu.

"Ehem..Arya gimana penampilan ku?" Ucap Cindy membuyarkan lamunan Arya.

"Apa ini cocok untukku?" lanjutnya.

"Itu sangat...."

"Apa.apaa kamu ngomong apa aku gak denger," Cindy menutup telinganya dengan kedua tangan miliknya.

Para siswa yang mengikuti resdien sudah berkumppul di salah satu aula yang sering di gunakan untuk pertemuan. Dengan harap-harap cemas mereka menunggu profesor yang menjadi penguji mereka.

"Maaf sudah membuat kalian semua menunggu, perkenalkan nama saya Crishtoper Edward Gunawan, dari ilmu kedokteran," ucap Crish tersenyum menyambut mahasiswa residen tahun ini.

Para siswa wanita langsung terhipnotis oleh senyuman tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang membicarakan tentang profesor muda dan tampan yang saat ini tegah berdiri di atas panggung.

Setelah mendapat beberapa kata sambutan, para siswa kemudian di ajak berkekeliling untuk melihat isi rumah sakit, dan juga ikut melihat bagaimana para dokter merawat pasien.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang