0.3 Mimpi Yang Abadi

171 26 18
                                    

Theme song; Chani - Startlight

❛❛  Aku akan tetap mengingatmu di tempat kosong dalam hatiku. ❛❛

Disarankan untuk sambil play lagunya.

_____

Kuputuskan untuk menunggu disini. Tak lama setelah itu aku melihat seorang pria dan istrinya datang lalu melihat *FIDS yang ada di terminal kedatangan.

(*Flight Information Display System/layar monitor penerbangan.)

Wanita itu langsung jatuh ke permukaan lantai sembari menangis dan memanggil nama anaknya yang kutahu adalah Danbi. Itu orang tua Danbi. Ini adalah kali pertama aku bertemu mereka padahal aku ingin bertemu mereka di waktu yang tepat ketika aku melamar anaknya.

Aku tak sanggup untuk menghampiri keduanya. Aku hanya menutup wajahku dengan kedua tangan, menutup wajahku yang memerah karena menangis. Aku juga meremas rambutku merasa frustasi dan hampir gila karena aku menyesal telah melewatkan semuanya. Aku melewatkan setiap kesempatan yang diberikan kepadaku.

Berselang beberapa menit aku kembali berpikir positif. Aku tahu Danbi bisa melewati semua ini. Danbi pasti sedang terdampar. Aku yakin.

Sejujurnya aku tidak pernah berdoa karena aku tidak punya agama dan tidak pula percaya Tuhan. Namun kali ini entah mengapa aku ingin memohon pada Tuhan, untuk menyelamatkan Danbi dalam keadaan selamat tak kurang satu apapun. Aku yakin Danbi masih bisa bertahan. Jika Tuhan benar-benar ada dan menyelamatkan Danbi maka aku akan sering beribadah menjadi umat yang baik seumur hidupku.

Lalu aku berdoa pada Tuhan. Benar-benar memohon agar Tuhan menyelamatkan Danbi. Wanita yang sangat kucintai, sahabat yang ingin kumiliki untuk mengisi sisa hidupku.

Sangat cepat media memberi informasi dan memberi ilustrasi kronologi tentang bagaimana pesawat itu jatuh. Sembari menunggu aku menyempatkan diri untuk melihat berita. Kabarnya pesawat itu menghantam permukaan laut dengan kecepatan tinggi. Lalu meledak di atas permukaan laut.

Aku meneguk ludah kepayahan, aku yakin Danbi selamat. Danbi cukup pintar untuk menyelamatkan diri. Kuputuskan untuk tidak mempercayai apapun karena aku hanya percaya pada Danbi.

Hari semakin larut malam. Aku tidak menyangka perkiraan cuaca salah dalam meramal cuaca hari ini. Sama sepertiku, aku telah salah memperkirakan waktu kedatangan Danbi sebab gadis itu belum juga tiba. Di luar hujan, aku harap Danbi tetap hangat dengan pakaian yang ia kenakan.

Kuputuskan untuk menghampiri kedua orang tua Danbi dan memberi mereka dua Tuna Samgak Gimbap. Aku tidak ingin orang tua Danbi kesulitan, mereka harus tetap menjaga kesehatan selagi menunggu Danbi tiba. Meski ibu Danbi awalnya enggan untuk memasukkan satu gigit gimbap itu ke dalam mulutnya.

Kukatakan pada mereka bahwa aku sahabat Danbi. Aku tidak melupakan bunga lily putih yang kubawa beberapa jam yang lalu. Bunga ini untuk Danbi, jadi akan kuberikan padanya jika ia tiba nanti.

Kubuka kembali ponselku, kulihat percakapan terakhir kami. Danbi berswafoto sembari memamerkan tiket pesawatnya serta pakaian yang ia kenakan. Danbi memakai hoodie yang kuberikan.

Dan aku kembali menangis. Hatiku sakit sekali, hingga aku kesulitan bernafas. Hari ini entah sudah berapa kali aku menangis. Aku tidak tahu apa yang membuatku menangis hingga melukai bibirku karena aku menahan sakit yang ada di dalam hati sembari mengigit bibir.

Tanganku dingin, kepalaku pusing tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan Danbi.

Aku menyesal karena sempat berpikir Danbi telah pergi. Aku menyesal karena sempat percaya Danbi tidak bisa bertahan. Hingga hal tersebut benar-benar menjadi kenyataan.

Never Know - Jungkook One Shot ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang