Chapter 4 : New City

186 131 128
                                    

Day 38

Setelah perjalanan panjang untuk mencari kota yang belum terinfeksi zombie, akhirnya kami menemukan kota kecil yang sengaja dibangun oleh warga yang selamat atau biasa disebut dengan tempat pengungsian.

Sebelum masuk ke kota itu, kami diperiksa memastikan apakah kami aman dari gigitan zombie atau sebaliknya.

Penduduk di kota ini juga memeriksa perbekalan kami, senjata, maupun amunisi yang kami punya. Tetapi anehnya mereka juga membawa perbekalan makanan kita. Setelah diperiksa, mobil kami diarahkan ke tempat parkir. Setelah aku diperiksa aku memilih berjalan kaki memasuki gerbang tinggi yang terbuat dari besi-besi dan kawat.Sembari berjalan aku menengok  ke atas gerbang bertuliskan “New City”.

Tampaknya kota-kota setelah kota mati yang kami lewati sudah terinfeksi zombie semua, dan new city ini merupakan kota pertahanan yang dibangun oleh warga yang selamat. Setelah masuk ke gerbang aku disambut oleh penduduk dan diarahkan dimana kami akan tinggal.

“Hai kak, mari aku antar.” Sapa gadis kecil berusia sekitar 15 tahun itu, sebaya dengan Karin.

Aku tersenyum dan mengangguk, gadis itulah yang akan menunjukkan jalan ke tempat dimana aku akan beristirahat. Alex mengajaknya berbicara dan aku hanya menyimak pembicaraan mereka. Kami berhenti didepan rumah yang lumayan besar dan dilindungi oleh kawat-kawat.

“Itu kak, semoga kakak senang tinggal disini.” ucap gadis itu dengan senyuman.

Setelah menunjukkan rumah aku langsung menyuruh yang lain memeriksa kedalam. Aku sedikit trauma saat membuka  pintu, takut ada zombie dibelakang pintu. Akhirnya Alex membantuku.

“Biar aku aja yang memeriksa.” celetuk Alex.

Louis dan Gerry membantu mengeluarkan perbekalan dan senjata untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Rumah ini cukup besar dan pas untuk 6 orang. Dilantai 1 ada 2 kamar dan dilantai 2 ada 2 kamar. Aku memilih lantai 2. Dilantai 2 ada balkon sehingga aku bisa memantau keadaan luar. Alex dan Gerry pun memilih di lantai 2.

Aku memasukki kamarku dan Karin menyusul, ya benar dia akan tidur denganku. Kamar sebelah milik Alex dan Gerry. Dilantai pertama ada papa dan Louis. Aku segera mandi dan mengganti bajuku yang sudah lusuh ini.

“Ly, apa kita mencari bahan makanan sendiri meskipun tinggal disini ?” tanya Karin.

“Aku juga gatau, lihat saja nanti. Mungkin setiap orang disini memiliki tugas masing-masing.”

Setelah mandi dan berganti baju, aku tidur dikasur dan tiba-tiba Louis memanggilku.

“Ly, turun! papa mau bicara.”

“Ya tunggu.”

Aku menuruni tangga dan disusul oleh Alex dan Gerry. Papa terlihat khawatir, aku bertanya kepadanya apa yang membuat papa khawatir.

“Kenapa pa?”

“Apa aman jika tinggal disini? apa kita sebaiknya pergi kerumah ibumu ?” tanya papa dengan nada gelisah.

Aku sontak menatap Louis dan Karin. Louis bukan saudara kandungku melainkan saudara tiriku, aku takut menyinggung dirinya, karena Louis dan ibuku kurang akur.

“Sebaiknya kita tinggal disini untuk beberapa hari pa, nanti kalau amunisi dan perbekalan kita cukup kita akan melanjutkan perjalanan.” jawabku.

“Bagaimana kalau kita meminjam telepon atau mencari walkie talkie untuk mempermudah kita berkomunikasi ?” sahut Alex.

Louis menjawab dengan cepat, “Bukan ide yang buruk.”

Kami akhirnya setuju dengan pendapat Alex. Karena kita belum mempunyai informasi tentang daerah-daerah setelah kota ini,  jadi lebih baik tinggal disini untuk sementara waktu. Kekacauan dan zombie juga kita tidak tahu sampai di daerah mana saja.

VACCINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang