Chapter 9 : Mimpi atau Kenyataan?

87 14 33
                                    

"Akhirnya aku bisa menatap langit lagi." batinku.

Aku bisa merasakan udara segar kembali melewati rongga hidungku. Tetapi panas matahari disiang hari sangat menyengat kulitku, membuat pandangan mataku kabur. Aku mendengar papa dan Karin berteriak namaku.

"Lily! sadarlah!"

"Lily, bangunlah!"

Pandangan mataku mulai menghitam dan aku mulai tidak sadarkan diri.

Day 74

Aku terbangun dan melihat aku ada disebuah kamar. Aku berdiri dan hendak mencari yang lain, namun langkahku terhenti, karena kakiku masih sangat sakit rasanya dan tanganku di infus.

"AWWW!!!" rintihku.

Aku kembali berbaring dan membenarkan posisi kakiku yang masih sangat nyeri. Tidak lama kemudian Karin mendatangiku.

"Sudah bangun Ly? istirahat dulu, mungkin kaki mu masih terasa sakit." ucap Karin sambil membantu membenarkan posisi kakiku diatas kasur.

"Yang lain mana?" tanyaku.

Karin menunjukkan jari tangannya ke arah luar menandakan yang lain sedang berada diluar. Kejadian kemarin membuatku sangat lemas dan menjadi tidak bisa berjalan normal.

"Apa yang terjadi kemarin setelah aku pingsan?" tanyaku.

Karin menjawabku dengan tertawa, "Ini sudah hari ketujuh semenjak kamu tidak sadarkan diri."

Mataku melotot mendengar jawaban Karin. Aku tidak percaya bahwa sudah tujuh hari tidak sadarkan diri. Selain karena kakiku yang dirobek oleh zombie, mungkin aku tertidur begitu lama karena didalam terowongan kami hanya tidur bergantian dan hanya beberapa menit saja. Selain itu didalam terowongan aku juga berhari-hari tidak mendapatkan sinar matahari dan oksigen yang cukup, bahkan harus menghemat air minum.

"Aku panggilkan yang lain ya." ujar Karin sambil meninggalkanku.

"Hei, bawakan aku makanan!" teriakku.

Papa, Louis, dan Alex mendatangiku. Aku menyambut mereka dengan senyuman hangat. Papa mengusap poniku dan tersenyum. Louis meniru papa tetapi dia justru tidak mengusap poni tapi merusak poniku.

"Ih! apaan sih!" ucapku sambil melirik Louis dengan sinis.

Mereka hanya tertawa mendengar aku berkata begitu. Tiba-tiba Alex mengeluarkan suara nya.

"Untung kamu tidak terinfeksi, mungkin kalau sudah terinfeksi kamu sudah aku ikat disana."

Aku sangat bersyukur karena lukaku tidak menjadikan diriku menjadi zombie. Aku tidak tahu lagi jika aku menjadi bagian dari zombie-zombie mengerikan itu. Tentunya aku tidak akan rela jika tubuhku menjadi mayat hidup.

"Papa dan Louis berjaga didepan teras dulu, biar Alex yang menemani kamu." ujar papa.

"Iya pa."

Alex memberiku air minum dan aku segera meminum air pemberian Alex itu. Kami hanya terdiam dan saling memandang. Aku sedikit canggung dan untuk memecahkan keheningan aku memutuskan bertanya kepada Alex.

"Darimana kalian mendapatkan infus untukku?"

Alex tersenyum, "Mungkin ini karena keberuntunganmu. Rumah ini sepertinya dulu digunakan sebagai tempat pengobatan didesa ini."

"Syukurlah. Apa lukaku ini tidak terinfeksi oleh virus zombie?"

"Sebentar lagi kamu akan menjadi zombie yang menakutkan. RRRGGGHHH!!" goda Alex.

Aku tertawa mendengar perkataan Alex. Kami melanjutkan perbincangan dan aku ingin tahu apa saja yang aku lewati selama aku tidak sadarkan diri.

"Apa disini aman dari zombie?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VACCINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang