Chapter 8 : Secret Door

98 51 78
                                    

“Aneh apa maksudmu?” tanya Louis.

Aku kembali mengetuk tembok itu dengan tanganku dan menyuruh semuanya mendengarkannya.

“Coba dengarkan!”

Aku mengetuk sambil meyakinkan bahwa ada yang beda dari tembok ini. Alex dan papa segera mengambil alat didalam tasnya untuk mengorek tanah yang menutupi tembok itu.

“Mundur!” perintah papa.

Aku dan Karin mundur, Louis menjaga belakang kami agar memantau barangkali zombie datang. Alex dan papa segera mengorek-korek tanah yang tertimbun menutupi tembok itu.

Aku terus berharap bahwa disitu ada jalan keluar untuk kami bisa keluar dari terowongan ini. Butuh waktu yang lama untuk menyingkirkan timbunan tanah yang menutupi tembok itu. Akhirnya aku mencoba untuk membantu papa dan Alex.

“Aku akan membantu kalian!” seruku sambil mengeluarkan alat dari tas ransel.

Sudah sekitar 2 jam kami menyingkirkan timbunan tanah akan tetapi belum terlihat hasilnya. Aku terus melanjutkan mengorek tanah sementara yang lain beristirahat. Aku tidak mau menyerah.

“Sudah tidak usah dilanjutkan. Mungkin memang tidak ada apa-apa didalam sini. Kita mencari jalan lain saja.” celetuk papa.

Aku meyakinkan papa agar tetap melakukannya, karena kita semua tidak tahu apa yang ada didalam situ, dan mungkin saja ada keajaiban.

“Benar kata Lily, kita harus mencoba. Tidak ada salahnya pa.” sahut Karin.

Kami semua akhirnya melanjutkan untuk menyingkirkan tanah dari tembok. Louis pun juga ikut membantu.

“RRGGGHHHH!!!”

Namun, saat ditengah-tengah kita mengorek tanah ada zombie yang datang. Mungkin zombie itu datang karena mendengar suara berisik dari kami. Aku dengan sigap mengambil pisau dan segera menusuk kepala zombie itu.

“Jlebb!!!!”

“RRRRRGHHH!!!” erangan zombie yang ku tusuk kepalanya.

Kepala zombie itu mengeluarkan darah berwarna hitam yang sangat banyak, sangat menjijikkan.

“Ini, bersiaplah.” aku memberikan pisauku ke Karin agar dia bersiaga jika ada zombie yang datang lagi.

Aku melanjutkan membantu yang lain untuk menyingkirkan timbunan tanah. Setelah berjam-jam, akhirnya perjuangan kami tidak sia-sia. Kami menemukan sebuah pintu.

“Apa ini pintu?” senjataku mengenai sebuah gagang pintu.

“Ayo kita lanjutkan lagi, ada pertanda baik.” sahut Alex.

Kami lebih bersemangat sampai menemukan sebuah pintu yang tertimbun tanah. Rasanya aku sangat bersyukur.

“Thanks God.” ucapku.

Semua terlihat bahagia setelah menemukan pintu itu. Aku segera memutar gagang pintu, tetapi tidak bisa terbuka. Alex membantuku mebuka pintu dengan alat miliknya.

“1...2...3 ”

Kami bergotong royong mencokel pintu yang terbuat dari besi yang sangat tebal itu. Namun rasa khawatirku timbul kembali.

“Bagaimana jika ada puluhan zombie yang disimpan orang didalam pintu itu?” ucapku.

”Sebaiknya kita bersiaga.” sahut papa.

Kami meneruskan mencokel pintu. Hingga beberapa saat kemudian pintu itu dapat terbuka. Saat pintu itu terbuka aku melihat ada sebuah tangga yang menuju keatas.

VACCINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang