6. fourth confession

1.7K 168 16
                                    

JISOO POV

(Kembali ke hari pertama rehearsal di arena konser)

Aku turun dari panggung mega besar ini untuk bergantian dengan Lisa yang akan memulai latihan untuk penampilan solonya.

Kemana para member lainnya? batinku. Ah, pasti Jennie sedang berada di ruang istirahat. Tipikal Jennie. Dan Chaeng? Bukankah aku tadi sempat melihatnya berjoget menyemangatiku dari bawah sini bersama Lalisa?

Aissh padahal gilirannya setelah ini.

Mungkin beginilah yang dirasakan oleh semua member tertua di grup-grup lainnya. Yah, meskipun aku bukan leader dalam grup kami, tapi menjadi yang tertua adalah hal lain. Terutama bagi kami, orang Korea, menjadi yang tertua berarti kau harus mengerti segalanya. Kau harus memiliki jawaban atas masalah yang dimiliki oleh para member yang lebih muda. Kau harus selalu terlihat kuat dimata mereka. Meskipun kadang tidak seperti itu kenyataannya.

"Nice, Well done!" teriak salah satu koreografer kami yang terlihat puas dengan penampilan Lisa dan para dancer di atas panggung. Aku melihat Lisa yang langsung berbincang dengan koreografer tersebut di pinggir panggung. Sepertinya untuk mendiskusikan masalah dance nya itu. Benar-benar profesional. Lalisa Manoban.

Kemudian perhatianku tertuju pada suara kru panggung yang memanggil nama salah satu member kami.

"ROSÉ-ssi tolong bersiap di atas panggung sekarang" katanya. Tidak ada respon dari arah manapun di area panggung. Aku pun ikut mengedarkan pandanganku mencari bocah nakal itu.

Namun hingga pengulangan panggilan yang ketiga, masih nihil. Kulihat kru tersebut menggunakan HT-nya (walkie talkie) meminta bantuan kru lainnya untuk mencari Chaeyoung diluar area panggung.

Tidak biasanya Chaeyoung seperti ini. Biasanya gadis itu akan stand-by dengan para pemain band di bagian belakang panggung, melakukan apapun itu yang berhubungan dengan penampilannya atau sekedar bermain-main dengan alat musik mereka. Atau biasanya ia akan melatih gerakan yang menurutnya masih kaku kepada Lisa. Atau, yang paling kusukai, ketika ia hanya duduk disampingku menyaksikan penampilan member lainnya, sambil bersenandung lagu-lagu western dengan suaranya yang sangat merdu itu.

Aku sudah bersiap mengambil handphone-ku hendak menghubungi tupai itu ketika tiba-tiba ia muncul naik ke panggung sembari membungkukkan badannya kepada hampir setiap orang yang dilewatinya.

"Jeoseonghamnida~ jeoseonghamnida" katanya meminta maaf kepada kru panggung kemudian segera bersiap dengan mic-nya lalu melakukan check sound. Aku hanya tersenyum menatapnya dari sini.

"Unnie!"

"Ah! Kkamjagiya!" Kataku kepada sosok yang tiba-tiba duduk disampingku. Senyumnya sangat lebar sampai pipi mandunya itu benar-benar mengembang sempurna.

"Hehe, mianee~" katanya dengan nada aegyo nya.

"Kupikir kau tadi ingin beristirahat sejenak di belakang? Beberapa saat yang lalu kau terlihat seperti mayat hidup. Apa yang berubah?" Kataku menyelidikinya.

"Kurasa energiku sudah kembali pulih unnie" ujarnya sambil terus tersenyum dan pandangannya ke atas panggung tidak terputus.

"Mwo-ya... apa kau baru saja dipijat di ruang istirahat? Katakan padaku siapa yang memijatmu, aku ingin dipijat juga" kataku sungguh-sungguh.

Namun Jennie hanya menatapku lalu sedetik kemudian ia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aneh sekali kau ini Kim Jennie.

"Ya, Jendeuk. Kau ini kenapa? Aissh... kenapa kau seperti anak sma yang baru mendapatkan first kiss-nya begini" ucapku sambil memandangnya heran.

CONFESSION(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang