10. weird feelings

1.3K 151 24
                                    

ROSÉ POV

Setelah memastikan Jennie unnie benar-benar terlelap, aku bangkit dari posisi jongkokku disamping tempat tidurnya. Benar-benar sesuatu. Ketika tadi aku merebahkannya dikasur ia terus menarik-narik tanganku dan meracau tidak jelas. Itulah mengapa aku harus berjongkok dan mengusap-usap kepalanya terlebih dahulu, menenangkannya seperti seorang ibu pada anaknya.

Aku menatapnya sendu. Jennie unnie tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini dariku. Aku hanya terus-menerus menyakitinya bahkan tanpa kusadari. Ya, kejadian semalam dikamarku itu terekam dengan jelas dikepalaku.

Aku bisa saja berada dalam keadaan yang sangat mabuk, namun sakit kepala yang kurasakan dihari berikutnya tidak mampu menghilangkan ingatanku selama mabuk. Aku hanya tidak dapat mengendalikan diriku selama mabuk. Heol, bahkan aku ingat mencumbunya dengan sensual di sofa kamarku. Hanya saja, aku tidak tahu jika setelahnya aku malah memanggil nama Jisoo unnie seperti yang diucapkan Jennie unnie tadi. Jika memang demikian kejadiannya, kacaulah aku.

"Sepertinya kau benar-benar tahu cara menidurkan Jennie unnie, ya" ucap Lisa dibelakangku. Aku hanya diam. "Ah, kau juga sangat pandai menciumnya ne..., scratch that, bahkan sampai bercumbu."

"Lisa..."

"Siapa tahu hal apalagi yang telah kau perbuat padanya di belakang kami semua bukan" baiklah, ini sudah kelewatan.

"Cukup, Lalisa..." ucapku berbalik menghadapnya. Aku paham jika ia merasa kesal karena aku menyentuh gadis yang disukainya, tapi harusnya ia tidak menempatkanku pada posisi ini dari awal bukan? Jika ia ingin kebahagiaan untuk Jen unnie dengan membiarkannya bersamaku lalu bukankah seharusnya mengikhlaskannya? Kenapa membuatku seperti berada di ujung tanduk?

"A-aku juga manusia biasa Lisa-ya" kataku lirih. "Kupikir melanjutkan ini semua adalah konyol. Sebelum semuanya menjadi benar-benar kacau aku akan mengakhirinya," lanjutku mantap.

---

Bullshit. Aku ingin meneriaki diriku sendiri rasanya. Jangankan mengakhirinya, untuk menatap mata Jen unnie saja aku tidak bisa saat ini. Tiba-tiba pikiranku akan selalu kembali pada malam itu di sofa kamar hotelku. Alih-alih menatap matanya, pipiku akan memanas dan tiba-tiba nyaliku hilang.

Namun masalah sebenarnya saat ini bukan itu. Aku bisa saja memaksakan diri ini untuk berbicara dengannya jika memang diperlukan. Tapi Jen unnie lah yang saat ini mengabaikanku. Atau menghindariku. Sejak malam aku menggendongnya yang sedang mabuk. Sejak pernyataan mabuknya tentang diriku yang menyebut nama Jisoo unnie secara tidak sadar. Aku tidak mengerti namun diabaikan oleh Jen unnie untuk pertama kalinya telah membuat adanya perasaan aneh yang tidak kusukai muncul didalam hatiku. Asumsiku mengatakan jika mungkin karena aku terbiasa dengan clingy Jennie.

Hal kedua yang tidak kupahami adalah fakta bahwa Jen unnie saat ini menjadi sangat dekat dengan Lisa sejak hari itu. Di pagi hari berikutnya ketika jadwal penerbangan kami ke Chicago telah tiba, Jen unnie tidak mempedulikan aku yang berkali-kali memanggilnya dan memilih untuk menggandeng tangan Lisa. Hei, bukankah itu berita bagus? Tapi aku tak paham kenapa perasaan aneh yang sama juga muncul melihat mereka berdua.

Dengan Jisoo unnie pun keadaannya tidak lebih baik. Ia terus mengabaikanku hingga saat ini. Heol, bahkan aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan kami. Jika kuingat lebih dalam lagi, kupikir aku mampu bertahan dari perubahan sikap Jisoo unnie yang seolah menjauhiku karena ada Jen unnie yang terus memperhatikan keadaanku.

Aku teringat ketika kami masih mempersiapkan comeback kami di korea sebelum melanjutkan tur ke AS. Saat itu adalah pertama kalinya Jisoo unnie mulai mengabaikanku, kurasa beberapa hari setelah aku dan Jen unnie berterus terang tentang hubungan kami. Aku sangat sedih karenanya dan memutuskan untuk tinggal lebih lama di ruang latihan YG dengan alasan ingin memperdalam koreografi kami.

CONFESSION(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang