9. mess it up

1.4K 145 5
                                    

LISA POV

"Ne, oppa. I'm coming down now" kataku lalu menutup panggilan teleponku. "Ibu! Aku pulang dulu ke hotelku, eoh" teriakku kemudian sembari mengikat tali sepatuku.

"Apa kau butuh bantuan ibu untuk mengemasi barang-barangmu, honey?" ibuku muncul dari kamar dan mengelus kepalaku. Aku hanya menggeleng manja padanya. "Kau minum bir terlalu banyak semalam, ck."

"Lihatlah, aku baik-baik saja ibu. Semalam aku memang butuh sedikit cairan itu untuk menyegarkan pikiranku, hehe" aku menyengir kepada ibu.

*Pletak*

"Aduh ibu kenapa menjitakku" kataku sambil mengusap-usap ubun-ubunku yang baru saja dipukul menggunakan sendok oleh the Great Madam Manoban. (Dapet sendok darimana? Ya anggap aja nyonya manoban mau makan)

"Kau jangan banyak-banyak mengonsumsi alkohol, ya. Aku tidak dapat selalu mengawasimu dari Thailand, Lalisa. Kalau ada masalah ceritalah pada wanita tuamu ini, kau mengerti" ceramah ibu sembari ikut mengusap ubun-ubunku. Aku tersenyum memandanginya.

"Ne, my queen. Tolong sampaikan salamku pada Ayah. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Besok kita bertemu di bandara kan, ibu?" ucapku sembari memeluknya.

"Ya, tentu saja. Kami akan berangkat dari sini bersama orangtua Chaeyoung juga. Sana pergilah" ibuku melambaikan tangannya padaku. Aku balas melambai kearahnya dan melempar ciuman terbang kearahnya sambil kemudian menutup pintu kamar dan beranjak turun ke lobi.

Ya benar. Orang tua kami memang sering ikut dalam rangkaian tur ini. Meski tidak disemua konser namun hal tersebut sudah cukup membuat kami bahagia. Ayolah, siapa yang tidak bahagia jika orangtuamu hadir dalam momen-momen penting di hidupmu? Apalagi orang tuaku juga dekat dengan para orangtua member lainnya. Ck, bahkan saat ini ayahku sedang mengopi bersama Ayah Chaeyoung disalah satu kedai kopi legendaris yang letaknya beberapa blok dari hotel ini. Aku sangat bersyukur akan hal ini.

---

"Kau segeralah berkemas, eoh. Kabari juga yang lainnya. Besok jadwal penerbangan kalian ke Chicago pagi-pagi sekali" kata manajer oppa ketika aku hendak menutup pintu van.

"Arraseo" jawabku singkat lalu bergegas masuk ke dalam hotel, meninggalkan manajer oppa yang hendak memarkirkan mobil di basement hotel.

Aku menghela nafas lega ketika sudah berada di dalam lift yang akan mengangkatku ke lantai kamarku. Sepertinya tidak ada yang mengenaliku. Inilah salah satu yang kusuka dari traveling ke luar negeri. Tidak perlu menutupi wajahku dengan berlebihan dan tidak ada orang-orang yang mengerumuniku. Kebebasan seperti ini menjadi hal yang sangat langka bagi kami.

Setelah tiba di lantai kamar kami yang memang saling bersebelahan, insting pertamaku adalah menuju kamar Jennie unnie. Hei, jangan salahkan aku. Kakiku yang secara otomatis melangkah dengan sendirinya kesana, meskipun kamarnya merupakan yang terjauh dari kamar kami semua. Dasar budak cinta.

Ketika aku hendak membunyikan bel kamarnya, secara bersamaan Jennie unnie membuka pintunya. Alhasil kami saling bertatapan dengan ekspresi terkejut. Jennie unnie mengenakan topi baseball dan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya, serta pakaian kasual serba tertutup dan tas tangan chanel yang dijinjingnya. Sementara itu di tangan satunya ia memegang kacamata hitam.

"Oh Lisa-ya, kau sudah kembali sejak kapan? Apa kau masih pusing karena acara semalam?"

"Ah ne unnie sebenarnya aku masih agak pusing sedikit" wow kenapa aku berkata seperti itu. "Tapi kau tau kan, uri manajer oppa meminta kita semua untuk segera berkemas karena besok jadwal penerbangan kita sangat pagi" lanjutku.

CONFESSION(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang