•| Chapter 3 |• Why Me?

34 31 0
                                    

"Kak Afgan," panggil April dengan langkah riangnya berjalan mendekati Afgan yang sedang menyiram tanaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak Afgan," panggil April dengan langkah riangnya berjalan mendekati Afgan yang sedang menyiram tanaman.

Afgan menoleh dengan senyuman. "Gimana sekolahnya?"

"Seru. Temennya baik semua. Tadi, banyak yang minta kenalan sama aku," jawab April dengan senyuman lebar.

"Baguslah," balas Afgan merasa lebih tenang. Sempat terbesit pikiran negatif April tidak akan di sambut dengan baik dan tidak akan betah bersekolah di sini.

"Kakak, yang nanem semua ini?" tanya April melihat tanaman hias tumbuh subur terlihat sangat cantik dan berwarna-warni.

Afgan menganggukan kepalanya. "Iya. Bagus, ya?"

"Iya."

"Nanti kalo Kakak sibuk kerja. Kamu ya, yang nyiramin taneman Kakak," pinta Afgan yang langsung diangguki April.

"Iya."

Halaman belakang rumah terlihat sangat indah, sejuk dan nyaman. Banyak tanaman hias yang tumbuh subur, kolam yang ada air mancur, ayunan ganda yang tempat duduknya saling berhadapan dan rumah kecil yang letaknya di sudut halaman.

Rumah yang saat ini mereka tinggali adalah rumah yang baru Afgan beli setelah dua tahun bekerja. Bukan tempat saksi bisu atas meninggalnya salah satu anggota keluarga mereka. Rumah itu sudah Afgan hancurkan dan dibangun rumah yang baru, lalu dijual.

"Rumah-rumahan itu isinya apa, Kak?" tanya April, lalu menoleh ke arah Afgan.

Afgan menoleh ke arah rumah tersebut, lalu beralih menatap April. "Isinya kenangan. Mau liat?"

April menganggukan kepalanya. "Mau."

"Ayo," ajak Afgan sambil menggandeng tangan April. Berjalan mendekati rumah kecil bercat merah.

Mereka masuk ke dalam. Tidak ada kamar dan rumah itu hanyalah sebuah ruangan. Dindingnya diisi foto-foto dan rak buku. Afgan berjalan menuju buffett yang di atasnya terdapat jejeran album berwarna-warni. Laki-laki itu mengambil salah satunya.

"Lihatnya di luar aja, ya," ucap Afgan. Kemudian, mereka berdua jalan keluar dan duduk di teras.

"Nih." Afgan memberikan album aesthetic berwarna cokelat muda itu pada April yang langsung di terima.

"Bagus," ucap April. Telapak tangannya mengusap lembut cover album di tangannya.

"Kak Alice sendiri yang milih," balas Afgan. "Waktu itu kak Alice abis di marahin sama Mama karena abis buat nakal di sekolah sampe Mama di panggil sama guru. Kak Alice nangis di dalem kamar. Kakak ngga tega liatnya, akhirnya Kakak ajak kak Alice keluar buat jalan-jalan."

"Kak Alice milih berhenti di toko buku. Katanya ada yang mau di beli. Ternyata album yang sekarang kamu pegang. Dia pengen album itu nanti diisi sama poto-potonya dari kecil. Biar pas nikah bisa nunjukin ke anak-anaknya."

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang