•| Chapter 7 |• Why Me?

181 154 10
                                    

"Heh heh heh! Mau kemana lo?" Billa dengan cepat menarik kerah seragam Tara yang hendak keluar kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Heh heh heh! Mau kemana lo?" Billa dengan cepat menarik kerah seragam Tara yang hendak keluar kelas. "Piket dulu ngga lo?! Gue aduin bu Lasih baru tau rasa lo."

Tara menghela napas panjang, berbalik badan menghadap Billa merubah ekspresinya menjadi cemberut. "Mainnya ngaduan, ah."

"Biarin," balas Billa sambil menyerahkan sapu pada Tara. "Cepet sapu, abis ini gue mau ngepel."

Tara mencebikan bibirnya kesal tidak jadi kabur. Mulai berjalan menuju barisan meja paling ujung. "Arvin sama Rafa mana, sih? Kok mereka ngga piket juga."

"Mata lo picek apa belekan sih, Tar?" decak Billa sambil berkacak pinggang tak habis pikir. "Lo kira yang ngangkat kursi, bersihin papan tulis, rapihin meja sama balikin buku ke perpus siapa?"

"Oalah mereka," sahut Tara sambil manggut-manggut, mulai menyapu.

"Sapu yang bersih. Itu deket meja Gading kotor banget. Geli gue liatnya," titah Billa sambil bergidik jijik. "Bisa-bisanya tuh orang biasa aja duduk di tempat kotor. Heran gue."

April yang juga masih ada di dalam kelas hanya melirik mereka datar. Gadis itu sedang melengkapi catatan materi dari semester awal kelas sebelas.

"Ya biasa ajalah. Rumahnya aja deket tempat sampah," balas Tara santai.

"Emang beneran rumahnya dia deket tempat sampah?" tanya Billa penasaran, terdengar antusias. "Gue denger dari Tofan, tapi kayak ngga percaya."

"Karena style dia makanya pada ngga percaya, kan?" Tara mengangkat satu alisnya.

Billa mengangguk. "Iya, iya bener. Kece gituloh stylenya. Kek holkay. Lo aja kalah."

Seketika ekspresi wajah Tara berubah datar dan terlihat masam membuat Billa menutup mulutnya tertawa geli.

"Masih banyak," keluh April dengan bibir cemberut sambil meletakan bolpoinnya ke atas meja.

Billa menoleh, tersenyum prihatin. "Sabar ya, Pril. Itulah resikonya menjadi murid pindahan."

"Lagian lo kenapa ngga di print aja sih, Pril?" sahut Tara.

April mendengus seraya merapikan buku catatan miliknya dan milik Billa. "Gue masih sanggup buat nyatet."

"Ah, beda emang kalo di bandingin sama anak rajin," celetuk Tara membuat April mendengus geli mendengarnya.

"Masih banyak?" tanya Billa yang duduk di kursi meja guru. Menunggu Tara selesai menyapu karena dirinya bertugas mengepel.

April menggelengkan kepalanya. "Lanjutin di rumah ajalah. Lagian gue mau ekskul. Gue bawa ya, buku lo."

Billa mengangguk seraya mengangkat jari jempolnya. "Bawa aja."

April memasukan semua buku yang ada di atas meja ke dalam tas beserta alat tulisnya. Setelahnya Ia beranjak berdiri sambil menyampirkan kedua tali tasnya di bahu. Mengangkat kursinya ke atas meja.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang