Hiruk pikuk para penumpang terdengar jelas di telinga April saat kakinya menginjak bandara Soekarno-Hatta setelah enam tahun lamanya tinggal di Jerman bersama kedua orang tuanya. Berkat Afgan-kakaknya, April berhasil kembali menginjakan kakinya di negara tempat Ia sempat di besarkan.
Pandangan matanya mengedar menatap sekeliling. Berjalan menuju bangku yang ada di sudut koridor menunggu jemputan. Kedua telinganya di sumpal oleh headset berwarna putih. Memutarkan sebuah lagu berjudul Favorite Girl yang dinyanyikan oleh Justin Bieber.
Di balik masker berwarna putih, kedua sudut bibirnya tertarik sedikit membentuk sebuah senyuman. Masih tidak percaya kini Ia kembali. Rasanya seperti mimpi.
Di sana April sulit sekali meminta izin pada Airani-Mamanya. Airani masih trauma setelah meninggalnya Alice-Kakak kedua April karena insiden bunuh diri tanpa alasan yang jelas Alice melakukan hal itu.
April tahu kekhawatiran Airani. Namun, tinggal di sana lebih lama lagi rasanya April tidak sanggup walaupun negara itu adalah tempat kelahirannya. Nyatanya Ia lebih nyaman tinggal di Indonesia.
Saat malam dimana Afgan-Kakak pertamanya menelpon Airani untuk membawa April kembali sebagai kado ulang tahunnya yang keenam belas. Keputusan Airani akhirnya berubah walaupun terlihat tidak ikhlas. Afgan berjanji pada Airani untuk selalu menjaga April dan Airani pun memberikan izin.
April jadi merasa sedih mengingat tangisan Airani saat dirinya pergi. Mamanya itu langsung di peluk Aldian-Papanya untuk di tenangkan. Kekhawatiran Airani dan kasih sayangnya langsung membuat April rindu.
"Har du ret, April?" tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di depan April sambil membaca sebuah kertas yang artinya 'apakah benar ini dengan, April?'
April tersenyum geli. "Undskyld, jeg kender dig ikke. Du må hellere komme ud af mit syn lige nu," balas April yang artinya 'maaf, saya tidak mengenal kamu. Sebaiknya kamu pergi dari hadapan saya sekarang juga'.
"Hah?" Cowok itu mendongak dengan ekspresi wajah kaget mendengar balasan yang tidak terduga dari April. "April, mah. Gue mana ngerti artinya."
April tertawa geli seraya beranjak berdiri. "Lagian pake sok-sokan pake bahasa Dansk."
"Belajar ceritanya," balas Regan-saudara sepupu April. Anak dari kakak laki-laki Airani.
Wajah cemberut Regan berubah ceria, senyumnya lebar melihat kehadiran April. "Welcome back, April," sambutnya seraya melebarkan kedua tangan.
April terkekeh. Berjalan mendekat dan memeluk tubuh Regan erat. Sekarang Regan terlihat lebih tinggi di banding enam tahun yang lalu. Selama itu April sama sekali tidak pernah bertemu dengannya, kecuali saling bertukar kabar lewat sosial media.
"Gila, adek gue udah gede aja," decak Regan setelah pelukan mereka mengendur dan perlahan terlepas.
"Iyalah, masa mau kecil terus," balas April.
"Gimana? Mau langsung pulang nggak?" tawar Regan dengan alis naik-turun.
"Langsung pulang aja biar cepet istirahat," jawab April.
"Duh, kelihatannya capek banget, ya."
April hanya tertawa sambil berjalan di samping Regan yang menarik koper besarnya.
•
•
•
April memandang pantulan dirinya di cermin yang memperlihatkan keseluruhan tubuhnya, kini memakai seragam dari sekolah barunya. Roknya berwarna biru dongker, terdapat garis putih yang melingkar di bagian bawahnya. Lalu, jas yang membalut seragam putihnya dengan warna yang senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Novela Juvenil#AREGAS SERIES 1 "Hi, my name is Alfa. The leader of the Bla Skygger gang. Lo belum tau nama gue, kan? Dan lo juga belum tau siapa gue, kan?" Alis Alfa naik satu. Namanya April Anastasya. Hidupnya di sekolah dalam bahaya sejak dia menolong teman sek...