•| Chapter 10 |• Why Me?

162 144 2
                                    

"Kapan berhenti nangisnya sih, Bill?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kapan berhenti nangisnya sih, Bill?"

April membungkuk untuk mengambil bekas tisu-tisu yang berserakan di atas tempat tidur, di lantai bahkan di sofa depan ranjang lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di pojok dekat pintu.

April menghela napasnya melihat Billa masih menangis dengan tingkahnya seperti anak kecil.

Kedua tangan terangkat menggosok-gosok mata.

"Eng ... ngga bisa," jawab Billa, menangis sesenggukan. Detik berikutnya kembali menangis keras dengan kepala mendongak.

"Cuman film doang padahal," decak April menggelengkan kepalanya, lalu duduk di pinggir ranjang.

"Tapi, sedih," ucap Billa setelah menghentikan tangisannya. Menatap wajah April dengan mata sembap dan sedikit sipit.

"Alay banget sih temen gue," cibir April, lalu menghela napasnya panjang.

Tiba-tiba tangis Billa kembali keras. Gadis itu memukul-mukul bantal yang ada di pangkuannya. "MASIH NGGA TERIMA YUMI DONORIN MATA BUAT MAYA!"

April menghela napas gusar melihat bantalnya jadi sasaran empuk kekesalan Billa. "Teplek dah bantal gue."

"Lo tau ngga, sih?" Billa tiba-tiba menoleh ke arah April yang langsung April balas dengan satu alis terangkat. "Kalo gue jadi Yumi ogah gue donorin mata gue buat si Maya. Malahan gue bunuh waktu dia lagi selingkuh sama pacar gue."

"Emang berani?" tantang April dengan dua alis terangkat.

Billa langsung merengut, lalu menggelengkan kepalanya. "Ngga ... takut masuk penjara, takut dosa."

"Lagian si Devannya juga salah, Bill. Kalo dia sayang plus cinta sama Yumi ngga bakal dia selingkuh. Udah main di belakang ceweknya berarti emang udah ngga ada rasa. Khilaf? Semua manusia punya otak. Di pikirin dulu seharusnya kalau mau ngelakuin sesuatu."

"Ih, lo kok bijak banget, sih. Merasa tertampar gue."

April hanya mendengus geli seraya membuang pandangannya ke arah lain.

"Tiba-tiba jadi pengen nonton film biru," celetuk Billa tiba-tiba membuat mata April melotot.

"Heh!" April memukul paha Billa membuat temannya meringis kesakitan.

"Ouh iya." Tiba-tiba Billa teringat sesuatu alasan dia datang ke rumah April, tapi gagal karena dirinya harus menunggu April di suruh Icha membeli gula dan beberapa bahan masak lainnya ke mini market.

Heran, padahal tugas Icha yang membeli semua itu, tapi tetap saja April yang di suruh.

"Lo utang cerita sama gue," ucap Billa membuat April mendengus geli melihat wajahnya yang sembap.

"Soal kemarin. Lo ada masalah apa sama kak Alfa?" tanya Billa. Memutar tubuhnya menghadap April sepenuhnya. April pun melakukan hal yang sama, hingga kini mereka duduk saling berhadapan.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang