Setelah memberitahu Mi Ra bahwa mereka tidak akan kembali ke Seoul melainkan ke Canada, Mi Ho mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Mi Ra dan bahkan harus menarik gadis dengan susah payah karena dia nekad hendak turun dari pesawat yang sudah siap lepas landas.
Tidak bisa dipungkiri, Mi Ho menikmati ekspresi Mi Ra saat tahu dia akan membawanya ke Canada menemui Ibunya. Mi Ho tidak berani melepaskan tangan Mi Ra, khawatir gadis itu akan kabur lagi. Walaupun pukulan Mi Ra cukup sakit, Mi Ho tidak peduli karena dia menyukai raut wajah Mi Ra saat ini.
"Kita tidak bisa kembali ke Seoul dulu. Kau mungkin sudah membaca banyak berita tentang kedatanganku ke Indonesia memenuhi media. Aku sudah cukup memiliki pengalaman menghadapi gosip. Tapi tidak dengan dirimu. Dan apapun yang akan aku jelaskan nanti, kau lah yang akan menjadi sasaran. Aku tidak yakin akan sanggup melindungimu saat itu terjadi. Jika itu sampai terjadi, aku cukup yakin kau akan menyerah padaku. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku siap kehilangan karirku tapi aku tidak siap kehilangan dirimu," kata Mi Ho yang berusaha meyakinkan Mi Ra.
"Sejak bertemu denganmu, mengenalmu, dan akhirnya menyukaimu, kau menjadi orang terpenting dalam hidupku," imbuh Mi Ho. "Aku tidak bisa membayangkan diriku jika sampai kehilangan dirimu. Membayangkannya saja sudah membuatku takut. Aku tidak tahu apa jadinya aku nanti. Kehilangan dirimu, bisa jadi aku akan kehilangan diriku sendiri. Jadi, Han Mi Ra, tolong pahami keputusanku ini."
Mi Ra menatap dengan wajah memelas tepat ke mata Mi Ho. "Kau akan kehilangan karir yang kau cintai, yang sudah kau bangun bertahun-tahun," kata Mi Ra lemah, tidak sanggup menjadi penghalang bagi hidup Mi Ho.
Mi Ho tersenyum simpul kemudian berkata, "Kau pikir jika kau tidak ada di sampingku nantinya, aku masih bisa berkarya? Aku masih bisa menghasilkan banyak lagu dan mengirimkannya ke Hyung di mana pun aku berada, tidak harus di Korea."
"Berapa lama kita tinggal di sana?" tanya Mi Ra.
Dengan mantap dan penuh keyakinan, Mi Ho menjawab, "Setelah semuanya paham dan menerima hubungan kita. Kalau kita kembali sekarang, akan sangat banyak penilaian ditujukan ke kita, terutama ke dirimu. Aku tidak tahu berapa lama tapi kumohon tetaplah di sampingku. Dan kau masih bekerja untukku. Hanya kali ini, kau menerima perintah langsung dariku."
Mi Ho tersenyum lebar membayangkannya. "Kau tenang saja. Penggemar-penggemarku cukup setia. Mungkin beberapa dari mereka awalnya akan mengira aku meninggalkan mereka dan marah kepadaku karena pria tampan pujaan mereka telah diambil oleh seorang gadis. Namun aku akan menciptakan karya-karya yang bisa membuat mereka jatuh cinta lagi padaku. Lagu yang bisa mengingatkan mereka alasan mereka sudah mencintaiku selama ini."
"Aku tidak mengambilmu," kata Mi Ra protes kemudian memalingkan wajah.
Mi Ho tertawa, "Ya aku tahu. Aku yang menyerahkan diri."
*
Saat mendengar nama Canada, Mi Ra mengira bahwa mereka akan ke Ottawa atau Toronto, dua kota besar yang Mi Ra tahu berada Amerika bagian utara tersebut. Namun dugaannya salah. Ternyata, Ibu Mi Ho tinggal di Edmonton, Alberta. Dan sepertinya, walaupun tanpa direncanakan, Mi Ho dan Mi Ra mengunjungi Canada di bulan terbaik untuk berkunjung di negara tersebut.
Hampir sama dengan Seoul yang memasuki musim gugur dengan udara hangat, cuaca cerah, dan dedauan yang menakjubkan di bulan September ini, September juga menjadi bulan paling tepat untuk mengunjungi Canada. Musim panas sudah berakhir di sini namun suhu udara cukup moderat sehingga banyak orang menikmati kegiatan di lingkungan terbuka.
Setelah turun di Ottawa Macdonald-Cartier International Airport, Mi Ho dan Mi Ra meneruskan perjalanan dan turun di Bandar Udara Internasional Edmonton. Kali ini, Mi Ho dan Mi Ra tidak lagi ditemani pengawal. Karena pergi ke Canada bukan rencana awal, baik Mi Ra maupun Mi Ho tidak membawa bawaan banyak. Bahkan mereka tidak membawa koper, hanya ransel yang mereka bawa di punggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]
ChickLitHan Mi Ra memutuskan untuk bekerja di Seoul, Korea setelah menyelesaikan studinya di Singapura. Tidak ada keluarganya di Indonesia yang merasa berat hati akan kepergiannya. Ahh .... Mi Ra juga juga tidak bisa benar-benar memanggil mereka sebagai seb...