Bahkan saat Mi Ra mendorong dadanya, Mi Ho tidak bisa berhenti. Dia masih tidak bisa berhenti menyapu bibir Mi Ra dengan bibirnya. Walaupun bukan ciuman penuh gairah, Mi Ho tidak bisa berhenti menikmati setiap inci manisnya bibir Mi Ra.
Selama beberapa detik, Mi Ra tidak lagi memberontak karena kini tangannya hanya mencengkeram erat jaket Mi Ho. Perlahan, Mi Ho menarik wajahnya menjauh dari wajah gadis itu. Mi Ra menunduk tidak menatapnya namun dia tidak mengubah posisi tubuhnya sama sekali.
"Mi Ra ... Han Mi Ra ...," panggil Mi Ho lembut.
Mi Ra mengangkat wajahnya. Ada air mata yang terlihat tergenang di pelupuk matanya dan Mi Ho menjadi sangat panik melihatnya, "Han Mi Ra ... kau menangis? Maafkan aku. Aku tidak bisa menahannya."
Mi Ra menyeka mata dan mengangkat kepalanya, kali ini berani menatap Mi Ho. "Mengapa kau menciumku?" tanyanya dengan raut muka serius. "Aku bukan gadis yang bisa kau ajak main-main."
"Main-main? Kau pikir aku mencium wanita hanya untuk main-main? Serendah itukah kau memandangku?" Sakit kepala yang dirasakan Mi Ho tadi semakin menjadi. Sesaat dia lupa bahwa dia merasa tidak enak badan. Namun sekarang bukan tubuhnya saja yang sakit. Hatinya juga.
"Hanya karena sekarang kau tahu bahwa akulah yang selalu mengirim pesan padamu, kau berpikir kau bisa melakukan apa saja padaku?"
Mi Ho menatapnya tidak percaya. Kepalanya serasa mau pecah.
*
Mi Ra tidak mengerti kenapa dia menjadi sangat marah saat Mi Ho mencuri ciuman pertamanya. Apa yang dia ucapkan pada Mi Ho jauh berbeda dengan apa yang sebenarnya mengusiknya hatinya. Dia marah karena Mi Ho sekarang menorehkan harapan padanya. Harapan yang sama sekali tidak boleh diimpikan Mi Ra.
Kenapa Mi Ho tidak diam saja dan berpura-pura tidak tahu. Tetap menjadi atasannya di tempat kerja. Mi Ra sudah cukup dengan semua ini. Sekali lagi, Mi Ra tidak ingin serakah. 'Jika sudah seperti ini, aku harus bagaimana?' Mi Ra frustasi sendiri.
Mi Ho masih tidak terima, "Kau tahu, tampar saja aku tidak masalah. Aku tidak mengira kau memandangku serendah itu. Aku tahu ini memalukan tapi barusan adalah ciuman pertamaku. Aku bahkan dulu menolak adegan ciuman di video clip laguku dengan seorang model cantik. Kalau aku mau aku sudah bisa melahap ratusan bibir para wanita yang rela melemparkan dirinya padaku!"
"Kau pikir aku percaya? Aku bukan wanita gampangan! Dan barusan adalah ciuman pertamaku juga. Ciuman pertama apa ini! Di tempat parkir! Kau benar-benar tidak menghargaiku!" bentak Mi Ra tidak mau kalah.
Mi Ho memutar tubuhnya menghadap Mi Ra dan kembali memandangnya dengan tidak percaya. "Aku tidak percaya ini ... seharusnya kau tahu tentang hal-hal yang seharusnya tidak kau ucapkan karena itu akan menyakiti perasaan orang lain!" Mi Ho semakin marah.
Mi Ra tidak lagi berucap. Hatinya sakit tahu bahwa kata-katanya benar-benar melukai harga diri Mi Ho. Dadanya serasa sakit. Mi Ra tidak bisa mengendalikan laju air matanya yang masih saja turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]
ChickLitHan Mi Ra memutuskan untuk bekerja di Seoul, Korea setelah menyelesaikan studinya di Singapura. Tidak ada keluarganya di Indonesia yang merasa berat hati akan kepergiannya. Ahh .... Mi Ra juga juga tidak bisa benar-benar memanggil mereka sebagai seb...