"Kau sudah makan?" Tanya Mi Ho dengan suara pelan pada Mi Ra.
Mi Ra hanya bergumam hu um, berusaha menahan diri tidak menoleh ke arah Gendis. Gadis itu pasti tahu kalau melihat Mi Ra dan sadar dia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Terima kasih semuanya sudah memperbolehkan aku ikut kalian hari ini," kata Gendis memecah keheningan di tengah perjalanan. Semuanya secara bersama dan bergantian mengucapkan tidak masalah dan tidak apa-apa pada Gendis.
Setelah empat puluh menit perjalanan, semuanya turun ketika Van berhenti di tempat parkir dalam Estique. Mi Ra langsung mengenali tempat ini. Dia sudah lupa kalau Estique adalah tempat yang pertama kali dia kunjungi di hari pertama dia bekerja di Seoul.
Mi Ho dan Won Shik berjalan lebih, diikuti yang lain. Gendis dengan percaya diri berjalan tepat dibelakang Mi Sun, sedangkan Mi Ra dan Hae Won berjalan paling belakang.
"Apa yang Mi Ho oppa lakukan di sini?" tanya Gendis. Mi Ra seketika hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar Gendis memanggil Mi Ho oppa. Walaupun Mi Ra tahu Mi Ho lebih tua darinya, dia bahkan tidak pernah memanggil Mi Ho seperti itu. Hae Won sepertinya merasa aneh dengan panggilan Gendis. Hae Won menyikut lengan Mi Ra dan memberi ekspresi syok yang dibuat-buat.
Hal itu mau tidak mau membuat Mi Ra tertawa. Beruntung yang lain tidak menyadarinya.
"ASTAGA!!!!!! Akhirnyaaa!!!!!! Sudah berapa abad kau tidak menginjakkan kakimu di sini. Park. Mi. Ho!!" kata pria flamboyant yang dulu pernah ditemui Mi Ra. Dia menyebutkan nama Mi Ho dengan penuh penekanan. Kali ini baju yang dipakai pria itu benar-benar membuat mata Mi Ra sakit.
Bagaimana tidak, dia memakai jas berwarna kuning menyala dan dalaman berwarna polakdot hitam merah. Pada bagian bawah, pria ini memakai celana di atas tumit kaki berwarna biru laut dengan aksen naga berwarna emas.
Mi Ra tidak tahu apakah harus tertawa atau melongo tapi sekarang ini dia bahkan tidak bisa berkedip memperhatikan pria ini dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Tuan Eric terlalu melebih-lebihkan. Maafkan aku. Album baru dan konser benar-benar menyita waktuku. Jadi ... Apakah sudah ada masterpiece mu yang siap untuk kupakai?" kata Mi Ho menenangkan.
"Ih kau ini. Ya tentu saja. Kalau otakku buntu, tidak mungkin aku memintamu kemari. Hanya membayangkan badanmu saja, ideku turun derasssss!!!" kata Eric sambil memejamkan matanya saat mengucapkan kalimat yang terakhir. "Semuanya sudah kusiapkan. Aku yakin kau pasti suka semuanya."
"Baiklah, aku lihat dulu," kata Mi Ho sambil berjalan ke arah ruang fitting baju yang ditunjukkan salah satu karyawannya.
"Won Shik, Mi Sun, sudah lama juga tidak bertemu kalian," kata designer itu sambil menyalami Won Shik dan Mi Sun.
"ASTAGA!!!!!!!!"
Semuanya menoleh ke arah Eric Cha saat pria itu tiba-tiba berteriak dengan sangat kencang. Detik kemudian, pria flamboyant itu menghujani Han Mi Ra dengan pukulan tangan ke arah pantat Mi Ra tanpa henti.
"Ini untukmu, kau pantas mendapatkannya," kata Eric Cha penuh kekesalan.
"Aduh Tuan, iya iya maaf. Tolong hentikan... ," kata Mi Ra. Walaupun pukulan designer itu sama sekali tidak sakit, tetap saja dia malu dengan semua mata melihatnya tidak berdaya seperti ini.
Mi Ho yang keluar dari fitting room langsung dibuat terbelalak matanya saat melihat Han Mi Ra dipukuli oleh designer ternama itu.
Secepat kilat Mi Ho berlari ke arah Mi Ra dan menjadikan dirinya tameng, membuat pukulan Eric Cha mendarat di pantatnya kali ini. Mi Ho kemudian berbalik menghadap pria tersebut, "Ada apa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]
ChickLitHan Mi Ra memutuskan untuk bekerja di Seoul, Korea setelah menyelesaikan studinya di Singapura. Tidak ada keluarganya di Indonesia yang merasa berat hati akan kepergiannya. Ahh .... Mi Ra juga juga tidak bisa benar-benar memanggil mereka sebagai seb...