1.8

347 63 2
                                    

Haha, lihat. Suster sialan ini lemah.

"Harusnya Lo tau bakal berurusan sama siapa, sialan." Ucap Renjun.

Suster yang tadi dikejar Renjun mulai panik, keringat mulai bercucuran dari pelipisnya, badannya pun sedikit gemetar.

Sekarang mereka lagi diujung koridor. Renjun sengaja memancing kesini agar gampang ditahan, dia mojokin suster tadi sambil ngancem dan nanya-nanyain. Mengulur waktu. Soalnya Mark and the genk lagi di jalan menuju Rumah Sakit.

"Gue nanya, kenapa Lo mau-mau aja disuruh Jihan buat nyelakain pacar gue?!" Tanya Renjun dengan nada yang meninggi sambil mempererat cekikannya.

"S-saya- uhuk! Dibayar dengan n-nominal besar, uhuk-uhuk!" Jawab suster terbatuk-batuk.

Renjun berdecih, "seberapa besar, hah? Besar mana sama harga nyawa orang!?"

Suster sialan ini diem aja, bikin Renjun makin geram. Akhirnya Renjun semakin memajukan badannya dan mempererat cekikan lagi, sampai suster tadi benar-benar hampir kehabisan nafas.

"RENJUN JANGAN!!" Pekik Haechan.

Renjun yang dasarnya kalau lagi betul-betul marah bakal hilang akal dan bisa aja ngebunuh orang, ga memperdulikan teriakan Haechan dan yang lain lagi berlari dari ujung koridor.

"Hyung, kalo Lo ngebunuh cewe ini berarti Lo sama aja kayak Jihan," ucap Jisung lembut.

"Tapi dia hampir ngebunuh y/n!" Kata Renjun geram.

"Jun, suster ini ga sepenuhnya salah! Dia cuma ikutin perintah, kita cuma perlu ngebasmi dalangnya, Jihan!" Jelas Jeno.

"Halah, kayak nyamuk aja dibasmi," sela Haechan dan langsung mendapat tatapan tajam dari teman-temannya.

"Hehe,"

Akhirnya Renjun menghela nafas pasrah. Dia memilih menyerahkan semuanya pada Mark dan Jaemin karena mereka lebih menggunakan otak daripada emosi.

Sekarang Renjun mau balik ke ruangan y/n. Soalnya tadi dia ninggalin y/n gitu aja pas ngejar suster.

Cklek

Renjun membuka pintu pelan-pelan sembari menyembulkan kepalanya lewat sisi pintu yang terbuka sedikit demi sedikit. Suara langkahnya pun ia pelankan. Sengaja, siapa tau y/n tidur lagi.

Renjun tercengang begitu melihat brankar yang tadi ditempati y/n kosong. Jarum infus pun tak terpasang dan ditinggalkan begitu saja.

Renjun kalut, dia bingung, takut, frustasi. Dia takut y/n kenapa-napa, sebab ia tahu kalau sekarang y/n tuh ga lagi dalam keadaan aman. Pasti ada yang awasin dia diluar sana, dan tentu saja, oknum yang mengawasi y/n pasti berniat buruk.

Renjun memilih berlari dan mencari y/n di sekeliling Rumah Sakit. Mungkin y/n belum jauh.

"Sus, Sus, lihat pasien cewek, rambutnya hitam panjang, tingginya segini?" Tanya Renjun seraya menyentuh dadanya guna memberi tahu bahwa tinggi y/n itu se-dada nya dia.

"Disini banyak mas, yang rambutnya hitam panjang, yang tingginya se-dada mas juga banyak," jawab suster tadi.

"Aduh, yaudah deh, Sus. Makasih," ucap Renjun dan langsung berlari dan melanjutkan pencariannya.

Lelah, Renjun pun memilih untuk beristirahat sebentar di taman dekat perempatan, tidak jauh dari lokasi Rumah sakit.

Renjun melihat sekeliling, tak sengaja netra nya menangkap seorang gadis berambut panjang yang sepertinya sedang mengejar anak kecil yang berlari.

"Kenzo, jangan kesana!!" Teriak gadis tersebut.

Renjun tetap fokus memperhatikan gadis yang menurutnya familiar itu. Sampai akhirnya,

BRAK!

Orang-orang berkerumun, mereka berteriak, tak sedikit juga yang mengeluarkan ponselnya untuk merekam objek yang mereka kerumuni.
Karena penasaran, Renjun pun berlari dan menerobos kerumunan itu.

Seketika badan Renjun mematung, jantungnya berdetak sangat cepat, darahnya berdesir, peluh membasahi pelipisnya, air mata turun membasahi pipinya tanpa aba-aba.

"Y/n..." Panggil Renjun lemah.

Dia melihat y/n bersimbah darah ditengah jalan, dengan anak laki-laki menangis tersedu-sedu sambil memegang tangannya erat.

"Aduh, mas. Itu istrinya kena tabrak lari." Ujar ibu-ibu berbaju biru. Sempat-sempatnya dia merekam dan tidak ada niatan menolong sama sekali.

Bacot sekali.

Tak ingin berlama-lama, Renjun mengangkat badan y/n. Tak peduli jika baju dan badannya ikut terkena darah, yang terpenting sekarang adalah nyawa y/n. Dia harus selamat.

"Dek, kalo bisa lari ikut kakak, ya. Kalo engga disini dulu aja. Kakak panggilin temen kakak." Kata Renjun lembut.

"K-kenzo b
ica lari.. Kenzo mau ikut kakak.." lirih anak kecil itu.

Renjun mengangguk, dia berlari diikuti oleh Kenzo. Anak yang hebat, dia bahkan mampu berlari tak jauh dari Renjun, padahal Renjun berlari seperti orang kesetanan karena panik. Beruntungnya ada bapak-bapak yang berinisiatif ikut menjaga Kenzo dibelakang.







To be continued

Hahay, konflik niihhh

Btw chpter kali ini panjangan😀👍

Oiya, jangan lupa streaming Gimme Gimme!!!

SEMANGAT, USAHAIN 5 JUTA ATAU LEBIH DALAM 24 JAM YA, IKUTIN ATURAN STREAMING BIAR VIEW NYA KEITUNG😘😘

Aku denger views nya sempet nge freeze omonang.

BIASALAH

yt kan emg suka gitu😏

© Lychixtea

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang