1.5

349 70 2
                                    

Aku yakin kalian tau menghargai hasil karya ku dengan cara apa.

•••












Indra penciuman y/n mulai berfungsi, bau obat dimana-mana. Saat mengerjap pun, yang dia lihat adalah suster, mereka sedang mengganti cairan infus, dan saat y/n benar-benar membuka mata, tiba-tiba dia disodorkan air putih dan obat.

"Wah, nona sudah sadar. Ini diminum dulu." Ucap suster seraya memberi segelas air putih pada y/n.

"Ini obatnya, diminum tiga kali sehari, ya." Lanjut suster tersebut sambil menatap y/n dengan lembut.

Setelah y/n minum obat ditemani oleh suster, tidak lama ada yang masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa.

"Alhamdulillah, udah sadar ternyata," Renjun menghela nafas, dia panik saat sadar dia udah ninggalin y/n terlalu lama. Akhirnya dia lari-larian dari kantin menuju ruang inap y/n yang ada di lantai 14 rumah sakit.

Y/n langsung mengalihkan pandangannya kala melihat Renjun mendekati brankar yang ditempatinya. Dia sebenarnya pengen senyum ke Renjun, sapa Renjun, bersikap manis seperti sebelumnya, tapi dia masih sadar diri, kalau Renjun... Sudah milik Jihan.

"Hey... Kenapa?" Tanya Renjun lembut.

Sementara y/n masih enggan menatap netra cokelat milik Renjun. Jangankan menatap, merasakan kehadiran Renjun saja ia tak mau. Bukannya takut, tapi dia tidak mau di cap sebagai pelakor, terlebih Jihan dan teman-temannya itu anaknya dimanja banget, kalau sewaktu-waktu dia nyuruh bawahan mereka buat ngebunuh y/n, dia bisa dipastikan meregang nyawa saat itu juga.

"Tatap aku... Kamu kenapa, y/n?" Tanya Renjun sekali lagi.

"Jun, mending kamu pergi. Aku mau tidur," ucap y/n. Dia ingin Renjun menghilang dari tatapannya untuk sementara.

"Kamu baru bangun, masa tidur lagi. Kenapa, hm? Ada yang bisa aku bantu ga?" Y/n hanya menggeleng.

Akhirnya Renjun pasrah, dia pergi. Tapi tidak benar-benar pergi, dia cuma duduk di kursi koridor rumah sakit. Mengantisipasi kalau-kalau y/n butuh sesuatu, dia bisa datang tepat waktu.

Malam itu, Renjun yang melihat y/n terkapar di trotoar, dia yang saat itu teriak memanggil nama y/n, dia yang bawa y/n ke rumah sakit. Bahkan karena melihat kakinya yang memar, dan luka di sudut bibir membuat Renjun hampir menangis. Matanya perih, dadanya sesak entah kenapa, tapi untungnya dia bisa menahan semuanya sampai dia bisa lihat y/n sadar seperti tadi.

Walau hatinya sedikit sakit pas tau y/n malah menyuruh dia pergi. Tapi tidak apa-apa, mungkin y/n butuh waktu sendiri.

Dan sekarang, Renjun harus menyelesaikan masalah ini, dia mau mencari tahu, siapa yang berani menyakiti y/n.

Karena sesuai prinsip,

Ga ada yang boleh mempermainkan y/n, selain Renjun dan kawan-kawannya.









To be continued

kecepetan ga nih update nya? apa harusnya minggu depan?



© Lychixtea

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang