2 ~Yester, Agnes dan Ingga~

300 15 74
                                    

Pukul 5 sore menjelang Magrib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 5 sore menjelang Magrib. Akhirnya pekerjaan Ingga selesai. Wanita itu tengah berkemas-kemas di mejanya. Sampai pintu ruangannya diketuk oleh Zeke.

"Udah Kak?" tanya Zeke begitu masuk ke ruangan Ingga. Suasana kantor yang mulai sepi dan beberapa ruangan sudah gelap karena penerangan sudah dipadamkan oleh pemilik ruangan itu sendiri sebelum mereka kembali pulang ke rumah masing-masing.

Ingga menoleh dan tersenyum. Zeke memang cukup sering menghampirinya setiap jam pulang kerja. Ingga tak pernah meminta, tapi setiap dia menolak, Zeke selalu mengatakan bahwa dia tak keberatan.

"Selama lu belom punya pacar, lu belom nikah, ijinin gue antar jemput lu sebisa gue. Dan kalo lu butuh apa-apa, lu bilang aja ke gue. Gue bakal usaha jagain lu, sampai lu ketemu sama orang yang lu anggap pantas jadi pendamping lu," ujar Zeke kala ia ditolak oleh Ingga.

Tentu saat itu Ingga tak ingin membuat Zeke begitu kerepotan dan putus asa karena dirinya, namun Zeke bersikeras. Karena Ingga tak tega setelah menolaknya, akhirnya Ingga pun mengiyakan pemintaan Zeke. Sejak itu, Zeke dan Ingga hampir selalu pulang bersama. Jika Ingga butuh teman mengobrol atau sekedar nongkrong, Zeke selalu menemaninya. Terkecuali semalam. Karena suatu hal personal, Zeke bahkan tidak bisa menghadiri pesta Hulian dan berakhir dengan Ingga yang melakukan one night stand dengan pria asing.

"Gue ke  kafe biasanya ya? Bisa anter ke situ kan?" ujar Ingga menyebutkan lokasi tujuannya begitu ia masuk ke dalam mobil Zeke dan memasang sabuk pengaman.

Zeke mengangguk.
"Bisa lah. Kan biasanya juga gue anter lu ke sana. Kali ini, gue boleh ikut nimbrung ngga nih?" tanya Zeke sambil mulai menyetir.

Ingga menggeleng.
"Kayaknya hari ini ngga deh. Mereka tuh kayaknya hari ini lagi mau curhat masalah yang bener-bener personal gitu. Ngga sekedar nongkrong kayak biasanya. Gapapa kan?" tanya Ingga. Ia tak ingin membuat Zeke tersinggung, Ingga sungguh tak tega.

Zeke tersenyum.
"Ngga papa lah. Lagian dari awal kan mereka temen lu. Gue aja yang sok-sok ikut nimbrung kan? Kalian bertiga tuh kalo lagi nongkrong bahas apa sih? Ngegosip gitu?" tanya Zeke.

Ingga tertawa kecil.
"Yah, bisa dibilang gitu sih. Cuman ya ngga yang gimana-gimana sebenernya. Paling nyeritain suami mereka atau keluarga mertua mereka, yah gitu-gitu lah. Tipikal obrolan orang yang udah nikah," jawab Ingga.

"Oh gitu. Pernah gosipin gue gak sih kalian tuh? Siapa tau gitu, di antara kalian ngerasa gue ganggu banget gitu?"

"Ngga lah. Mana ada. Lu tuh seru kali orangnya. Kenapa? Pengen digibahin emang?"

"Ehehe. Ngga lah. Kan cuman penasaran aja," balas Zeke.

Ingga tersenyum. Tidak berapa lama, mobil Zeke sudah masuk ke area parkir kafe tempat biasa Ingga dan dua sahabat dekatnya di luar kantor, berkumpul. Ingga pun segera menelpon salah satu dari sahabatnya itu.

"Halo, di mana Kak?" tanya Ingga tanpa basa-basi begitu panggilannya terjawab.

"Akhirnya lu nelpon juga yaa. Apa maksud chat lu yang terakhir hah??!" tanya si penerima yang kepalang ngegas tanpa menjawab pertanyaan Ingga.

Hawt Popcorn [M-Rated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang