17 ~Check-In~

242 8 35
                                    

Ingga memijat-mijat keningnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingga memijat-mijat keningnya. Pusing melandanya melihat naskah-naskah terakhirnya untuk diaudit hari itu benar-benar naskah yang masih amburadul dan masih harus butuh revisian besar. Tak jarang rasanya Ingga ingin mencekik setiap penulisnya jika ia menemui kesalahan-kesalahan penulis yang seragam. Getaran ponsel di meja, menarik atensinya.

Papih
Om otewe Luminous
Kmu sudah di sana?

Membaca pesan obrol yang masuk, Ingga tersenyum. Seketika penat di kepalanya berkurang. Jemarinya mulai menari di atas deretan abjad untuk membalas. Usai membalas pun, Ingga memutuskan untuk mengakhiri jam kerjanya. Ia membereskan mejanya dan mematikan PC kantornya. Tepat setelah PCnya mati, pintu ruangannya terbuka.

"Udah mau pulang, Kak?" sapa Zeke begitu masuk ke ruangan.

Ingga tersenyum dan mengangguk.
"Yup! Gue ada urusan di luar kantor. Hari ini gue balik sendiri aja. Lu gak perlu nyopirin gue," ujar Ingga sebelum Zeke mengutarakan niatnya, seperti biasa.

Zeke masih tersenyum dan mendekat.
"Kak, gue anter ya? Gue khawatir," ujar Zeke.

"Not this time, Zeke. Gue makasih banget lu udah khawatir sama gue dan lu selalu repot karena gue, tapi please... gue bisa pulang sendiri kok. Dan kali ini, gue ada urusan lain di luar kantor."

Zeke masih bergeming dan menatap Ingga. Gadis itu sudah selesai berberes dan kini tengah mengikat rambutnya.

"Lu yakin? Everything is fine, isn't it?" tanya Zeke.

Ingga menghela napas dan menatap Zeke.
"Zek, please... Just give me space and my fucking privacy. We're just friend."

Zeke hanya tersenyum.
"Okay. But anytime you need me, just call, right?" ujar Zeke.

Ingga menyunggingkan senyumnya.
"Right."

"A hug, please?"

Ingga mendekat dan memeluk Zeke. Beberapa saat setelah memeluk, Ingga melepas pelukannya sambil menepuk lembut punggung Zeke.

"Gue pergi dulu. See you," pamit Ingga yang segera melenggang keluar dari ruangannya namun berhenti di ambang pintu, menoleh ke arah Zeke yang masih mematung di dalam ruangannya, "Zek, tolong keluar. Mau gue kunci ruangannya."

Zeke tersenyum, mengangguk lalu keluar. Saat melewati ambang pintu tepat di depan Ingga, pria itu menatap Ingga dengan senyumnya yang khas lalu mencium keningnya. Ingga hanya menatap Zeke singkat dan tersenyum tipis.

"Hati-hati ya Kak," ujar Zeke lalu ia pergi terlebih dahulu.

Ingga segera mengunci ruangannya dan berjalan menuju parkiran. Wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan segera menata lokasi tujuannya dengan gps mobil. Ah, dibandingkan Yester dan Agnes, Ingga adalah pembaca map yang buruk. Itulah yang menjadi salah satu alasan ia lebih sering disopiri oleh Zeke dibanding mengendara sendiri. Tentu saja, kecuali jalan dari rumahnya ke kantornya sendiri yang sudah lebih dari dua tahun ia lewati setiap harinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hawt Popcorn [M-Rated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang