4 ~Namanya Willem~

201 15 69
                                    

Pagi hari di ruangan VIP sebuah klub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari di ruangan VIP sebuah klub. Seorang pria tampak baru saja terjaga dari tidurnya. Saat bangun, kepalanya terasa begitu pening dan berat. Ia mencoba mendudukkan diri dan bersandar pada kepala ranjang. Kemudian ia mengedarkan pandangan netranya ke sekeliling ruangan itu sambil mengusap-usap lehernya. Ia sadar, ia sedang tak berpakaian, bahkan dibalik selimut yang tengah menutup sebagian tubuhnya. Namun begitu, sebagai pria dewasa yang normal dan sehat, tentu miliknya yang menjadi kebanggaannya tengah melakukan peregangan di pagi hari hingga membuat selimut yang menyelimuti teracungkan. Pria itu hanya tersenyum melihat aktifitas paginya yang normal.

Setelah cukup lama hingga miliknya kembali ke dalam kondisi semula, tertidur pulas. Pria itu menguap. Ranjang yang semalam memanas karena pergulatannya dengan seorang wanita asing tampak masih agak berantakan, menyisakan kenangan-kenangan yang diingat olehnya meski semalam ia mabuk.

Tubuh yang molek, bibir yang penuh seolah menjadi candu baginya saat pertama kali menyentuh dan mengecapnya dengan ganas. Ia bahkan masih ingat betapa mulusnya kulit wanita itu bagai tak ada seinci pun kulit mati yang melekat. Rambut yang panjang dan ia takkan bisa melupakan aroma tubuh wanita itu. Meski agak tersamarkan oleh bau alkohol yang cukup menyengat, aroma tubuh wanita yang digumulinya semalam benar-benar wangi dan memiliki ciri khas. Mengingat permainan panasnya semalam, membuat pria itu mengulas senyumnya. Ia harus berterima kasih pada sahabatnya.

Triiing!! Triiing!!!

Pria itu mendengar deringan ponselnya. Ia mencari ke nakas dekat ranjang namun tak ada. Ponselnya terus menjeritkan deringan hingga ia ingat bahwa mungkin saja ponsel itu masih berada di saku celananya. Ia pun menyibak selimut dan segera memakai lagi pakaian-pakaiannya untuk membalut tubuh polosnya. Setelah berpakaian lengkap, ia merogoh sakunya dan menjawab jeritan dering ponselnya.

"Woyy!! Di mana lu hah?? Dari tadi gue telponin," seru penelpon yang sudah sejak setengah jam yang lalu mencoba menghubungi temannya itu.

Pria itu hanya tersenyum.
"Kangen lu sama gue, hah?" balas pria itu sambil berjalan keluar dari ruangan VIP itu untuk keluar dari klub.

"Najis! Gue mau ngingetin doang, hari ini ada kelas pagi. Pak Tomo, si Killer. Kalo mau TA, mending lu bolos sekalian dah. Gue ga mampu TA kalo kelasnya dia," balas suara di seberang.

Pria itu berdecak sambil menuju motornya yang terparkir cukup jauh dari klub.
"Yodah, gue ke kontrakan. Kalo sempet ya gue ke kelas, kalo ngga yaa... ketemu di kampus lah," balasnya.

"Okay," lalu panggilan terputus.

Pria muda itu menjauhkan layar ponselnya dari telinga lalu mengedikkan bahunya sebelum kemudian menyimpannya kembali ke saku. Kemudian ia naik ke motornya dan menyalakannya untuk melaju menuju kontrakannya.

Ia menghabiskan sekitar tiga puluh menit di jalan untuk sampai di kontrakannya. Suasana kontrakan sudah cukup sepi. Ia memarkir motornya di pekarangan lalu masuk ke dalam kontrakan begitu saja. Saat berjalan ke kamarnya, seseorang menyapanya.

Hawt Popcorn [M-Rated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang