Chapter 11 : #List1 Memories

2.1K 398 23
                                    

Sunghoon POV

Aku tidak benar-benar melupakan memori yang kupunya selama tinggal di Korea dan Jepang. Chuseok Day terakhirku di Korea hanyalah sedikit memori indah yang aku punya. Karena setelah itu, semua terasa dingin dan memuakkan. Aku mencoba melupakannya tapi sulit.

***

December 2008

Flashback from Sunghoon POV

"Selamat ulang tahun anakku!!!"

"Selamat ulang tahun Sunghoonie!"

Coba kuingat dulu itu suara siapa. Ah iya, itu suara merdu ibuku dan bibiku. Mereka membuatkanku cake vanilla strawberry untuk merayakan hari ulang tahunku. Kue itu lahir dari dapur kecil mereka yang sibuk; sibuk dengan segala resep masakan yang siapa tahu bisa dijual dan bisa menghidupi kami bertiga sampai kami bisa pulang ke Indonesia.

Di rumah yang sangat sederhana itu, aku menemukan kehangatan dari mereka. Sepertinya aku tidak butuh siapapun lagi, malah aku memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya punya ayah.

Sampai pada saat aku sudah meniup lilin sebagai tanda usiaku yang ke 6, seseorang mengetuk pintu rumah kami.

Bibiku beranjak hendak membuka pintu, tapi ditahan oleh ibuku. Ia menyerahkanku ke bibiku dan menyuruhku masuk ke dalam kamar dengan cepat. Aku yang saat itu sangat ingin tahu ada apa, mencoba mengintip di balik pintu saat bibiku sedang menyusul ibuku ke depan.

"Kamu ngapain ke sini lagi?" itu suara ibuku.

"Mira, maafkan aku." seseorang di depan pintu meringis dan memeluk ibukku dengan cepat. Ibuku langsung menepis tangannya.

"Pergi, kau punya waktu 5 detik."

"Mir, izinkan aku bertemu Sunghoon."

"Sunghoon tidak memiliki kewajiban untuk itu."

"Aku ayahnya,"

"Pergi!!" setelah itu ibuku membanting pintu dengan kasar dan menguncinya.

Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Apa itu ayah? Seperti apa sosoknya? Aku tidak pernah mengenalnya, dan ibuku tampaknya membenci sebutan itu.

***

June 2009

Flashback from Sunghoon POV

Aku tidak mengerti. Pria asing yang mendatangi ibuku waktu ulang tahunku dulu, kini tiba-tiba memeluk ibuku dengan mesra sambil membawa koperku dan ibuku. Kami berada di Incheon Airport sedang menunggu pesawat menuju Osaka, Jepang. Kenapa ke sana? Aku pun tidak tahu.

Orang ini katanya ayahku. Perawakannya tinggi, berwajah cukup tampan, dan berpakaian necis. Katanya dia seorang diplomat, aku tidak tahu apa itu diplomat pada saat itu, tapi rasanya terdengar keren di telinga. Ditambah lagi dia membawa satu anggota baru, seorang anak laki-laki yang lebih tua dariku, katanya dia abangku. Taehyung. Aku bahkan tidak tahu kalau aku punya kakak. Kukira selama ini aku hanya sendiri.

Selama tinggal di Jepang pun aku tidak pernah punya teman tetap, aku tidak pernah menemukan circle yang cocok. Aku hanya menghabiskan waktu dengan menulis bebas hal-hal yang ingin aku lakukan jika punya teman.

*1(0) Ten Things ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang