Chapter 20 : #List9 Light

1.8K 337 46
                                    

My time's been wasted, searching for light

when you're the brightest thing in my life.

December 2020

Sunoo POV

Aku masih ingat kata-kata Ayah Sunghoon waktu itu. Hidup berputar seperti lingkaran, dalam beberapa fase, sejarah akan mengulang lingkarannya sendiri. Aku jadi ingat beberapa tahun lalu saat aku terpaksa pindah sekolah dan meninggalkan Sunghoon.

Sekarang roda kehidupan itu berputar dan terjadi pada Sunghoon. Kini dia sudah memulai hidup baru bersama Ayahnya di Selandia Baru (NZ, New Zealand).

Kenapa ke sana? Kata Sunghoon di sana pola hidupnya lebih tenang, cocok untuk rehab, dan restart. Sunghoon juga sudah menemukan dokter yang tepat untuk menangani masalah Ayahnya. Sedangkan untuk Sunghoon sendiri, dia hanya konsultasi biasa ke psikolog karena tidak terlalu parah.

Ayah Sunghoon mengundurkan diri sebagai diplomat per 1 September lalu, kemudian dibarengi dengan Sunghoon keluar dari sekolah. Mereka menjual semua properti, termasuk rumah mendiang neneknya Sunghoon di Bogor itu, tak lupa juga rumah Sunghoon di sebelah rumahku. Mereka ingin memulai semuanya dari awal, meninggalkan duka, meninggalkan luka.

Aku masih ingat hari terakhir Sunghoon di sekolah, tepatnya 7 September 2020 lalu. Ia tersenyum lebar padaku, Jay, Jake, Jungwon, Heeseung, dan Ni-Ki sambil memberikan sebuah benda kenang-kenangan; kunci rooftop sekolah.

"Buat melepas penat doang ya kalau ke sana. Jangan sering-sering bolos kalau kalian pengen nyusul gue ke NZ." ledek Sunghoon, sebuah pesan singkat, jenaka namun berarti.

Jadi mulai hari itu rooftop sekolah menjadi tempat kumpul kami berenam. Ah tidak, bertujuh kalau Sunghoon tiba-tiba ingin Video Call.

Sunghoon tinggal di Queenstown, yang perbedaan waktunya 6 jam lebih cepat dibanding waktu Jakarta. Jadi kalau kami sedang istirahat sekolah di siang hari, di sana Sunghoon sudah mau siap-siap makan malam dengan Ayahnya.

Waktu dilewati tanpa terasa, seperti kata Jungwon. Sekarang sudah mau pergantian tahun saja. Semenjak Sunghoon pergi, aku jadi terbiasa menghitung mundur di kalender. Mencoret semua tanggal yang dilewati. Ulang tahunnya kali ini tidak bisa dirayakan seperti dulu, kami hanya bicara lewat FaceTime, saling berkirim foto, sampai aku membeli cake vanilla strawberry untuknya saat video call.

Oya, Gaeul sekarang dirawat sepenuhnya oleh Jungwon. Bukannya aku tidak menyayangi anjing manis itu, tapi Jungwon ingin mengikuti apa yang Jake suka. Kalau mereka berdua pergi kencan, hanya Jake yang bisa membawa anjingnya Layla untuk jalan-jalan. Jungwon juga menginginkan itu, jadi aku mengizinkan Gaeul dibawa olehnya.

Lagipula, kurasa Jungwon juga butuh hiburan. Sepanjang tiga tahun terakhir ia sibuk dengan urusan sekolah, OSIS, dan lain-lainnya. Aku juga ingin melihat sahabatku bebas dan menikmati sisa masa-masa di sekolah dengan tenang.

"Sunoo! Gue mau jemput Gaeul." seru Jungwon di depan rumahku suatu sore, "Gue udah izin lho ya ke Sunghoon secara pribadi."

Aku menggendong Gaeul yang mendekatiku dan menyerahkannya ke Jungwon, berikut kandang nya, pet cargo. "Aduh si manis jadi rebutan cowok-cowok." kataku sambil mengucapkan perpisahan ke Gaeul. "Awas ya dijaga baik-baik!"

*1(0) Ten Things ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang