Chapter 6
Archie For Archery
Kyle
“Sleep with me tonight….” Kata William sambil mengelus pipiku.
Aku terdiam kaku.
Aku ngga salah denger kan? Kok Tiba – tiba tangan William ngusep – ngusep rambutku, trus ngelus – ngelus pipiku, trus nyuruh aku tidur sama dia?
“sleep with me tonight Satchi…” kata William lagi, matanya tampak kosong.
“Satchi?” tanyaku bingung.
William tersentak, dengan cepat tangannya dilepaskan dari pipiku.
“Kepala kamu ngga papa kan wil?” tanyaku cemas.
“I’m fine” jawabnya dingin sambil membalikan badannya.
“serius kamu ngga napa – napa? Nama aku siapa wil?” tanyaku lagi.
“Idiot” jawab William dingin.
“Nah!” aku tersenyum sambil menepukkan kedua tanganku, William ngga apa – apa! Dia udah inget kalo aku idiot!
Errr…wait kok malah aku seneng di sebut idiot…
“Will tadi kamu manggil aku satchi, siapa satchi will?” tanyaku penasaran.
“bukan urusan lo” jawab William dingin, suaranya sedikit bergetar.
“….”
William
Aku melihat Satchi di dalam Kyle.
Satchi, gadis keturunan Jepang yang memiliki rambut lurus hitam legam dan memiliki wajah seperti boneka. Satchi, gadis yang selalu ada disampingku, sahabatku, satu – satunya cewe yang aku sayang.
Satchi meninggal tahun lalu, dia ternyata mengidap kangker otak, aku tidak pernah menyangka satchi memiliki kangker otak, sifatnya yang selalu ceria dan ceroboh, senyumnya yang selalu merekah manis di bibirnya, semua
yang satchi lakukan selalu membuat orang di sekitarnya bahagia, dia seperti matahari yang selalu memberikan kehangatan kepada orang – orang di dekatnya.
Satchi dulu selalu merawatku ketika aku luka – luka seperti sekarang ini, dulu aku sering terlibat masalah dengan anak – anak di sekolah lamaku, aku sering sekali terlibat dalam perkelahian. Satchi dengan sabar.. dan sedikit ngomel – ngomel selalu telaten merawat luka – lukaku.
"ahhhh jadi basah semuaa!!" aku teringat kejadian ketika Satchi sedang membersihkan luka - lukaku dan ketika dia berdiri dia tersandung oleh kakinya sendiri sehingga dia jatuh dan menumpahkan air yang dia bawa untuk membersihkan lukaku. Wajah satchi pada saat itu benar - benar ngga bisa aku lupain, dia mengurut - urut keningnya sambil ngomel - ngomel sendiri.
Satchi tidak pernah cerita akan kangkernya, aku baru tahu dari keluarganya kalau dia memang tidak ingin banyak orang tahu kalau dia sakit, dia ngga pengen orang – orang jadi ngasihanin dia, pada minggu – minggu terakhir hidupnya Satchi memintaku untuk membawanya ke tempat – tempat yang selama hidupnya pingin dia kunjungi, makan makanan yang selama hidupnya belum pernah dia cicipi, dan melakukan hal – hal lainnya yang seumur hidupnya belum pernah dia lakukan.
Hari ketika Satchi meninggal merupakan hari yang paling kelam di hidupku, ketika satchi meninggal duniaku serasa hitam – putih dan hampa, aku berteriak histeris dan menangis tanpa henti, aku membanting semua benda yang ada di dekatku, aku memukul – mukul dinding dan mengutuk, aku terus mengutuk Tuhan dan menyalahkan Dia kenapa mengambil Satchi terlalu cepat, aku selalu menyalahkan Tuhan karena mengambil Satchi sebelum aku sempat member tahu Satchi perasaanku yang sebenarnya, perasaan yang bukan hanya sekedar suka atau sayang.. tapi cinta.
Hari dimana Satchi meninggal adalah hari dimana kekuatan sihirku lahir.
GEDUBRAK BRAK PRANG PRANG KLOTAK GOMPRYANG BYURRR
Tiba – tiba terdengar suara berisik, aku menoleh ke arah suara tersebut dan ternyata itu Kyle yang baru saja tersandung buku dan terjatuh sehingga menumpahkan wadah air yang dia pakai untuk membersihkan luka – lukaku. Dia mengusap – usap keningnya sambil mengerutu kesakitan.
“ah sial jadi basah semua” kata Kyle sambil melihat ke karpet yang basah karena ulahnya.
DEGG!! Hatiku tiba – tiba berdetak kencang.
Sekali lagi aku melihat Satchi dalam diri Kyle.
Jantungku berdetak sangat kencang ngga mau kompromi, kayanya sebentar lagi akal sehatku bakal ilang.
Ngga, gw harus kuat, Kyle bukan Satchi, Kyle bukan Satchi, sadar William!
gw ngga bisa kaya gini terus, gw harus jauhin Kyle. sebisa mungkin gw harus hindarin dia.
Akupun berjanji kepada diriku sendiri untuk ngejauhin Kyle, tapi ngga tau kenapa hatiku jadi sedikit sakit...
Gio
“Nate! Woi Nate bangun!” kataku sambil menampar – nampar wajah Nathan pelan. Nathan tidak bergeming.
“NATEEEEEEEEEEEEEE!!!” “PLAKKKKKKK!!!” satu tamparan mendarat dengan kencang dan sukses di pipi Nathan.
“awwwww!!” Nathan teriak kaget dan kesakitan. “dari tadi juga gw dah bangun setan”
“iya gw tau, trus ngapain pake pura – pura tidur” kataku sambil menyilangkan tangan di depan dadaku.
“gw lagi mikir” jawab Nathan sambil bangun.
“mikir? Hahahah Nathan bisa mikir juga ternyata!” kataku nyindir.
“sialan lo! Lo kira kepala gw isinya otot juga?! Ada ini otaknya!” kata nathan sambil menunjuk – nunjuk kepalanya.
“haha sori – sori nate, jarang – jarang aja gw denger lo bilang lagi mikir, emang lo lagi mikir apaan? Cewe?”
yeah Nathan and his world, otak Nathan tuh isinya Cuma cewe cewe cewe dan cewe.
Nathan hanya diam, air mukanya berubah. Dia keliatan bingung dan frustasi. Aku memperhatikan mukanya.
Kok dia ngga jawab? Kalo bukan lagi mikirin cewe berarti…
“err… cowo?” tanyaku menebak – nebak.
Nathan masih terdiam dan wajahnya makin terlihat bingung. Seperti sedang terjadi pergolakan yang hebat dalam pikirannya. Mendadak otakku seperti mendapatkan pencerahan atas kelakuan aneh Nathan.
“Lo bukan lg mikirin cewe tapi lagi mikirin ‘cowo’?” tanyaku lagi dengan memberikan penekanan pada kata cowo.
“iya…” jawab Nathan pelan.
“WOW! Welcome to the club!” aku mengangkat tanganku dan menepuk – nepuk pundaknya dengan semangat.
“ah! I’m not gay!” kata Nathan sambil menepis tanganku dari pundaknya.
“iya juga sih…” aku meletakan tanganku di daguku. “lo terlalu gila cewe buat jadi gay nate hahahahaha”
Nathan terdiam lagi.
“yeah…. But…” kata nathan tiba – tiba.
“…but?” tanyaku sambil menaikan sebelah alisku.
“I don’t know gio…” katanya lemah.
“ah lo kenapa sih! Ga suka gw liat lo klemer – klemer gini” kataku sambil memukul kepalanya. Nathan berteriak kesakitan lalu mengusap – usap kepalanya. “sebenernya apaan sih yang lagi lo pikirin?” tanyaku sedikit kesal.
“Kyle…” jawab Nathan pendek, dia membuang nafasnya beberapa kali dengan berat setelah menyebutkan nama Kyle.
“ada apa sama Kyle?”
“gw juga ngga tau ada apa sama Kyle! Gw ngga tau kenapa dia bisa bikin jantung gw deg – degan ga karuan! Gw ngga tau kenapa dia bisa bikin muka gw merah! gw ngga tau kenapa gw ngga bisa terima kalo ada yang jelek – jelekin dia! Dan yang paling parah gw juga ngga tau kenapa gw terus mikirin dia!” Nathan membuang nafas panjang dan meletakkan kedua tangannya di kepalanya.
Aku terperangah, aku mencoba mencerna kata – kata Nathan barusan.
“nate, by any chance… do you fall in love with kyle?” tanyaku hati – hati.
“Gw ngga tau Gio! I’m so confused!” kata Nathan meledak. “awalnya gw Cuma bercanda goda – godain dia, peluk – peluk dia, tapi pas kejadian Kyle milih gw jadi partnernya pas kelas kemaren terus pas Kyle narik tangan gw, hati gw jadi ngga karuan! Gw baru kali ini ngerasain kaya gini! sama cowo pula!”
“errr… ok… no need to shout…. Don’t panic…” kataku mencoba menenangkan Nathan.
Aku bangun dari tempatku duduk di pinggir kasur Nathan, berjalan kearah dispenser dan mengambil air minum lalu kembali ke tempat tidur Nathan dan memberikannya kepada Nathan.
“nih minum dulu biar tenang”
“thanks…” nathan meraih gelas dari tanganku dan meminumnya, setelah selesai minum dia membuang nafas panjang untuk yang keseribu kalinya hari ini.
“mungkin lo Cuma lagi bingung nate…”
“yeah maybe…” nada suara Nathan sedikit bergetar.
“hmmm… coba kita tes aja…”
“tes gimana?”
“lo ada majalah adult?”
”ada”
“coba lo ambil, gw juga ambil majalah adult gay gw nanti kita bandingin”
Aku berjalan ke arah tempat tidurku, aku mengangkat kasur dengan kekuatan telekinesisku dan mengambil beberapa majalah adult gay yang aku sembunyikan di sana. Setelah memilih – milih aku akhirnya membawa satu majalah yang kebanyakan isi model – modelnya cowo – cowo imut, tipe – tipe Kyle. Aku kembali ke tempat Nathan dan ternyata dia sudah memegang sebuah majalah adult ditangannya. Aku mengambil majalah dari tangan nathan dan sekilas melihat covernya.
“ewwww gross!” pekikku ketika melihat cover majalah straight tersebut.
Dengan cepat aku membalik – balik halaman majalah adult straight tersebut, mencari – cari halaman dengan foto yang paling frontal menurutku.
Ewww this is sore in my eyes…
“nih coba liat” kataku sambil membentangkan majalah tersebut didepan nathan. Nathan melihat dengan seksama.
“so? Turned on?” tanyaku.
“yeah…” jawab nathan, dia menggaruk – garuk kepalanya karena merasa sedikit ngga nyaman.
Aku lalu menutup majalah tadi dan meletakannya dipinggir, lalu aku mengambil majalah adult gay dan membalik – baliknya, kembali mencari gambar – gambar yang frontal.
“nah kalo yang ini?” kataku sambil membentangkan majalah gay tersebut di depan Nathan. Di halaman tersebut ada model cowo imut naked yang sedang berpose hot.
“gross!!!” kata Nathan cepat.
“well… you’re not gay” kataku. Aku lalu terdiam.
Nathan ngga gay, tapi dia punya perasaan – perasaan aneh ke kyle… hmmm…
“Aha!” aku menjentikan jari, sebuah ide bagus tiba – tiba muncul di otakku.
“what? AHA what Gio?” tanya Nathan penasaran.
“nih coba liat lagi” kataku sambil membentangkan majalah gay tadi di depan nathan lagi.
“eww Gio! Kan udah gw bilang gw ngga suka!”
“coba lo bayangin kalo model yang ada di situ itu kyle”
Nathan menatapku bingung, lalu dengan ragu – ragu Nathan kembali menatap majalah yang ada di depannya, dia melihatnya dengan seksama, lalu tiba – tiba tanggannya bergerak ke arah selangkangannya dan sedikit meremas kemaluannya. Seperdetik kemudian dia menarik tangannya kembali dan melihatku dengan pandangan panik dan horror.
“Gio! Maksudnya apa ini? Kenapa gw bisa turned on?” katanya panik.
“lo tadi bayangin itu Kyle?”
“iya”
“trus lo turned on?”
“iya!” jawab nathan panik.
“hahhahaha lo gay Cuma buat Kyle doang kayanya Nate” kataku sambil menepuk – nepuk pundak Nathan.
Nathan feels so defeated.
“terus gw harus gimana?”
“ya ngga harus gimana – gimana, clearly you have feelings for Kyle, dan terserah lo mau lo gimanain perasaan lo ke dia”
Nathan terdiam, dia terlihat sedang berpikir keras.
“tapi nate… apapun keputusan yang lo ambil, lo harus inget kalo Kyle itu temen kita dan dia anak baru disini, lo tau kan kalo hidup di Dalton itu keras? Jadi kyle pasti butuh banget support dari lo, sebisa mungkin lo jangan jauhin dia.” Kataku serius.
“iya…” jawab Nathan pelan.
Kyle
“wil bangun wil, kita ada kelas sejam jam lagi” aku berteriak membangunkan William sambil memakai seragamku. Waw amazing hari ini aku bisa bangun pagi!
“will bangun will” William ngga bergeming aku lalu berjalan ke kesurnya dan menarik selimut dari kasur tersebut.
Ketika aku membuka selimut tersebut ternyata yang ada dilam selimut itu bukan William tapi guling.
Dih guling… William udah pergi duluan berarti…
Aku akhirnya meninggalkan kamarku, karena masih ada banyak waktu sebelum kelas dimulai aku memutuskan untuk sarapan dulu di kantin asrama, kantin asrama benar – benar luas, ratusan bangku dan meja panjang mengisi tempat itu dan di sekelilingnya terletak berbagai macam rak – rak buffet makanan dengan berbagai macam pilihan.
Aku mengambil dua buah sandwich dan untuk minumnya aku mengambil susu rasa pisang. Ketika aku sedang memilih – milih tempat untuk duduk dan memakan sarapanku aku melihat William, dia sedang duduk memakan sarapannya.
“willi!” teriakku sambil melambai – lambaikan tangan. William melihatku sebentar lalu membuang mukanya. Aku berjalan menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
“makan makan! Enak ya ini kantinnya makanannya banyak bang….” Belum selesai aku berbicara William sudah berdiri dari duduknya, mengambil makanannya dan duduk di bangku belakangku.
Err… sebenernya masalah dia apa sih? ngga jelas amat jadi orang, kemaren berantem sama Nathan alesannya ngga jelas, trus pas dikamar kemaren sikapnya tiba – tiba jadi manis banget, trus abis itu dingin lagi, sekarang dia malah ngga mau duduk sama aku… salah aku apaaa???
“kyle!” aku menoleh, ternyata Gio datang bersama Nathan, mereka berdua membawa sarapan mereka dan duduk di sampingku, pertama – tama Nathan seperti ragu untuk duduk disebelahku dia sedikit mematung saat melihatku tapi lalu Gio menarik tangannya dan memaksa untuk duduk. Ketika Nathan ingin duduk tiba - tiba Nathan menyadari kalo ada William di belakangku, william dan nathan saling berpandang - pandangan, pandangan mereka serem banget...penuh aura membunuh...
Aku sekarang berada diantara Gio dan Nathan dengan William di belakangku, walaupun William berada di belakangku tapi jarak antara aku dan William tidak begitu jauh, malah bisa dibilang deket soalnya aku bisa merasakan panas badan William dari punggungku.
“kamu mau ke kelas weapon use grade 1 ya Kyle?” tanya Gio.
“hu u, kalo kamu Gio?” tanyaku balik.
“sama kok, gw sama nate juga kelas itu”
“wah asik dong!” aku melihat ke arah Nathan, dia sedang melihatku dan lalu tersentak begitu tau aku melihatnya, dia lalu menunduk dan memakan sarapannya.
“kamu kenapa Nate? Masih sakit ya?” kataku sambil menatap dia, Nathan seperti salah tingkah lalu dengan cepat dia minum air mineral yang ada disebelah piring makanannya.
“wah biru – biru muka kamu Nate” kataku sambil menyentuh memarnya pelan, tiba – tiba Nathan menyemburkan minumannya dari mulutnya dan dia terbatuk – batuk. Pada saat yang sama tiba – tiba terdengar suara seperti sendok beradu dengan piring yang sangat keras dari arah William.
“waaa sori – sori sakit ya aku pegang memar kamu?” nathan lalu menggeleng dengan cepat, mukanya merah. Dia mengambil air mineralnya dan meminumnya lagi.
Kayanya Nathan demam tinggi…
“Kamu demam ya Nate?” tanyaku sambil meletakan tanganku di dahinya.
BRUPTTTTT!!! Minum Nathan menyembur keluar lagi
TRANGGG!! William membuat suara gaduh lagi dengan piring dan sendoknya.
Aku melihat ke arah Nathan dan William bergantian.
Ini orang – orang pada kenapa sih? Nathan tiba – tiba nyemburin minumannya pas aku pegang, William juga ngga jelas bikin suara berisik pake sendok ma piring pas aku megang Nathan, coba tes lagi.
Aku secara sengaja megang mukanya Nathan, dan bener aja…
BRUPTTTTT!!!
TRANGGG!!!
Wew… beneran gara – gara aku pegang ini? Coba lagi.
BRUPPTTT!!!
TRANGGG!!!
“…..”
BRUPTTTTT!!!
TRANGGG!!!!
BRUPTTTTTTT!!!
TRANGGGG!!!!
BRUPTTTTT!!!
TRANGGG!!!!
BRUPTTTTTTT!!!
TRANGGGG!!!!
“kalian berdua kenapa sih?” tanyaku bingung. William ngga ngejawab, Nathan juga ngga ngejawab. Berapa saat kemudian William bangun dari duduknya dan pergi, ngga lama setelah itu Nathan juga pergi.
“Gio, mereka kenapa sih?” tanyaku bingung.
“Beat me…” jawab Gio pendek.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah menyelesaikan sarapan akhirnya aku dan Gio pergi ke kelas, kelas hari ini adalah kelas weapon use grade 1, ketika kita sampe di kelas ternyata William dan Nathan sudah ada di sana. Ruangan kelas ini bentuknya kaya lapangan indoor, kelas ini mengajarkan kita buat mahir dalam menggunakan senjata, guru kelas ini adalah seorang laki – laki berbadan tegap dan berotot namanya Shiwon, dia ngga mau dipanggil pak guru, maunya dipanggil sensei. kayanya dia keturunan cina atau korea gitu deh soalnya mukanya oriental banget. Shiwon di bantu oleh banyak asistennya, mungkin ada sekitar 15 orang.
“ok anak – anak, ambil senjata kalian” kata Sensei Shiwon. Lalu dengan serentak para murid berhamburan ke tepi ruangan dimana tersimpan banyak sekali senjata. “Setelah itu kalian pemanasan dan berkelompok menurut tipe senjata kalian, dan seperti biasa kalian akan di training oleh asisten saya yang memiliki spesialisasi di senjata yang kalian gunakan”
Ketika anak – anak yang lain berhamburan mengambil senjatanya aku hanya terdiam kebingungan.
senjata aku apa?
Gio udah ngambil senjatanya dan senjata dia ternyata pecut, dan dia bergabung dengan kelompok yang memiliki senjata yang sama dengan dia. Sedangkan Nathan juga sudah mengambil senjatanya, ternyata senjata dia Halberd, halberd tuh kaya tombak yang diatasnya ada kaya kampaknya gitu.
Aku melihat ke arah tempat William berdiri, ternyata William juga masih terdiam di tempatnya dia sama bingungnya sama aku.
“oh saya lupa ada anak baru ya?” kata Sensei Shiwon ketika dia melihatku dan William yang masih tidak memegang senjata apa –apa. “coba kalian kesini” suruhnya.
Aku dan William lalu berjalan kearah sensei Shiwon. Sensei lalu berjalan kearah tumpukan senjata dan memberi isyarat tangan kepada kami untuk berdiri di depan tumpukan senjata tersebut.
“sekarang kalian konsentrasi dan fokuskan kekuatan sihir kalian di tumpukan senjata itu” perintahnya.
Aku kemudian mengulurkan tanganku, aku mencoba memfokuskan kekuatan sihirku seperti yang pernah Nathan ajarkan lalu tiba-tiba sebuah busur panah melayang ketanganku. Aku sempat terkejut dan mengagumi busur panah itu sebentar lalu aku melihat kesampingku dan William sudah memegang sebuah pedang yang ramping dan panjang sangking rampingnya pedang itu hampir terlihat seperti anggar bagiku.
“bagi penyihir elemental, memiliki dan mempelajari senjata yang tepat adalah sebuah kewajiban, karena nanti kalian harus bisa mematerialisasikan sihir elemen kalian ke dalam wujud senjata yang cocok dengan sihir kalian, apabila kalian sudah bisa mematerialisasikan sihir kalian kedalam bentuk senjata, maka daya hancur sihir kalian akan berlipat ganda” kata sensei Shiwon menjelaskan. “sekarang kalian berdua pergi ke kelompok senjata kalian dan mulai berlatih” perintah sensei Shiwon.
Materialisasi? Maksudnya apa ya? Kok pake bahasa susah – susah banget itu guru, materialisasi… cewe matre? Ah ngga nyambung…. Ah udah deh ngga usah dipikirin dulu sekarang latihan dulu aja. Aku lalu bergabung dengan kelompok murid yang bersenjatakan busur panah, sang asisten memberikan kami beberapa tips dalam memanah, lalu dia memperagakaan posisi yang benar dalam memanah, dia juga memperagakan menembak sasaran berbentuk lingkaran – lingkaran kaya papan darts, tembakannya sangat jitu! Anak panah yang dia lepaskan tepat sasaran dan selalu mengenai tengah lingkaran.
Aku mencoba untuk memanah, aku mengambil anak panah dari tempatnya dan mencoba menarik busur panah… dan… for your information….. ternyata berat bangettttttttt narik itu busur!!! Ini akunya yang lemah apa emang nyatanya berat kaya gini? Kayanya itu asisten Pak Shiwon gampang – gampang aja manahnya!!
Setelah beberapa kali percobaan ternyata usahaku Nampak seperti sia – sia, anak panah yang aku tembakan paling jauh Cuma berjarak beberapa jengkal… ahhhh kenapa dapet senjata yang susah gini sih!!! Kenapa ngga dapet pedang aja yang tinggal sabet – sabet?
Aku mengacak – ngacak rambutku karena frustasi.
“kamu narik busurnya coba pake perasaan, sini aku bantu” kata suara dari belakangku. Ternyata yang berbicara adalah salah satu anak kelompok panahku, badannya tegap, pembawaannya tenang dan senyumnya damai banget.
“oh gitu ya…” kataku sambil menarik – narik busur panah lagi, tapi tetep aja ngga ada kemajuan. Kedua tanganku tiba – tiba di pegang oleh cowo itu, dan dari belakang dia membantuku untuk menarik busur panah, badannya nempel banget sama badan aku. Aku bisa mencium aroma cologne cowo ini, wanginya fresh tapi kalem, wanginya tercium seperti pepohonan rindang yang abis kena ujan (ok perumpamaan yang aneh Kyle)
“pake perasaan” tangan cowo ini menggenggam tanganku dengan kuat, menuntunku untuk menarik busur panah yang aku pegang.
“pelan – pelan tarik, nah nah bener, tarik lagi, tarik lagi, dikit lagi, lepas!” suruhnya, anak panah yang aku tembakan lalu melesat cepat kedepan, walaupun ngga kena sasaran tapi aku girang banget akhirnya bisa nembakin anak panah.
“HOREE!!! Thanks bangetttt!!!” teriakku kegirangan dan secara refleks memeluk cowo itu, cowo itu bales peluk, wangi cologne cowo itu menyeruak ke hidungku. Ngga beberapa saat kemudian aku baru sadar dari kegiranganku dan sadar kalo ngga sopan banget meluk – meluk orang yang baru kenal.
“sori – sori! Kebawa suasana, seneng banget abisnya akhirnya bisa juga nembakin panahnya hahaha” kataku sambil melepaskan pelukanku. “oh iya aku Kyle” aku mengulurkan tanganku.
“hahaha ngga papa kok, aku seneng malah dapet pelukan geratis, aku Archie” dia menjabat tanganku dan tersenyum.
Kayanya orang ini murah senyum, senyumnya tulus banget, terus bikin damai… Melihat senyumannya ada perasaan hangat yang mengalir di dadaku, tanpa sadar aku juga jadi senyum – senyum sendiri kaya orang gila. Dari kejauhan aku melihat William dan Nathan sedang memperhatikanku dan archie dengan tatapan yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy
Misterio / SuspensoCerita Bertema Magic yang saya share ulang dari GIF karena yang punya udah gak ada kabarnya jadi saya share ulang saja jadi bagi yang sudah baca mohon maaf ! http://gayindonesiaforum.com/story/the-academy-maxxie-t392.html#p7691silahkan dibaca ! PROL...